Wednesday, 30 October 2013


Panggil aja gue JONES, temen temen gue yang ngasih panggilan itu. Emang sih gue gak tahu arti dari panggilan itu, tapi gue rasa gue suka panggilan itu, gue pikir itu keren.
Gue jomblo dan gue labil. Kadang gue bangga jadi seorang jomblo karena gue bebas ngelakuin banyak hal sesuka gue. Tapi kadang gue juga merasa terpuruk menjadi seorang jomblo, karena apa? karena gue harus sabar jadi “kambing conge” di antara temen temen gue yang punya pacar.
Saat ini gue masih dalam masa pemulihan. Gue baru putus dari pacar gue. Vany namanya. Dia cantik, baik, pengertian. Berbanding terbalik dengan gue yang urakan. Tapi dia mau nerima gue apa adanya gak ada apanya, karena memang gue gak punya apa apa selain rasa sayang gue sama dia (duh bilang aja kere). Vany itu 5 tahun lebih muda dari gue. Gue udah jadi mahasiswa bulukan yang gak lulus lulus dan dia masih duduk unyu di bangku SMA nya. Sebagai ABG ucul, dia terbawa arus globalisasi, dia suka K-Pop. Jujur gue gak ngerti sama boyband atau girlband. Tapi dia hafal, mulai dari boyband SUHU atau SUJU atau apalah itu sampai girlband SNSD atau STNK ah apalah itu gue lupa. Dia fasih banget nyebutin nama nama personelnya yang banyak itu. Sementara gue? Cuma bisa dengerin dengan keadaan mulut berbuih.
Hari terus berganti hari, seiring dengan bertambahnya umur gue. Di ulang tahun yang kesekian Vany ngasih gue kado. Dia bilang “Buka kadonya harus jam 12 ya! Jangan kurang, jangan lebih”. Buset dah, karena gue penasaran gue buka itu kado pas dia udah pergi beberapa menit. Kalian tau apa yang ada di kado itu? selembar poster boyband yang digawangi si SIWON eh KLIWON atau TAWON ah bodo amat! Gue terkejut dong ya. Gue, cowok macho RT 01 dapet kado dari pacar gue poster boyband, reputasi gue sebagai cowo macho pun turun. Gue Cuma bisa diem liatin itu poster.
Hubungan gue sama Vany berjalan udah hampir 2 tahun. Dan kesukannya sama K-Pop gak luntur sedikit pun. Dan masalah terjadi pas gue ngelakuin kesalahan yang bikin dia mutusin gue. Waktu dia ulang tahun yang ke 17 dia ngajak gue nonton SS5, konser para boyband korea. Awalnya gue ngerasa tenang karena malemnya gue ngafalin dulu nama nama personelnya. Tapi ternyata gue salah. Waktu boyband SUHU atau apalah itu tampil gue teriak dengan kerasnya. Apa salahnya? Gue malah teriak “Morgaaan! Bismaaa! Morgaaan! Bismaaaa! uh.. yeaaah!”. Tiba tiba keadaan jadi hening dan Vany nyeret gue keluar sambil nangis.
“Kamu jahat! Kamu Tega! Kamu malu maluin aku!”
“Apa salah aku? aku kan ngefans sama bisma”
“Ini konser SUJU! bukan SMASH! kita putus! sana pulang!”
Gila men, hati gue remuk, gue diputusin cuma gara gara salah nyebut nama personel. Gue teriak tanda kekesalan gue dan dengan refleks hujan pun turun. Gue ngerasa kehilangan Vany dan gue GAGAL MOVE ON!.
Setelah lama putus, gue baru nemuin lagi kardus kado gue, cuma itu kenang kenangan yang ada. Kardus yang dulu gue anggap remeh tapi sekarang jadi berharga buat gue. Tiap gue liat isinya, gue inget kenangan gue sama dia. Gue rindu Vany, ABG unyu gue.

Sunday, 27 October 2013


Tadi siang, di sekolah aku memperhatikan seorang wanita berpipi chubby itu. Dia menari di hadapan banyak orang, dia kurang tersenyum dalam setiap langkah yang ia tap, tap, tap kan di lapangan. Ia juga lebih tampak cantik dengan polesan make up tipis di wajahnya. Aku merasakan sebuah kerinduan, juga cinta yang sudah lama aku miliki untuknya. Sahabat, wanita.
Dulu aku tidak pernah terbayang bahwa aku akan dekat sekali dengan wanita ini. Lucu, kami sudah saling kenal lama. Tapi sayangnya, kami dekat dan benar-benar saling mengenal baru 2 tahun ini.
Kami dekat sejak kami memilih tempat bimbel yang sama. Dari sana juga aku mencoba mengenalnya. Anaknya baik, manis. Namun seiring waktu, kami selesai pada jenjang menengah pertama ini. Namun, Aku memilih melanjutkan study ke sebuah daerah dingin di Jawa Barat, kuningan. Sedangkan ia? Ia masih di kota perwira ini.
Aku jadi ingat waktu kelulusan dan pengumuman hasil UN. Ia menangis sejadi-jadinya karena nilainya tidak memuaskan dan tidak mampu menembus SMA yang ia inginkan. Disana, di depan perpustakaan aku memeluknya, mencoba menenangkan dan memberi semangat untuknya. Tapi ia malah meronta-ronta dan bilang “kamu enak, kamu sudah mendapatkan SMA yang kamu mau, tapi aku? Aku bisa kemana dengan nilai ini?.” Aku masih membujuknya dan mencoba menenangkannya. Lalu setelah ia lebih merasa tenang, aku mengajaknya pulang dan pergi ke tempat bimbel kami. Ia menolak, aku melihat persis kekecewaan yang ia rasakan saat itu. Haha, ia akan lebih terlihat manis ketika menangis.
Setelah mempersiapkan semuanya, aku siap terbang menjadi anak rantauan saat itu. Namun 2 hari sebelumnya aku sempat menghabiskan 1 hari penuh dengannya, kami benar-benar lepas menikmati hari dan siap untuk melanjutkan langkah lagi. Yang membuat aku menjadi terharu setelah kami melewati seharian penuh itu. Ia pulang, dan aku pulang. Mungkin baru saja menaikkan badannya ke sebuah angkot itu sebuah pesan baru masuk ke handphoneku. Ia mengatakan…
“zal, makasi ya. Jujur dari tadi aku nahan nangis. Maaf nggak bisa nganterin kamu besok…
Ia menghabiskan 1 halaman full pesan. Ya tuhan, ternyata sahabat yang manis adalah sahabat yang mampu memperoleh air mataku.
Setelah 1 bulan di asrama akhirnya kami mendapat jadwal liburan selama 3 minggu. Pada perpulangan itu dia juga tidak bisa menjemputku di bandara. Tapi besoknya, dia langsung datang dan menemuiku di rumah. Jarak rumah kami tentu tidak dekat, ia harus menempuh waktu selama 1 jam. Dan bayangkan harus memainkan gas motor selama itu sendiri.
Datang dan duduk dengan manis. Sebelum pulang, wanita itu memberikan sebuah bingkisan. “ini.” Katanya. “kado buat kamu.” Lanjutnya. Sebuah boneka emotion hug yellow.
3 minggu bukan waktu yang lama kan?
Aku juga harus kembali pulang ke sekolah lagi. Siang itu di bandara dia datang. “ayo nak, masuk” ayah menyeru dari dekat pintu bandara. Wanita itu malah menggenggam tanganku, titik air mata sudah melambung di matanya. Aku juga merasa terharu harus kembali pulang, sampai dengan paksa aku harus melepasnya dan melambaikan tangan. Beradu isak tangis serta rindu yang harus bertahan selama berbulan-bulan kedepan untuk sahabat ini.
Berbulan-bulan disana membuat aku semakin memikirkan orang tua, terutama bunda. Bunda pun begitu, dan entah fikiran dan pembicaraan mengarah kepada pindah sekolah.
Habislah waktu 1 semester disana. Bunda menanyakan “lalu, mau masuk mana kamu?” awalnya aku memilih untuk ke sebuah SMA Negeri yang 1 kawasan dengan SMP ku dulu. Namun bunda dan ayah menolak. Kebetulan hari itu seorang wanita manis singgah ke rumah. Awalnya bunda sudah menawarkan untuk pindah ke sebuah Madrasah, namun aku masih memikirkan semuanya dahulu. “kayaknya rizal bakal 1 sekolah sama kamu deh!” kata bunda kepada wanita itu. Dengan bersemangat ia menjawab “iya buk, iya. Beneran kan?”
Melihat sahabat yang menerima baik rencana itu aku semakin ingin menerima tawaran bunda pula. Setelah semuanya diurus, aku resmi menjadi seorang murid dan kembali 1 sekolah dengan wanita itu. Ia memintaku untuk memilih 1 kelas dengannya.
Hari itu aku merasa terlahir sebagai anak baru SMA lagi. Semua harus aku kenali lagi, harus mencicipi keberanian lain disana. Melihat kondisi. Minimal bisa berinteraksi dengan baik lagi. Namun bagaimana kondisi dengan wanita itu? Kami duduk dengan jarak yang dekat. Beberapa hari awal masuk aku masih dengannya. Namun setelah itu semuanya berbeda, merasa terhalang dengan kehadiran pihak segerombolannya yang jelas saja dari muka mereka sudah tidak menyukaiku. Terutama wanita bernama talita itu, dia duduk di samping sahabatku.
Di sebuah persahabatan ada juga yang namanya segitiga? Iya. Aku baru tau itu ketika aku tau bahwa talita tidak mau wanita itu dekat denganku. Mau bagaimana? Kami sudah dekat sejak lama. Lebih lama dari mereka dekat tapi lagaknya mematikan. Sampai yang membuat aku kecewa dengan wanita manis itu ketika ia mengirim sebuah pesan “maaf zal, kita harus menjauh sementara” itu artinya apa? Jelas artinya bahwa ia memilih menjauhiku dibanding harus dijauhi oleh talita. Biadap? Sangat.
Sampai aku memilih untuk pindah ke tempat yang lebih jauh dari mereka berdua. Dari sudut kelas diam-diam aku dan talita, kami saling menatap dengan keras. Memberikan tatapan tanpa persahabatan. Suasana kelas mulai beda, wanita manis itu sering sekali menangis. Dari dulu, dari awal kami bersahabatan aku juga tidak pernah tega untuk melihatnya menangis. Namun di kelas siang itu, aku harus menahan iba dan perhatian untuk menghanyutkan wanita manis itu ke dalam pelukan. Anak kelas meminta kami saling menyelesaikan peradaban setan kecil-kecilan itu. Wanita itu semakin menangis menjadi-jadi. Aku pun terhanyut ketika menatap tajam tangisannya.
Setelah semua masalah selesai, kami menjadi kembali baik. Berbulan-bulan di kelas yang diberi julukan GRANAT itu membuat aku nyaman. Tapi sampai berbulan-bulan itu juga aku belum mengambil ekskul apapun. Berbeda dengan wanita itu, ia sekarang sangat sibuk dengan cita yang ia harapkan di ekskulnya. Kesibukan itu membuat aku dan ia juga kurang mencampur waktu bersama.
Kenyamanan membuat sebuah waktu menjadi lebih singkat, tidak terasa juga harus naik ke jenjang yang lebih serius. Dengan pembagian jurusan, memilih keinginan dan cita yang berbeda. Aku jadi ingat waktu hasil pembagian jurusan yang belum fix itu, namanya tertera pada list anak kelas IPS. Di kelas, wanita manis dan juga cengeng itu tersedu-sedu. Lagi, ia sangat manis ketika menangis. Sahabat yang membuat aku mampu mengagumi kemanisannya.
Setelah masuk pada kelas jurusan masing-masing, kami semakin sibuk untuk melanjutkan sekolah. Wanita itu juga tampak lebih nyaman dengan hari-harinya karena seorang lelaki bergigi tak rapih itu. Tapi, di selipan aku bahagia juga melihat kenyamanannya ada rasa takut. Ia lebih banyak waktu untuk keluar. Aku takut untuk menegurnya, tapi aku memilih menegurnya dengan mulai menjauhinya tanda aku tak suka dengan sikapnya. Berharap wanita itu mengerti, aku juga menolak setiap tawarannya untuk pergi bersama dengan mereka, juga pacarnya. Tapi dia malah menyimpulkan bahwa “kamu minderkan karena kamu jomblo?,” di kantin pagi itu aku menahan perasaan yang tak baik ini. Aku pulang lalu menangis, menceritakan ini kepada bunda bahwa aku sedih juga kecewa.
Aku juga merasa sangat berdosa ketika membuat ia menangis karena perkataanku yang terlalu kasar itu , aku juga sangat merasa bersalah.
Banyak sebenarnya yang ingin aku sampaikan dengan wanita itu, tapi aku hanya mampu memandangnya lalu membicarakan semuanya sendiri, tanpa ia dengar, tanpa ia ketahui. Awal kekecewaan itu membuat aku merasa salah telah memilih ia menjadi sahabat yang manis, yang pantas aku tangisi saat berpisah. Namun setelah aku pelajari, ini lah persahabatan.
Aku tetap mencintai wanita manis, cengeng dan berpipi chubby ini sebagai seorang saudara yang membuat aku belajar untuk royal. Sedikit malu untuk menyampaikan bahwa aku merindukannya, aku hanya membicarakan kerinduan ini dengan teman yang menemaniku memandangnya di lapangan di siang yang panas tadi. Rindu itu disampaikan kepadanya dari temanku, dia tertawa kecil. Haha, lucu ya? Aku merindukan sahabat yang jelas saja 1 sekolah denganku. Tapi inilah, kedekatan yang aku rindukan.
Kalau saja lembaran rindu ini ia buang, mungkin semuanya akan terbungkus rapih.

Monday, 21 October 2013


Kemampuan turun-temurun yang diwariskan nenek moyang gue, bisa dibilang sangat bermanfaat untuk orang banyak. Pasalnya, sudah hampir ratusan orang merasakan goyangan tangan gue di seluruh tubuh mereka. Goyangan yang membuat otot yang semula menegang, menjadi lemes. Alias ga kaku lagi. Yah, gue sih bersyukur banget punya keahlian di bidang urut mengurut. Karena, selain mengurut ini adalah profesi, gue juga bisa memanfaatkannya untuk menolong orang banyak.
Misalnya, kejadian dua bulan lalu. Saat gue sedang keliling kampung bersama dua asisten gue, yaitu Handoyo dan Bahtiar. Kami menemukan seseorang yang sedang terjepit di antara reruntuhan kasur. Gue juga ga ngerti kenapa kasur itu bisa menimpa badan tuh orang. Sempat terpikir di benak gue, kalau orang itu sedang main petak umpet. Tapi, ngapain ngumpet di bawah kasur. Emangnya kasur rela buat main petak umpet? Lagian, fungsi kasur itu buat tidur, bukan buat main petak umpet. Ga berperikekasuran banget sih!
Melihat orang yang sedang kesulitan, kami pun refleks menolongnya. Sebelum menolong, Kami atur formasi terlebih dahulu. Hal ini memang biasa kami lakukan sebelum beroperasi. Formasinya tuh, kami baris berbanjar, lancang kanan, kemudian gue nungging ke belakang sambil goyang itik. Handoyo yang ada di samping kanan gue pun ga kalah menarik. Dia bergoyang kepala ala Trio Macan. Setelah pusing, minyak gosok yang dibuat dari ingus cicak, ia keluarkan dari kantongnya untuk digosokan di kepala. Sementara Bahtiar, di sebelah kiri gue; mengeluarkan korek dan rokok dari kantungnya. Korek untuk mengeruk jigong di giginya. Sedangkan rokok, berfungsi untuk menyumpal hidungnya yang mampet.
Gimana? Keren kan formasinya?
“Yar, lo ke sudut kiri. Handoyo ke kanan. Gue ke tengah.” Perintah gue lugas.
“Ngapain, bos?” Tanya Handoyo.
“Main karet!. Bego lo! Yah, angkat kasurnya.”
“Tau lu, Han! Bos jadi marah tuh. Kita angkat kasurnya buat tidur di kontrakan. Iya kan, bos?” Ucap dan tanya Bahtiar dengan polos.
“Keplek!” Tangan gue mendarat di kepala Bahtiar
“Aduh, bos sakit.” Bahtiar mengeluh kesakitan.
“Hahaha, sukurin lu! Berarti mendingan gue. Biar kata bos marah, tapi ga sampe geplak kepala gue.”
”Ahhh, diem lu. Banyak bacot.” Tangan gue mendarat di kepala Handoyo.
“Aduh… Bos, kok gue kena juga.”
“Udah-udah… Bisa naik darah turun tai kalau gue terus-terusan punya anak buah kayak lu berdua. Pokonya lu angkat tuh kasur. Cepetan!” Amarah gue meledak karena kelakuan dua bocah yang lahirnya dienter pake komputer, keluarnya dari CPU.
Pertolongan pertama yang kami lakukan setelah mengangkat kasur dari diri orang tersebut adalah mengecek nadinya. Apakah masih berdenyut atau tidak. Setelah dipastikan korban masih hidup, kami langsung mengoleskan minyak angin cap kodok galau dibagian hidung guna menyadarkannya dari pingsan.
“Sadar, bos. Sadar…” Bahtiar berucap senang
“Iye, gua juga tau.” Ujar gue
“Tolong…! tolong…” Orang itu berteriak menjerit dengan wajah setengah takut.
“Tenang… tenang bu, kita orang baik… baaaa…” Ucapan gue terpotong karena rongrongan Ibu tersebut yang semakin menjadi.
“Tolong…! saya mau diperk*sa… tolong…!
Sial… Mimpi apa gue semalam? Niat baik nolongin, malah dikira mau memperk*sa. Hadoh… lagian, tuh ibu kaga tau diri banget sih. Mana doyan gue sama dia. Badanya aja kayak bis malem. Mukanya udah kadaluarsa. Selain itu, yang paling bikin gue ga nahan adalah bibirnya. Bibir sama spakbor motor ga beda jauh. Haha… untung ga ketuker.
Teriakan ibu ga tau diri itu semakin keras. Sehingga mengundang warga sekitar datang untuk menghakimi kami. Melihat kondisi yang sangat darurat seperti ini, mau tak mau kami harus mengeluarkan jurus, “Tauran”. Yah, sebenarnya jurus ini ga pernah digunakan, lantaran kami tahu betapa bahayanya apabila seseorang terkena bumerang dari jurus ini.
Filosofi yang terkandung dalam jurus, “Tauran” adalah “Tau” dan “Ran”. Tau berarti mengetahui. Sementara, Ran diambil dari bahasa Inggris yang artinya lari. Jadi, Tauran yang kami maksud adalah apabila mengetahui ada masa yang ingin menghakimi, lebih baik kita, “Lari…!” alias kabur. Haha
Itulah seuntai pengalaman yang kami rasakan sebagai tukang urut kampung gono-gini.
Hari ini, kami mendapatkan pesanan tugas mengurut salah satu pasien di kampung seberang. Seperti biasa, kami berangkat menggunakan si jagur motor supra merah yang udah hampir 1 tahun ga gue cuci. Gue sengaja ga mencuci si jagur, soalnya menurut mendiang kakek gue, kalau seandainya jagur dicuci, maka kemampuan mengurut yang gue miliki akan hilang. Dan kalau sudah hilang, gue harus betapa di gunung slamet selama setahun. Ga boleh makan dan ga boleh minum. Waduh, ngeri juga yaa ancemannya. Itulah mengapa si jagur ga pernah gue cuci hampir setahun. Jadi, ga heran kalau motor gue ini udah kayak motornya tukang bawang. Haha
Perjalanan setengah jam kami tempuh. Motor yang ditigalin, memang ga akan pernah bisa bohong. Padahal gue udah ngegas full lho.Tapi, tetap aja fakta berbicara lain. Kalau si jagur emang udah angkat tangan menampung tiga tukang urut yang badannya mirip kuproy yang ga berperikemotoran.
“Udah sampe nih…” Gumam gue sembari turun dari motor.
“Bener ga nih, bos alamatnya?” Tanya Handoyo…
“Ya, benerlah. Mana mungkin salah…”
“Udah bos, kita langsung masuk aja.” Ujar Bahtiar.
“Ya udah, lo panggil dah!”
“Assalammu’alaikum… assalammu’alaikum.” Salam Bahtiar.
“Wa’alaikumussalam.”
Wow… Luar biasa bukan kepalang. Yang keluar cewek cantik, bro. Gue perhatiin dari ujung rambut sampe ujung kaki, kaga ada cacatnya sama sekali. Waduh, kalau yang ini minta urut sama agen gue, ga usah dibayar; gue rela dah.
“Permisi, mba. Kami dari agen Granat Pijet Purbalingga…”
“Oh, iya iya silahkan masuk. Bang, kalau pijet bagian sini bisa, kan?”. Sembari memegang pundaknya yang tak tertutup sehelai benang pun. Karena tuh cewek pas keluar pake baju yang kaga ada tangannya.
“Oh, bisa mba… bisa banget.” kami menjawab serentak, seolah merasa senang.
“Kalau bagian yang ini, bang?” Sambil menunjuk ke arah pahanya yang mulus.
“Wah… apalagi yang itu, mba. Bisa banget.” Jawab Handoyo.
“Iye, mba. Pokoknya kita mah tukang pijet multi talent. Bagian apa aja bisa kita kerjain.” Serobot gue menambahkan…
“Oh gitu yaa… Ya udah, tunggu sebentar ya, bang!”
“Kita main pijet-pijetan dimana, mba?” Tanya Bahtiar.
“Di sini aja…” sambil menunjuk teras rumah dan ia beranjak ke dalam.
“Oke siap, mba.” Handoyo langsung gelar tiker yang dibawanya di depan teras.
“Eh, tapi apa ga malu ngurut cewek di teras rumah kayak gini? Kan banyak orang yang lewat, bro”. Bahtiar bertanya sembari melihat situasi.
“Ahh bodo amat! Yang penting hepi. Hahaha, asik. Pasien kita kali ini cantik bin demplon.” Handoyo kesenangan.
“Hm.. ya udah… Bos, kita berdua aja ya yang ngurut?” Pinta Bahtiar memelas.
“Aelah… Giliran yang begini aja, pada rebutan lu. Lagian emang lo udah lulus belajar ngurut sama gue? Hah? Belum, kan?” Gue menodong pertanyaan.
“Belum sih, bos. Tapi, kan kita udah 25 tahun jadi asisten bos. Masa kita ga pernah kebagian ngurut…” Protes Handoyo ke gue.
“Woy… umur lu aja baru 20 tahun!”
“Oh iya, bos lupa… haha”.
“Ya udah, kali ini gue ijinin lu berdua buat ngurut.”
“Hahaha, makasih, bos…” Mereka berujar serentak.
“Iye… Dasar mata keranjang lu!”
Beberapa saat kemudian, cewek cantik tersebut keluar dengan membawa seorang kakek tua lagi kerempeng.
“Bang, tolong pijitin kakek saya, ya. Kasian dia baru dateng dari kampung.”
Wajah mereka melongo kaget. Dahi mengerut, perasaan heran pun menyertai. Perlahan, bibir mereka terbuka seolah ragu berucap.
“bbbb-booss… kita ga jadi ngurut deh. Kepala kita mendadak pusing.”
“Hahaha… Makan tuh, kakek-kakek lumutan. Sono lu urut!” Tawa gue terbahak-bahak
“Yaelah, bos. Kita kan ga bisa ngurut.”
“Bodo amat, lu urus sendiri tuh kakek-kakek. Gue mau pulang dulu.” Gue langsung menuju motor dan pergi meninggalkan mereka.
Sementara, mereka tetap mengurut kakek tua tersebut tanpa bayaran. Hahaha pelajaran yang dapat diambil dari kejadian ini adalah, tukang urut kudu profesional. Siapa pun pasiennya, tetap harus dilayani dengan pelayanan prima. Emang enak lo ngurut kakek tua kaga dibayar pula. Sukurin!

Sunday, 20 October 2013


Akir-akir ini gw jg lagi disibukkan dengan pendaftaran universitas.
Tampang-tampang SMK yang unyu kini seperti tampang HULK nahan boker…
Dipenuhi dengan stress yang menyala-nyala karena pusing mikirin mau kuliah dimana,biayanya berapa, mau punya anak berapa,mau punya istri berapa,dan siapa yang mau cebokin gw…(ohh..tidakk !) Pusing deh pokoknya..
Saking stressnya,hingga suatu saat gw memutuskan buat beli nasi padang,,(ok..gw tau kagak nyambung) Langsung aja cabut gw ke rumah makan padang langganan gw, Gw pilih-pilih,gw liatin tuh satu-satu makananya,gw ciumin baunya,gw trawangin asli apa kagak, dan gw raba-raba.
Loe harus inget 3D,, Dilihat,Ditrawang,Diraba…biar loe tau asli apa nggak.
Dan akhirnya gw pesen nasi rendang, Dengan riang gembira gw panggil pelayanya yang murah senyum

Gw :Mas..pesen nasi rendang dua? (berhubung adek gw juga minta. jadi gw beliin)
Sang pelayan yang murah senyum :Wahh…habis itu mas rendangnya
Gw  hh..yaudah mas…kalo gitu pesen nasi rendang ga pake rendang aja mas?
Sang pelayan yang murah senyum : mas…sampeyan mau mesen makan apa ngajak berantem…
Dan akhirnya gw pun ga jadi beli nasi rendang di rumah makan padang itu karna rendangnya abis..
Dan pelayanya ganas.
Langsunglah gw bergegas ke rumah makan padang laenya,
Bener2 waktu itu gw lagi ngidam banget ma nasi rendang..
Dalam otak gw berpikir,pokonya harus dapet..pokonya harus..
Dan loe tau apa akibatnya kalo malem itu gw ga dapet nasi rendang?
Gw bakal pulang ke rumah dan ga jadi beli nasi rendang (titik)
Akhirnya gw langsung menuju Rumah makan padang yang laen itu,
Sumpah..gw udah laper gila..soalnya dari siang,gw kagak makan karna sibuk ngurusin pendaftaran kuliah..
Gak lama,sampailah gw di rumah makan padang itu,
Gw langsung masuk dan ngomong ama pelayanya dengan wajah penuh harapan dan mata yang berkaca-kaca..
Tapi kog gw liat si pelayan agak ga beres ni, tampangnya kayak setengah sadar gitu, kayak orang abis digebok bola ama abis dijitakin..
Sumpah gw gak boong..
Tapi bodo amat ah..yang penting gw bisa pulang dengan riang gembira membawa nasi rendang..
YiiiHaaAAAAA!
Gw :mas nasi rendang dua ya?dikasih kuah sayur sedikit sama ga pake sambel..
Si pelayan tampang geblek : owh..iya… (dengan senyum..tapi tetep tampangnya geblek)
Dan segera si pelayan itu membungkus pesenan gw dengan raut wajah sangat meyakinkan..
Gw pun menunggu,,
Eh tiba2 tu orang balik ke gw,trus nanya
Si pelayan tampang geblek :maaf..mas… tadi pake nasi ya?
Gw :iya mas pake nasi sama rendang sama kuah sayur sedikit..dan ga pake sambel ya?
Si pelayan balik lagi bungkusin pesenan gw..
Gw kembali menunggu,
Ga lama si pelayan tadi balik lagi ke gw,trus nanya,
Si pelayan tampang geblek :mas..sayurnya di campur ya ke nasinya?
Gw :iyaaaa maass (dengan senyum kuda kejepit pintu)
Dia pun balik lagi bungkusin pesenan gw..
Awas aja skali lagi Tanya,,gw gebok pake duren monthong..kessell gw..
Gw pesen nasi rendang,yaiyalah pake nasi…masa iya pake sambel kacang,,Loe kira gado-gado.
Bener kan yang gw pikir,emang ni pelayan agak ga beres, otaknya sembelit kali ya..
Busset dah,bolak balik nanya hal yang sebenernya udah jelas.
Kagak ngarti gw ma tuh orang,
Yahh..akhirnya pesenan gw pun selesai,
Asik deh,tinggal balik ke rumah dan lahapp abiss..! cekidot ..(bener ga si tulisanya?)
Gw dan adek gw pun naek mobil dan langsung pulang,.sebenernya rumah gw ga begitu jauh si ama rumah makan padang ini kalo naik kendaraan,.
Tapi sayangnya emang gw udah ditakdirkan untuk sial hari ini, jalananya macet bro..
Mana gw juga udah laper banget,
Yaudahlah gw sabar aja deh..terpaksa cara brilian untuk menghilangkan laper sementara pun gw lakukan..
Gw ciumin bau aroma nasi padang itu selama macet… *boleh ditiru bayar Rp. 1000*
Ternyata agak lama juga bro..
Cacing perut gw udah konser akbar ni di perut gw..udah treak-treak kayak roker epilepsi
20 menit berlalu,sampailah gw di rumah.
Gw langsung cuci tangan cuci kaki dan luluran dulu sebelum menyantap nasi rendangnya..
Gw bawa bungkusanya ke meja makan,,berhubung ada 2 tuh,..
Gw raba-raba dulu mana bungkusan yang paling gede,
Yummy..akhirnya gw ambil tuh bungkusan yang paling gede. Pasti rendangnya juga gede,,
Malem ini makan enak cinn… (ah..cucok gini si jadinya)
Gw buka dengan beringas tuh bungkusan nasi rendang dengan meronta-ronta (laper cinn.. maklum)
Terbukalah bungkusan itu,, gw lihat nasi yang menjuntai indahnya diselingi sayur nangka yang terlihat keren..
Gw mulai mengaduk-aduk itu nasi rendang,,
gw aduk ke kiri,aduk ke kanan,aduk ke depan trus ke belakang..
gw mulai gelisah dan panik.. gw coba aduk-aduk lagi,,
RENDANGNYAAA MANOOO BUNDOO?
Kagak ada rendangnya bro..? sumpah kagak ada rendangnya..!
Tapi sebentar,,gw coba suruh adek gw buka punya dia..
Pas dia buka..
ADA RENDANGNYAA BUNDOOO !
Sumpah punya adek gw ada rendangnya….
Seketika itu otak gw langsung bertanya-tanya,, apakah gw di intervensi ataukah di sabotase ama si pelayan tampang geblek itu?
Ataukah dia alien yang menyamar jadi pelayan rumah makan padang?soalnya dia gak ngerti bahasa manusia..
Jelas-jelas gw bilang pesen nasi rendang dua !!
Gimana rasanya kalo loe udah laper banget,trus mencoba tabah karena macet dan ketika loe berhadapan dengan makanan idaman loe yang loe pesen susah-susah,,
Ternyata pesenanya salah atau kurang?
Apa rasanya seperti mau garuk-garuk aspal sampe jebol saudara??
Ya..tepat sekali..!
Itulah yang gw rasakan sekarang..
SUKSES lah hari ini..
Very GREAT…!
Gw ga terima,,
Gw balik ke rumah makan padang tadi…
Gw langsung tuh masuk ke dalem,,tapi kali ini gw ketemu ibu-ibu,tapi tadi dia juga liat gw pesen nasi rendang dua ama si pelayan tampang geblek..
Gw : Bu, tadi kan saya kesini pesen nasi rendang dua kan bu?
Si Ibu :Oh iya mas.. kenapa? *sambil senyum*
Gw :Nah..tadi kan saya mesen nasi rendang dua tuh,,tapi yang satu ga ada rendangnya?
Si Ibu : Iya mas..ga ada rendangnya.. *dengan senyum*
Gw : Gini lhoo bu,, saya tadi mesen dua nasi rendang kan? Tapi yang satunya ga ada rendangnya bu?
Si Ibu : betul mas..ga ada rendangnya.. *dengan senyum*
Busett… who is THE IDIOT??????????????????? ME??
Apa yang loe lakukan kalo jadi gw, saudara ??
Prasaan gw udah campur aduk dah..
Marah,sebel,pengen makan kasur dan gondok banget..
Tapi..loe tau ga,ada satu fakta yang sangat sinkron dengan semua kejadian ini,?
Si ibu itu ternyata adalah ibunya Si pelayan tampang geblek..
Yups..loe bisa tau apa kesimpulanya kan?
Udah lah daripada tambah ribet dan otak gw jadi sembelit stadium 10..
Gw hanya bisa bersabar lagi..
Dan akhirnya setelah gw ngomong dengan si ibu dan si anak itu,,
Akhirnya mereka mengerti kalo gw minta pesenan gw yang kurang yaitu “Rendang”
Terima Kasih Gustii.. (nangis guling-guling)
SEMOGA SAYA TIDAK DIPERTEMUKAN LAGI DENGAN MANUSIA –MANUSIA JENIUS SEPERTI ITU.

Thursday, 17 October 2013


TWITTER..awalnya dari benda ini…!
Gw Handoyo, siswa salah satu SMK di purbalingga. Awalnya gw santai menghadapi wanita-wanita yg sering mentionan di twitter gw. Tapi, dua tiga bulan, cwe yg satu ini sering bikin gw gregetan tiap kali gw mentionan bahkan DM-an (pesan via twitter). Hari itu hujan ,waktu yg pas banget untuk galau. Namanya avita, dia tiba-tiba curhat di DM gw. yah sebagai cowok yg baik (sok perhatian sih..heheh) yaah gw ladenin. Dia putus dari pacarnya,penyebabnya sih gak jelas yg pasti dia curhat tentang perasaannya doang. Katanya “SAAAKIIITT BANGEEET, HAN” yah gw bales ajah “sabar vit, mungkin dia gak cocok untuk kamu  ”.
4 bulan kemudian- Makin kesana-sananya, gw ama avita makin deket. TAPI di DM doang, ketemunya belum
(heheheheh). Gak tahan dengan perasaan gw yg makin menjadi-jadi (yaah semacam suka dikit) gw minta nomer HP nya. YEEEAAAH.. gw dapet. Gw jungkir balik seneng dong..! malem2 itu jg pingin sms, tp masih ragu-ragu. Dan alhasil jemari gw gak tahan. “HAI MET MALAM…..,Handoyo” daaaaaaaaaaan…… gak di balas.
4-5-6 jam kemudian- Gw tungguin balasannya…..daaaaaaaaan gak dibalas lagi. Udah jam 2 malem gw nungguin balasan tpi hasilnya masih NIHIL.. ckckck (sabar han). Gw mutusin untuk tidur. ZZZzzzzZzZZzzz.
PAGInya….(sambil ngucek-ngucek mata) gw liat hp, dan “MAAF, SEMALEM AKU SIBUK.  ” itu yg dia bilang,tanpa pikir panjang gw bales aja “OOH GPP KOK”. sms dan sms terus gw kirim ke dia. Gw gak prnh telpon krn gw nearveos. hihihi…! sebulan smsn tambah twiteran, dia nembak gw. ANEEH + Senang sih. tanpa pikir panjang, gw terima ajah, jarang-jarang gw ditembak cewe, gak prnh ketemu malah.
SABTU MALAM (tepatnya malam minggu) jam 8 malam, gw janjian di angkringan. gw dateng 15 menit lebih awal. Oooh iya, sebelumnya dirmh gw janjian pake baju warna merah dan jaket granat, tapiiii gak tau knp gw pake baju hitam dan gw gak kasi tau. hihihi. Gw duduk di kursi paling pojok. “AKU PAKE BAJU WARNA IJO MOTIF BUNGA YAH” sms dari avita.
Tiba-tiba dari kejauhan gw lihat ada sosok baju ijo motif bunga mawar mulai mampir di angkringan. Awalnya gw aneh sebab wajahnya gak terlalu kliatan ditutup ama rambut panjangnya dan gw diem aja sih tapi tetep gw tutup muka pake topi yg gw pake. ANEH. daaaaaaan “KAMU DIMANA, AKU UDAH DI ANGKRINGAN, AKU DUDUK DI SAMPING KASIR YAH” sms masuk ke hp gw. Tiba-tiba dia berbalik ke arah tempat gw duduk daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan ASTAGFIRULLAH dia seorang banci. Saat itu jg gw pulang, keluar melalui pintu belakang, lari ambil motor, kemudian tancap GAAAAS. Sampe rmh gw sms dia “MAAF AKU GAK BISA DATANG, ADA URUSAN PENTING”
Saat malam itu jg gw ganti nomer, gw unfol dia di twitter dan ganti username twiter gw..! HUUAAAAA jadi selama ini gw pacaran ama bancii.

Monday, 14 October 2013


Dengan setengah berjongkok kuarahkan kamera “olympus” ku ke satu-satunya objek yang sudah lama kuincar selama tiga tahun terakhir. Tak cukup sekali, bahkan berkali-kali kupotret sosok seniman bela diri yang banyak mewarnai perfilman di abad dua puluh itu tak juga membuatku bosan. Meski hanya berupa monumen, aku sudah merasa bertemu langsung dengan sosoknya yang nyata. Legendaris yang lebih populer dengan nama Bruce Lee ini berhasil membuatku tergila-gila pada seni bela diri. Hm… Memandangi gaya kuda-kudanya yang gagah mengantarkan ingatanku pada mama yang akhir-akhir ini semakin over protective. Mamalah yang selalu mengintrogasiku jika aku hendak keluar rumah. Sedang aku tak bisa selalu protes meski nyatanya aku telah menjadi lelaki setengah dewasa. Karena bagiku, mama pantas khawatir setelah menit-menit yang kulalui harus bersahabat dengan berbagai macam obat.
“Kaka, selama sebulan ini Mama memang tidak akan mengawasimu secara langsung. Tapi ingat pesan Mama baik-baik.” Mama mulai mengomel di detik-detik kepergianku ke Hong Kong.
“Iya, Ma…,” Responku santai.
“Kaka, Mama tahu kamu merasa tersiksa dengan sikap Mama yang begini terhadapmu. Tapi sikap bandelmu yang dari dulu itu tetap membuat Mama was-was.”
“Iya, Ma…” sahutku dengan nada yang sama.
“Kaka!”
“Ada apa, Ma?” aku mulai usil.
“Masih nanya nih anak!” Mama mulai kesal.
“Kaka pasti baik-baik saja, kok. Percaya deh!” Mama mulai tenang.
“Tapi kalau misalkan Kaka mati di Hong Kong, Kaka mau jenazah Kaka dikuburkan di dekat monumen Lee Jun-Fan.” Dengan gaya sok tenang kutekankan suaraku saat menyebut nama asli Bruce Lee di hadapan mama yang agak bingung.
“Anak ini!!!” Seketika tangan mama menjewer telingaku geram.
“Aduh, Ma. Umur Kaka sudah sembilan belas tahun. Masih saja dijewer-jewer,” Gerutuku.
“Makanya, jangan selalu bikin mama kesel, Nak!” ucap Mama seraya mengencangkan jewerannya.
“Iya, iya, iya. Ini yang terakhir kalinya,” Jawabku pasrah. Akhirnya mama melepas jewerannya. Huff… lega. Ternyata mama benar-benar memiliki kekhawatiran tingkat tinggi terhadap keadaanku saat ini. Terkadang, tanpa ia sadar, aku selalu menguji kekhawatirannya terhadapku. Tapi kini, aku tak perlu ragu lagi. Karena aku yakin bahwa mama sangat tak ingin bila aku pergi dalam kurun waktu yang lebih cepat.
Kreekk…
Bunyi shutter kameraku kembali menghasilkan gambar yang sama. Ini adalah kali terakhir kupotret bintang lagaku hari ini. Entah esok, lusa dan seterusnya. Tak perlu heran bila lima puluh persen dari hasil bidikan kameraku dipenuhi dengan monumen Bruce Lee dan suasana Avenue of Stars, tempat ia diabadikan. Tak terasa sore semakin menua. Kuputuskan untuk segera kembali ke apartemenku. Di perjalanan pulang, kubuka list rencanaku selama sebulan penuh di Hong Kong. Yaps! Kucentang list rencana pertamaku yang tertera jelas di buku harian, menemui foto copy bintang lagaku dan berpotret sepuasnya. Tepat pukul lima dini hari, aku telah sampai di apartemenku. Lelahnya mengelilingi lokasi monument Bruce Lee tak juga membuatku sadar bahwa aku telah berhasil menyentuh Hong Kong tanpa peduli apa yang akan terjadi setelah menit-menit ini berlalu.
Dingin membungkus kesendirianku malam ini. Nuansa malam yang indah di Hong Kong selalu menggodaku untuk keluar malam saat menyaksikannya di balik jendela. Ah, andai bisikan mama tentang insiden kecelakaan di Negara Asia yang mengerikan berhenti berdengung di telingaku, aku tak akan pikir panjang lagi untuk keluar apartemen.
“Pokoknya Kaka gak boleh keluar malam. Apapun alasannya. Lengkapi semua kebutuhan di siang hari. Kaka sudah tahu, kan bagaimana tingkat kecelakaan di luar negeri? Apalagi di Negara-negara ASIA.” kudengarkan pesan mama saat kuputuskan untuk menelfonnya pertama kali setibaku di Hong Kong.
“Gak perlu kebut-kebutan. Pasang selalu kacamata dan sabuk pengamanmu.” Kutarik nafas dalam-dalam menyimak pesan mama yang super duper. Kuakui bahwa mama adalah sosok perempuan perfeksionis. Semua yang akan dilakukan harus terencana dan dipersiapkan dengan sempurna. Apalagi saat diagnosa dokter telah valid menvonisku sebagai lelaki pengidap leukimia. Kanker dalam darahku sudah beranak pinak dan sulit untuk sembuh total.
“Kaka, satu lagi pesan Mama.” suara mama terdengar lagi setelah sekian menit bungkam.
“Jangan lupa minum obat!” Sanggahku sebelum mama melanjutkan ucapannya.
“Baguslah kalau kamu ingat.” Suaranya yang parau terdengar lega.
Aku yakin bahwa penyakit yang menjerat tubuhku saat ini akan memberi keindahan tak terduga suatu saat nanti.
Aku hanya tak ingin rapuh saat orang-orang terdekatku percaya bahwa aku bisa bertahan.
Menjelang pagi di pelabuhan Victoria…
Kulihat-lihat kembali hasil objek yang kupotret selama dua puluh delapan hariku di bumi Hong Kong. Memandangi foto-fotoku yang tampak gila membuatku malu sendiri. Entah kenapa tiap kali kuposisikan diriku di hadapan kamera, aku merasa memiliki kesempatan hidup yang lebih lama. Apalagi bila berfoto di tempat-tempat favoritku yang bersejarah.
I never thought that this moment will happen to me.
“Aaaaaaaaaaaa” aku ingin tetap bisa berteriak sebebas ini setiap pagi. Meski mungkin tidak akan lama lagi aku akan menutup mata dalam jangka yang lama. Selamanya.
Dengar laraku…
Suara hati ini memanggil namamu…
Kulantunkan lagu band tanah airku dengan suara lantang. Keras tanpa beban.
Karena separuh aku…
Dirimu…
Aku tersentak. Ada suara lain yang meneruskan lirik lagu yang baru saja kunyanyikan. Kucari-cari sumber suara itu. Akhirnya kudapati seseorang sedang duduk di atas tembok seraya menggelantungkan kakinya. Sepertinya Ia memandangi matahari yang belum juga menampakkan diri. Aku yakin suara sopran itu berasal dari perempuan yang kini kulihat. Karena tak ada lagi perempuan lain selain dia pagi ini.
Pagi di tempat yang sama…
Mungkin ini adalah pagi terakhirku di Hong Kong. Ternyata Victoria mampu memberi daya tarik hingga aku tak ragu untuk menjadikannya pelabuhan hatiku selama sebulan di sini. Kuhirup udara pagi ini sedalam mungkin. Berharap menemukan sesuatu yang bisa kubawa pulang ke tanah air.
Pagi biar kusendiri
Jangan kau mendekat wahai matahari…
Suara sopran itu kembali terdengar. Aku yakin suara itu berasal dari orang yang sama. Perempuan yang kemarin pagi kuperhatikan sedang seorang diri. Spontan kuarahkan pandanganku ke tempat duduknya kemarin. Dugaanku benar, dia ada di sana. Penasaran. Kuhampiri ia dan kini aku telah berada tepat di sampingnya. Aku tak tahu apakah ia menyadari keberadaanku atau tidak.
Dingin hati yang bersedih
Tak begitu tenang mulai terabaikan…
Kulanjutkan juga lirik lagu yang ia nyanyikan. Seketika ia menoleh, heran. Sejenak kami bertatapan tanpa sengaja.
Hari yang cerah, Untuk jiwa yang sepi
Begitu terang untuk cinta yang mati
Ah… ucoba bertahan dan tak bisa
Spontan kami bernyanyi bersama-sama. Menyelesaikan lirik lagu band favoritku. Dan mungkin band favoritnya juga.
“Kau penggemar Ariel?” tanyanya setelah tak ada lagi lagu yang kami nyanyikan.
“Lebih tepat, lagu-lagunya,” Jawabku datar.
“Kamu?” aku bertanya balik.
“Yaaa begitulah” responnya santai. Kuperhatikan ia sekali lagi dengan seksama. Perempuan sopran yang sempat membuyarkan lamunannku ini ternyata juga orang Indonesia. Sepertinya ia bukanlah objek yang asing dalam ingatanku. Kuamati lagi foto-fotoku di kamera. Dan tepat sekali. Ia juga berada di sini saat kedatanganku pertama kali. Tanpa sengaja, ada postur tubuhnya di hasil bidikan kameraku.
“Kau sedang apa?” aku membuka percakapan.
“Aku sedang berikrar pada pagi.” ia menanggapi pertanyaanku.
“Dalam rangka?”
“Aku berjanji akan meminum obat-obatku secara teratur, kontrol kesehatan setiap bulan, dan menuruti semua nasehat Mama.”
“Memangnya kau sakit apa?”
“Gagal ginjal.” Ia mengucapkannya dengan lancar. Jujur, ada yang menyentil hatiku dari ucapannya. Selama ini obat-obatku hanya berdiam dalam tas kecilku. Ah, lagi-lagi aku teringat mama. Ada rasa bersalah yang menimbuniku. Mama pasti kecewa jika tahu kalau aku mengacuhkan nasehat mama dan semua obat yang dokter berikan. Besok aku kembali ke bumi pertiwi. Pertemuanku dengan perempuan sopran, ikrarnya dan nyanyiannya pagi ini membawaku pada satu kesimpulan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk sembuh. Padahal, aku sangat tahu bahwa nyatanya aku belum siap untuk pergi.

Thursday, 10 October 2013


Kisah persahabatan ini di mulai ketika aku dan teman-temanku baru saja duduk di kelas 6 SD, dan ketika itu kami sedang mengerjakan tugas kelompok di salah satu rumah temanku. Silva, itulah nama panggilan ku, terkadang aku selalu dipanggil tiwi oleh temanku karena nama lengkap ku Silva Prastiwi. Dan tak lupa ku perkenalkan teman-temanku yang kini menjadi sahabatku yang tak pernah aku lupakan dan selalu aku rindukan sampai saat ini, yaitu Siska, Avita dan Rizal.
“udah selesai kan tugas nya?” tanya Rizal. “iya gak ada, tinggal tugas individu ini kok” jawab Siska. “ya udah kerjain aja yuk sekarang bareng-bareng” kata Rizal. “woooow itu mah emang mau kamu aja Zal, ngerjain nya bareng-bareng, tapi kamu mah tinggal copas doang” kata Avita dengan kesal. “ya udah lah gak usah ribut, kita kerjain sekarang aja apa susahnya sih, sekalian mikir” kataku.
Hari demi hari kami pun selalu mengerjakan tugas bersama. Terkadang, jika tidak ada tugas pun kami selalu menghabiskan waktu untuk bermain. Dan pada suatu ketika, aku dan sahabatku ingin membentuk sebuah persahabatan, dan pada akhirnya persahabatan kami di beri nama oleh Rizal yaitu Persahabatan GRANAT. Maka terbentuklah persahabatan kami yang diberi nama granat, seperti sebuah nama benda yang saling berhubungan jika salah satu dari kami pergi maka persahabatan ini akan hancur laksana sebuah granat , dan begitupun makna dari nama persahabatan kami yaitu sebuah persahabatan yang begitu indah dan istimewa sehingga jika ada orang yang ingin masuk ke dalam persahabatan kami maka persahabatan itu akan gugur. Itulah kalimat yang kami ucapkan saat kami membentuk persahabatan kami.
Waktu terus berjalan, kami tak ingin melewati satu hari pun tanpa sahabat-sahabat kami. Setiap hari aku dan sahabat-sahabatku selalu melewati hari demi hari bersama. Aku dan sahabat-sahabatku paling suka berpetualang, entah berpetualang kemana saja, dan tak pernah ada rasa lelah. Pada suatu ketika, ada teman kelas kami yang akhir-akhir ini selalu bermain bersama kami, yaitu Fadli namanya.
“ehh si fadli masukin aja ke persahabatan kami, jadi berlima”. Kata Rizal. “iya tuh ide yang bagus, masa kita sahabatan tapi ada satu teman kami yang gak bergabung dalam persahabatan kami” kata Siska. “ya udah, kamu fadli mulai sekarang gabung di persahabatan kami, Granat namanya” kata avita. “hhhmmm ya sudah jika itu mau kalian, makasih yah” kata fadli. “oya, si rizal biar gak sendirian juga tuh cowonya, hehe” kataku.
Akhirnya persahabatan kami pun bertambah menjadi lima orang. Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan, kami semakin kompak dan semakin erat ikatan persahabatan kami. Terlalu sulit untuk di lupakan kan dan terlalu erat untuk di pisahkan.
Dan suatu ketika, peristiwa yang tak pernah kami harapkan dan tak pernah kami bayangkan dan fikirkan pun terjadi. Hal yang paling aku dan sahabat-sahabatku takutkan jika peristiwa ini terjadi pada persahabatan kami.
Suatu sore hari tepatnya jam 17.00, aku ingin meminjam buku pada sahabatku fadli. Karena pada saat itu dia tidak masuk sekolah karena sakit. Akhirnya aku, rizal, siska dan avita pun pergi ke rumah fadli untuk meminjam buku. Lumayan jauh rumah fadli dibandingkan dengan rumah rizal, siska maupun avita. Maka disitu aku dan sahabat-sahabatku cepat-cepat pergi ke rumah fadli karena hari sudah mulai gelap dan sepertinya akan turun hujan. Waktu pun menunjukan jam 17.40, aku dan sahabat-sahabatku cepat-cepat segera pulang setelah pinjam buku dari fadli. Dan baru di tengah jalan hujan pun turun, aku dan sahabat-sahabatku sangat panik. Dari situ rizal mengajak aku dan yang lainnya untuk berteduh dulu di rumah yang dekat dari situ. Aku pun cemas karena hari sudah maghrib takut kami di cari oleh orang tua kami.
“Zal kenapa kita harus berteduh dulu si? Ini kan udah maghrib, kalau dicariin gimana?” kataku dengan cemas. “udahlah gak bakalan dicariin kok, dari pada kita ujan-ujan nanti sakit gimana?” jawab Rizal. “gimana gak nyariin, orang udah maghrib gini” kataku kesal. Disitu kami pun berteduh sampai jam 18.30. aku sangat cemas sekali takut dimarahin sama orangtuaku. Dan ketika hampir dekat dengan kampung rumahku, banyak orang yang menyanyakan aku, rizal, siska dan Avita. “tuh kan zal, habis lah kita” kataku. Aku sudah menyangka ini pasti terjadi.
“dari mana aja kamu?” tiba-tiba aku ketemu dengan ayahku. “abis pinjem buku yah, tadi kan ujan, jadi berteduh dulu” jawab aku. “kenapa gak dari siang? Main aja kamu, udah mulai besok gak boleh mai-main lagi sama temen-temen kamu” kata ayahku. “tapi kan yah..” kataku. “gak ada tapi-tapi, pokoknya kamu gak boleh sahabatan lagi sama mereka, kamu harus belajar bentar lagi ujian” itulah ucapan ayahku yang tak bisa aku jawab lagi.
Dan dari situ aku mengurung diri di kamar, merenungkan diri kenapa peristiwa ini bisa terjadi. Oh Tuhan, begitu berat cobaan yang engkau berikan kepada persahabatan kami. Aku menangis, berfikir dan terus berfikir, mencoba menerima semua peristiwa yang terjadi pada persahabatan kami. Aku baru menyadari bahwa sebab peristiwa ini terjadi karena makna dari nama persahabatan kami. Yaitu jika ada yang masuk ke dalam persahabatan kami, pasti persahabatan kami akan gugur. Tak pernah teringat ketika aku dan sahabat-sahabatku memasukan fadli ke dalam persahabatan kami. Itu tandanya persahabatan kami telah tersentuh oleh orang lain.
Keesokan harinya, aku, rizal, siska dan avita pun berkumpul di tempat yang selama ini kami bersama, bernyanyi bersama, yaitu di sawah indah. Mungkin disitulah aku dan sahabat-sahabatku bersama di tempat terindah yang selalu kami lewati bersama di persahabatan granat ini.
Dan sekarang, persahabatan granat, sawah indah dan berpetualangan hanyalah sebuah kenangan. Kenangan yang tak pernah bisa aku lupakan, dan persahabatan yang selalu aku rindukan sampai saat ini..

Tuesday, 8 October 2013


Jumlah gebetan yang pernah bersama denganku selalu berbanding terbalik dengan jumlah mantan yang kukenal. Diibaratkan mencari sebuah jarum di dalam tumpukan jerami. Pergi ke sana, ketemu mantan, pergi ke sini ketemu mantan. Di mana-mana ada mantan, rasanya duniaku sudah tidak nyaman lagi untuk dihuni. Meski begitu yang menjadikan dunia ini tetap manis adalah dengan kehadiran para “bidadari” gebetan.
Tapi aku tidak sendirian, masih banyak di luar sana yang memiliki nasib sama denganku. Sebut saja kedua temanku yang tidak kalah “rekor”-nya dalam masalah percintaan. Handoyo, si jangkung berwajah bayi dengan hati yang polos, pengikut aliran PMDK (Pendekatan Mulu Dapet Kagak), serta Fadli, peserta SBMPTN (Seleksi Bersama Mencari Pasangan Tanpa Ngantri). Aku sendiri adalah Rizal, tanpa diulang, salah satu pencetus Undangan, yaitu mencari pasangan melalui jalur undian atau comblangan. Kami bertiga adalah Trio wkwkwk.
Pada kesempatan yang indah dan mempesona kali ini, cinta datang begitu saja tanpa permisi. Kami bertiga, selalu solid dan setia kawan dalam masalah berbagi, kecuali cinta. Kali ini, dewi Fortuna berpihak kepadaku. Belum lama ini aku berkenalan dengan salah seorang gadis bernama Talita.
“Guys! Doain gua di date pertama ini ya!” ucapku kepada kedua sahabatku itu.
“Nge-date? Udah jadian lu bang?” tanya Handoyo sambil menggunting kuku kakinya dengan posisi manuever “bangau main demprak.”
“Proses, tinggal nunggu clearance nih hehe,” jawabku bangga. Malam itu aku mengenakan pakaian super mewah dan keruwen banget. Saking kerennya jadi keruwen.
“Makan-makan ya Zal,” sahut fadli dari dapur, sedang memasak mie rebus.
“Emang acara arisan apa,” balasku.
“Peje harus turun nih atau kita demo,” timpal Handoyo.
“Yoooo!” balas Fadli.
“Berani meres gua nih?” tanyaku.
“Yaelah bang, lu mah Jawa doang tapi unyu,” balas Handoyo.
“Makanya cewek banyak yang suka,” timpalku pede.
Unyu? Apakah aku selucu itu? Sule kalah dong?
Date pertamaku setelah sekian abad menjomblo, hidup dalam kesendirian. Mantan pertamaku seperti cleopatra, aku menjadi budak cintanya. Dan seterusnya, hingga mantan terakhirku adalah atlit silat yang terkemuka. Tidak cuma hatiku yang kelepek-kelepek, wajahku dibuatnya meletek-meletek.
Aku menangis?
Cuma sekali tiap malam kok. Sambil dengerin lagu galau, kalau tidak Kerispatih yang “Mengenangmu” ya lagu Dewa 19 “Pupus”. Namun semuanya berubah ketika aku bertemu dengan Talita. Sosok gadis yang selalu tersenyum, cantik, pintar, dan mudah tertawa. Padahal lawakanku jayus dan garing nampol, akan tetapi ia tetap tertawa mendengarnya. Tawanya indah bagaikan senandung bidadari dari surga, dan suaranya begitu merdu seperti alunan harpa para malaikat.
Date malam ini harus sukses!
Kami bertemu di sebuah restoran bintang empat, aku sengaja memesan makan malam khusus nan romantis. Tema “Candlelight” dinner menjadi menu utama malam ini.
“Makasih lho kamu udah mau repot begini,” puji Talita yang malam itu mengenakan gaun merah ciptaan seorang desainer terkenal, yang tak kukenal.
“Ini semua istimewa untuk kamu kok,” sahut mulut buayaku mulai beraksi.
“Tapi kamu romantis banget,” balasnya. “Kamu cowok pertama yang ngajakin aku nge-date di tempat… mewah seperti ini…”
“Kalau jadi pacarku tiap malam juga kita makan di sini,” sahutku.
“Eh? Apa kamu bilang?”
“Eh enggak em… anu mari makan dulu, kasihan makanannya sudah dingin karena terpana dengan kecantikanmu…”
“Ihhh gombal!”
Aku tidak dapat mengingat menu malam itu. Aku tidak dapat menggambarkan cita rasa tiap sendoknya. Yang kuingat dan kuperhatikan hanya Talita seorang, meski makanku jadi belepotan seperti bayi. Sendok di sana, makanan di sini. Tapi Talita begitu perhatian, ia langsung menyeka mulutku dengan penuh kasih sayang. Aku tidak dapat melupakan malam ini.
“Terimakasih ya Zal,” katanya setelah kuantar pulang. Aku mengantarnya hanya sampai depan gerbang.
“Sama-sama,” jawabku senang.
“Gak mampir dulu? Di dalam ada kakak dan adikku, ibu dan ayah juga.”
“Mungkin lain waktu, lagipula sang putri butuh istirahat agar kecantikannya tetap terjaga ya kan?”
Talita hanya tertawa mendengarnya. Soal gombal aku ahlinya, menaklukan hati wanita aku-lah pakarnya.
Beberapa minggu berlalu, hubunganku dengan talita semakin bertambah erat. Dan sepertinya, kedua sahabatku ini semakin penasaran dengan sosok talita yang menjadi target operasiku.
“Bro, bawa dong gebetan lu ke sini, kita-kita kan mau kenal!” pinta handoyo yang sedang menonton bersama fadli.
“Entar deh kalo udah jadi!” kelitku.
“Bilang aja takut tak ambil zal,” sahut fadli.
“Ah udahlah lu berdua nonton JKT 48 aja deh, gua pergi dulu ya, mau jemput talita latihan nih!” kataku. Aku sudah berjanji untuk menjemputnya seusai ia latihan basket di GOR.
“talita? Jadi namanya talita?” tanya handoyo. “Please banget deh kepo nih kritis, lihat fotonya dong? Ada twitternya?”
Karena tidak tahan melihat wajah mupeng sahabatku, aku memberikan akun twitter talita, yaitu @tlithaboekanahlay.
“Lho? Ini kan…” kata fadli sedikit terkejut melihat avatar talita di akun tersebut.
“Ada apa fad?” tanyaku.
“Namanya bener talita?” tanya dia.
“Iyo atuh, kenapa deh?”
“Mirip mantanku zal,” sahutnya. “Mantanku, tapi aku lupa namanya…vita atau siapa gitu…”
“Moso toh?” tanyaku.
“Persis banget!” kata fadli.
“Yakin lu fad?”
“Hemm… bulu mata sebelah kirinya lebih panjang dari sebelah kanannya enggak? Atau ada rambut uban yang panjang sendiri deket telinganya…?”
“fad,” kataku berwajah datar seperti jalan tol. “Cirinya jangan yang begitu dong, ada ciri lain?”
“Hehe maaf le, coba kamu lihat apa ada tahi lalat di leher belakangnya?”
Tahi lalat?
Aku jadi penasaran sekarang. Apa benar talita adalah “mantan” yang fadli maksud? Bila benar, tentunya tidak etis, berpacaran dengan mantan sahabat sendiri. Bukan karena sekon-nya, tapi itu dilarang dalam buku etika bersahabat halaman tiga puluh paragraf dua baris sepuluh kalimat kelima yang berbunyi: “Jangan mengembat apa yang bukan hakmu, ambillah hakmu selain hak temanmu, sekalipun ia melalaikan hak itu.”
Oke, aku akan memeriksanya!
Sesuai rencana, aku menjemput talita dan mencoba melihat tahi lalat di leher belakangnya… tanpa diketahui olehnya tentu.
“Ada apa zal?” tanya talita yang sedikit risih karena melihat tingkahku yang sedikit “berbeda”.
“Ah enggak,” kelitku, masih mencoba memperhatikan tahi lalat itu.
“Kamu sakit leher?” tanyanya.
“Enggak… eh iya, iya deh! Salah bantal kayaknya!”
“Bantal siapa yang kamu pakai memang?” candanya.
“Bantal fadli atau handoyo temanku mungkin,” jawabku seadanya.
“fadli… katamu?” tanyanya seolah mengingat sesuatu.
“Iya… fadli… kenapa?”
“Ah enggak apa-apa…” jawabnya seperti mencoba menyembunyikan sesuatu.
Aneh.
Aku jadi semakin penasaran. Jadi aku memakai trik kuno.
“Ada kotoran tuh di lehermu.”
“Eh? Mana?” tanyanya sambil mengibaskan rambut yang menutupi lehernya.
“Itu di belakang!” tunjukku.
“Mana?”
Ah belum kelihatan lagi.
“Eh tuh ada cicak.”
“Eh? Mana? Ih jijik usir dong!”
Aku mengambil kesempatan itu untuk melihat dari dekat. Tak ada. Tak ada ternyata.
Aku lega, ternyata ia bukan orang yang fadlu maksud… akan tetapi…
“Udah gak ada cicaknya?”
“Eh… iya eh udah pergi tuh ke konser,” jawabku.
Hubungan ini semakin berjalan ke arah yang jelas, tidak seperti wajahku. Akan tetapi, talita tampaknya curiga kepadaku. Ia memintaku untuk menemuinya di sebuah hotel di wilayah elit. Dia memintaku untuk datang sendirian. Tapi aku takut, jadi aku mengajak kedua sahabatku untuk menjagaku.
“Haloooo, lu seorang yang jawa banyumas berwajah seram bertubuh hercules ini takut sama cewek?” kata handoyo.
“Serius takut deh, takut diapa-apain, gimana kalo gua diperk*sa sama dia?” tanyaku.
handoyo dan fadli memasang wajah datar persis jalan tol. “Lu? Diperk*sa? fak”
“Nanti gua bukan perjaka lagi deh,” jawabku sedih. “Ayolah! Lagian gua curiga sama dia nih!”
“Gua juga penasaran sih zal sama talita ini…” timpal fadli.
“Berani bayar berapa lu bang ngajak kita ke sana?”
“Entar gua comblangin deh lu berdua sama temen gua!” jawabku.
“Ciyus?” tanya handoyo.
“Temen lu emang ada yang cantik?” tanya fadli.
“Ada banyak! Yaaaa…. ada-lah! Kalo gak salah! Gak gua pacarin aja karena itu temen gua!”
Jadi, Trio wkwkwk ini akhirnya pergi bersama. Menuju hotel yang disebutkan oleh talita. Malam ini, semuanya akan terjawab… kurasa…
“Lantai lima puluh tiga kamar nomor dua,” isi sms talita kepadaku.
“Tuh baca deh bro! Ngeri ah mainannya udah pesen kamar-kamaran,” kataku.
“Bro,” kata handoyo. “Lu kan jawa banyumas muka sangar? Hati lu ternyata hello kitty ya?”
“Bukan bro, itu mah untuk cewek. Kalo teletubbies masih oke deh,” sahutku. “Muka doang serem, hati gua mah selembut salju…”
Aku menyuruh kedua sahabatku untuk mengikuti dari belakang, dan mengawasi dari belakang.
Langkahku sempat terhenti ketika aku tiba di depan pintu kamar hotel yang dimaksudkan.
Nafasku memburu. Jantungku terpompa lebih kencang daripada pompa PDAM. Aku siap, tapi tidak siap, eh galau.
Kuketuk pintunya.
“Masuk,” terdengar suara manis dari dalam. Suara talita. Pasti, atau suara tante kunti yang menyamar dan siap memakanku. Ihh kok jadi mikir yang tidak-tidak.
“Ini aku, rizal,” kataku.
“Masuk aja zal,” pintanya. “Tidak dikunci kok…”
Aku membuka pintu. Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam. Aku berjalan pelan. Duh update banget ceritanya kaya orang gaul lagi nge-tweet.
Aku melihat talita tengah berdiri membelakangiku, menghadap jendela, memperhatikan langit gelap dan suasana malam kota hiruk pikuk ini. Wajahnya terhalang oleh rambutnya yang panjang.
“Kamu datang sendiri kan?” tanyanya tanpa menoleh kepadaku.
“Eh anu… iya sendiri kok…”
“Bener? Kamu gak bohongin aku kan?”
“Iya…”
“Ada yang mau aku sampaikan sama kamu… sebelumnya,” katanya lalu menoleh. “Seberapa sayang kamu sama talita?”
“Eh? Kok begitu pertanyaannya?”
“Ya gak apa-apa kan?”
“Aku sayang dan tulus sama kamu. Sejak pertama bertemu, aku tau bahwa aku tidak salah langkah lagi.”
“Banyak cowok yang ngakunya begitu, ujung-ujungnya malah ninggalin… cowok cuma manis di mulut aja!”
“Beda denganku. Aku manis keseluruhan, hehe kamu tau maksudku kan?” candaku. greget. talita tak tertawa.
“Greget,” katanya.
Seketika aku menyadari sesuatu.
“Di mana talita” tanyaku.
“Apa maksudmu…? Aku talita? Apa kamu lupa Zal?”
“Bukan,” jawabku. “Kamu bukan talita. Berhenti menipuku dan hentikan permainan ini!”
Wanita yang berdiri di hadapanku langsung menepuk tangan dan tertawa.
“Kamu memang hebat, seperti kata talita padaku,” ujarnya. “Dari mana kamu tau aku bukan talita?”
“talita selalu tertawa meski aku bingung. talita sangat ceria. Kamu jutek.”
“Eh enak aja ya!”
“Lalu… siapa sebenarnya dirimu?”
Belum sempat ia memperkenalkan diri, seseorang yang mengejutkanku.
“Zal? Kamu udah sampe? Jahat nih kak Vita gak kasih tau kalo dia udah sampe!”
“Eh? Vita?” tanyaku.
“Iya rizal… kak vita adalah kakakku… kami adalah anak kembar,” jawabnya.
“UUUEEEHHHH???” betapa terkejutnya diriku. talita dan vita, anak kembar.
“Apa-apaan ini….?” tanyaku seolah tak percaya, atheis, tak percaya, ah sudahlah.
Pintu kamar didobrak. Handoyo dan fadli masuk menerjang.
“Ada apa bang ?” tanya mereka, yang terkejut juga karena melihat dua wanita yang sama persis, berdiri di hadapan mereka.
“Fadli…?” tanya vita terkejut pula.
“vita….?” tanya fadli membalas.
Cinta lama bertemu kembali, CLBK. Ternyata fadli pernah berpacaran dengan saudari kembar dari talita, yakni Vita.
Aku langsung menyatakan perasaanku kepada talita malam itu juga. vita merestui kami dan talita menyetujuinya. Akhirnya aku memiliki hubungan yang jelas! Dengan wanita yang kuidamkan sejak awal bertemu.
Vita dan fadli sepertinya balikan, tapi itu butuh proses. Tampaknya sih lampu hijau.
“Reuni yang indah ya,” kata Handoyo menangis.
“Lho kok lu nangis?” tanyaku.
“Tinggal gua nih yang jomblo.”
Kami tertawa mendengarnya.
“Malam ini gua traktir kita makan!” ucapku.
Semua bersorak.
“Yeee makan enak!” kata fadli.
“Makan mewah nih!” timpal handoyo.
“Makan di mana zal?” tanya talita.
“Kita makan…. di angkringan jalan…. katanya nasi kucingnya enak lho!”
“what…” sahut mereka. Kecuali talita, ia tertawa.
“Eh sebentar deh!” kata vita. “Aku sekalian ngajak ade kita aja ya!”
“Boleh kan Zal?” tanya talita menunjukkan wajah imut nan unyu, memohon izin dariku.
Aku mengintip isi dompetku. Ikhlas saja, walau menghela nafas, jatah bensinku harus berkurang bulan ini.
“Adikmu?” tanya fadli. “Kamu punya adik lagi vit?”
“Iya fad… adik perempuan kembarku juga…”
“Eh? Kalian tiga bersaudari kembar semua?” tanyaku.
“Iya…”
“Namanya siapa? Siapa?” tanya Handoyo senang.
“Silva,” jawab Talita.
Silva? Yang ada difb  namanya sillva prastiwi itu? Pikirku.
“Kamu pasti seneng deh bertemu dia, dia itu modis dan update terus!” jawab talita.
“Cantik kan adikmu?” tanya handoyo.
“Tentu dong!”
“Tapi… kenapa namanya Silva kayak nama si ... sudahlah?” bisikku perlahan.
Apa lagi yang lebih parah daripada tiga bersaudari kembar? Yang penting, aku tidak jomblo lagi, itu sudah cukup.

Wednesday, 2 October 2013


“Vita… BANGUN…, udah siang ini weh lu kagak bangun ape?, lu mau gantian ama Mami jaga warung hah?” Mami teriak-teriak nggak jelas di kamar gue.
“Berisik! 10 menit lagi Mi, tanggung…” balas gua dari balik selimut.
“Jiah ni anak malesnya minta diketekin kali yak”
Mami langsung buka selimut gue, mulai aksi ketek Mami plus narik kaki gue dari dalam selimut ampe jatuh ke bawah tempat tidur
“BRUG…”
“Ah… mami, nggak bisa lihat orang seneng napa ganggu mulu” Gue sewot marah-marah ke Mami.
“Eh lu itu anak gadis kudu bangun pagi, mandi biar wangi, nah yang ini jam segini masi molor” Mami tambah meninggikan nadanya bikin telinga sakit.
“Iye udah sekarang bangun ini Mam” Gue jalan keluar kamar masi sempoyongan ambil handuk langsung ke kamar mandi.
Mami gue tiap hari kerjaanya ngomel mulu pengen rasanya gue beliin obat anti ngomel terus gue minumin ke Mami biar penyakitnya itu cepet sembuh. Ada aja alasan yang bikin Mami ngomel ya tetangga sebelah ngutang di warung Mami lah, ya ujan badai yang tiba-tiba lah, ya cucian yang banyak lah. Pokoknya selalu ada alasan buat Mami NGOMEL. Lama-lama kuping gue budek kali tapi kayaknya ini udah rada-rada budek, itu yang bikin hati gue GALAU. Belum lagi masalah gue yang baru putus terus masalah belum dapet kerjaan padahal sudah lama gue tamat dari YPT2 . Duh kasian banget sih gue ini semua CUKUP membuat GALAU. Aduh lama-lama rasanya kepala gue mau mleduk.
“Weh…ngapain lu ngelamun jam segini?” Siska ngagetin gue dari belakang.
“Busset, lu bikin kaget gue aja permisi dulu napa” Gue protes ke Siska
“Emangnya pintu, ngapain lu ngelamun disini bukannya kerja sono Bantu Mami lu” Siska ngasi saran.
“Ogah empet gue sama omelan mami nih kuping gue udah rada-rada budek” Gue curhat ke Siska.
“Nah gue ada usul gimana kalau lu tanya ama Mbah Handoyo” Siska nyoba ngasi ide
“Ya elah ini zaman modern Cul, Mbah handoyo gitu mah udah kuno” Gue ngeremehin ide Siska
“E..e… jangan salah ini Mbah zaman modern namanya Mbah Handoyo. Lu pasti kagak tahu dah wong kerjaan lu cuma main congklak”
“Terus.. terus lu ngejek gue mentang-mentang lu kuliah sekarang di kota gitu?. Ngapain sekarang lu balik lagi ke desa?, ganggu hidup gue yang aman tentram sentosa aja lu” gue balik ngatain Siska.
“Lu mau dibantuin kagak? Kalau nggak ya udah saya ikhlas lahir dan batin” Siska langsung berdiri mau pergi.
Gue langsung bilang “STOP PRIT PRIT… iya iya gue percaya lu, gimana caranya? Kasi tahu gue biar hidup gue berubah tapi ini gratis kan?”
“Buju buneng lu perhitungan amat yak… iye GRATIS” Siska sewot
“Ya udah cepetan kasi tahu gue”
“Sabar Non, ini gue lagi nyari resep dari si Mbah google kerabatnye mbah handoyo. Nah.. ini cocok banget buat lu” siska nunjuk-nunjuk teks di ponselnya.
“Habis Galau Terbitlah Move On” gue rada bingung baca teksnya “Lah, maksudnya apa?”
“Ini kan ada langkah-langkahnya, lu kan lagi galau tuh ini obat buat nyembuhin galau lu itu biar lu Move On” siska menimpali.
“O…” gue manggut-manggut.
“Nih udah gue save di ponsel gue lu bawa aja itung-itung itu hadiah dari gue besok gue mau berangkat lagi ke kota dan lu kudu berhasil ngelakuin semuanya” perintah siska.
“Siap laksanakan Nyonya siska” kata Gue sambil beri hormat ke siska.
Malamnya di kamar gue merhatiin itu teks bacaan Habis Galau Terbitlah Move On.
Langkah satu lu mesti menghindari yang namanya diam melongo, lu mesti bangun pagi, bantuin emak kek, olahraga kek, atau jailin kakek kek TERSERAH!!!. Kalau lu nggak bisa bangun pagi pakai tu jam weker tapi kalau weker juga nggak mempan bolak-balik guling lu 3X sebelum tidur sambil bilang Gue mesti bangun jam 5 pagi. Besoknya lu pasti bangun jam 5 pagi. Eit.. jangan baca langkah berikutnya sebelum lu berhasil melakukan langkah yang pertama. Astaga ini obat galau apa bukan sih ya sudahlah gue percaya sama siska sahabat gue. Gue ambil bantal tempat kepala gue sebelum tidur dan melakukan ritual sesuai teks tadi.
“Gue besok mesti bangun jam 5 pagi, balik bantal, Gue besok mesti bangun jam 5 pagi, balik bantal, Gue besok mesti bangun jam 5 pagi nah, udah tiga kali ucapan kan? Mari kita tidur”.
Besoknya AJAIB gue melek jam 5 pagi WOAH HEBAT…langsung aja gue mandi terus Bantu Mami masak, beresin rumah, nyuci, jemur, bersihin warung sampai Mami heran ngelihat gue.
Mami naruh tangan di jidat gue “Lu kagak sakit kan Vit?” Mami khawatir.
“Kagak, kenapa emang” kata Gue nyahut sambil terus ngelap meja.
“Lu aneh kagak biasanya juga lu rajin begini, lu nggak kesambet kan?” Mami tambah khawatir.
“Ya elah Mami zaman udah modern juga masi aja percaya ama yang begituan. Ya kagaklah” Gue menyangkal.
Tapi tetap aja muka Mami heran banget sama perubahan gue hahaha ini tandanya berhasil kan berarti gue boleh baca TEKS selanjutnya.
Langkah kedua Hindari menyalahkan orang lain dan temukan kalau hidup lu itu benar-benar berarti plus tanggkal setiap omelan dengan hadiah. Tau kagak caranya? Kalau kagak ini dikasi contoh bisa kumpulin buku bekas terus sumbangin ke panti asuhan kek, jadi guru gratis buat anak-anak jalanan kek, atau yang paling simple beliin orang tua atau saudara lu kado. JANGAN BACA TEKS BERIKUTNYA KALAU LU LU LU NGGAK BERHASIL.
“Ya elah tetep, malah sekarang pake CAPLOCK” Gue ngeluh.
“Aduh… kalau beli kado duit darimana? Gue nggak punya uang. Kalau kumpulin buku bekas disini kagak ada panti asuhan. Kalau jadi guru gue nggak pandai entar apa yang ditanya anak murid gue nggak bisa jawab kan malu”.
Tiba-tiba ada suara khas yang gue kenal nyempreng banget manggil nama gue “Vita…” suara Mami.
“Iye… vita di dapur Mam” sahut Gue.
“Nih Mami kasi, hari ini Mami dapet jualan banyak” kata Mami sambil naruk duit di tangan gue terus ngeloyor pergi.
“Ya ampun, ya Tuhan begitu besar berkatmu kepadaku sekarang gue tahu apa yang harus gue lakuin” senyum gue mulai mengembang kagak kuncup lagi.
Di pasar malam gue jalan-jalan mau beliin Mami hadiah tapi yang nggak mahal jelas, biar sisanya bisa gue tabung pokoknya gue mesti tobat. Clingak-clinguk nggak jelas di pasar akhirnya gue nemu kado yang pas buat Mami yaitu Daster ala Syahrini. Nah, Mami kan ngefans banget sama dia jadi pasti senang banget. Gue bungkus aja itu baju sambil senyum-senyum pulang.
“Mami… ini ada kado dari vita” kata gue sambil nunjukin Daster ala Syahrini.
“Oalah ini bagus banget” kata Mami sambil megangin daster nya terus bilang makasi sambil meluk gue terus langsung masuk ke dalam katanya mau make itu baju detik ini juga. Untung Mami nggak tau itu baju udah gue bolak-balik 3 X pakai mantra “Mami dilarang ngomel nyempreng lagi, mami dilarang ngomel nyempreng lagi, mami dilarang ngomel nyempreng lagi. Yah.. kali kali aja manjur. Sip mari kita lanjutkan baca TEKS.
Langkah ketiga SELAMAT kamu sudah berhasil MOVE ON teruskanlah tindakanmu yang positif hari ini sampai hari esok sehingga hidup kamu berarti buat dirimu dan orang lain. Sebenarnya TEKS ini cuma kibulan semata sih alias nggak ada yang bener isinya hahahaha. Mata gue langsung melotot baca itu tulisan di pojok kiri TEKS yang bunyinya dikutip dari “BLOG RIZAL PENULIS YANG MENGINPIRASI SEPANJANG MASA TIADA AKHIR SAMPAI KAPANPUN.
“Astaga siska… awas lu ya ngerjain gue” kata gue teriak-teriak kesurupan.