Monday 19 January 2015

Selain pernah sakit karena jatuh dari pohon kenari, gue juga pernah merasakan sakit karena jatuh cinta. Gue ditolak cewek itulah intinya. Sebut saja namanya Bunga. Itu hanya nama samaran, kayak korban-korban perkosaan di koran. Sebab kalo gue tulis nama aslinya Kinyandri Agnesia gitu, gue takut kena tuntut.

Wednesday 5 November 2014

CINTA…
Cinta bagiku adalah rasa kasih sayang terhadap sesama… cinta itu suci… indah… dan tak dapat di ungkapkan dengann kata-kata.
PENYESALAN…
Penyesalan untuk ku merupakan perasaan bersalah atas semua keputusan… perbuatan yang telah ku ambil dan ku lakukan.

PENYESALAN CINTA
Setiap manusia pasti pernah merasakaan apa itu jatuh cinta, dan setiap manusia pasti tak lepas dari kesalahan juga merasakan penyesalan.

Namaku jaya… ini adalah kisah ku, dimana aku merasakan penyesalan karena kesalahan yang teramat besar dalam kisah percintaan ku.
Berawal dari tahun 2007, saat bertemu dengan seorang gadis yang lugu, manis, baik, dan pastinya pintar. Dia bernama Omega Yulistya biasa di sapa MEGA… Ku mengenalnya belum lama tapi kita cepat dekat dan tak lama kita pun jadian, saat itu bulan romadhon.

Mega adalah wanita pertama yang menjadi cewek ku. Dia benar-benar baik, pengertian, perhatian dan rela berkorban demi kebahagiaan ku. Setalah hubungan kita berjalan 2 tahun ku melakukan kesalahan yang teramat besar… ku telah menduakannya tanpa perasaan setelah apa yang semua berikan pada ku, setelah apa yang dilakukan untukku.

Dia tahu ku menduakannya… tapi dia tetap setia menungguku selama 3 tahun lamanya dan dia tetap setia berkorban apapun untukku.
“Kita akan merasakan seberapa berartinya wanita yang tulus dan ikhlas mencintai kita setelah kita benar benar kehilangannya”
Perkataan itu memang benar faktanya…

Setelah 3 tahun dia menunggu ku.. menunggu semua janji-janji yang kuberikan padanya… setelah 3 tahun dia menanti sebuah kepastian dari diriku untuk menikahinya… dan setelah 3 tahun apa yang menjadi harapannya dan impiannya tak terwujud tapi sakit juga pengkhianatan yang dia trima. Akhirnya dia lelah… dia tak sanggup lagi… dan memutuskan untuk berhenti berharap dari ku.

Ku sadar atas semua kesalahan ku… kesetiaan dan pengorbananya telah ku sia-siakan
Perkataan darinya yang sampai skarang masih ku ingat “karma itu ada… dan kamu pasti akan merasakan apa yang kurasa… kamu akan menyesal seumur hidup mu” dan ternyata itu benar

Ku telah berusaha untuk kembali, untuk menebus semuanya. Tapi semua telah terlambat dia telah mendapatkan pendamping yg benar-benar bisa membuatnya nyaman dan bahagia… sedangkan aku… hanya bisa meratapi kehancuran yang selama 3 tahun ku tak bisa berhenti mengharapkannya sampai sekarang.

Satu hal yang bosa ku ambil dari semua ini…
“janganlah menyia-nyiakan orang yg tulus ikhlas mencintai kita, hargailah pasangan sebagaimana kita menghargai diri kita sendiri”

Kiriman dari : Wahid Sanjaya

Thursday 11 September 2014


Seorang gadis bernama Kana tinggal bersama orang tua dan neneknya. 

Neneknya semula adalah wanita tua yang baik hati. Namun beberapa tahun terakhir, ia hanya menghabiskan sebagian besar waktunya di atas tempat tidur dan menjadi eksentrik. Ia tak hanya menjadi manja dan sering mengeluh pada ibu Kana yang selalu merawatnya, namun juga sering mengatakan hal-hal yang membuat orang lain depresi. “Kamu hanya menungguku untuk mati!” ia selalu mengulanginya terus- menerus. Mencoba untuk menenangkannya jutsru hanya membuatnya bertambah yakin pada pendapatnya. Akhirnya ibu Kana menjadi muak dan mulai berhenti mengurusnya. Wanita tua itu menjadi kurang mendapat perhatian dan kualitas makanan yang ia dapatkan pun menurun drastis. Kesehatannya pun menurun dan akhirnya ia tak lagi mampu bergerak maupun berbicara. Ia tak pernah lagi bangkit dari tempat tidurnya dan jelas bahwa hidupnya takkan lama lagi. Kisah ini berawal dari pengalaman aneh yang dialami Kana suatu malam. 

Suatu malam saat sedang tertidur, ia terbangun karena suara klakson mobil yang menggema di luar rumahnya. Ia mencoba untuk mengabaikannya dan kembali tidur, namun suara klakson itu justru bertambah keras. 

Kana menjadi kesal dan memutuskan untuk bangun dan menengok keluar jendela. Kana membeku ketakutan begitu melihat mobil yang terus-menerus membunyikan klaksonnya itu. Itu adalah sebuah mobil jenazah. Dan mobil itu berhenti tepat di depan rumahnya. Kana tak bisa memastikan apakah ada orang di dalam mobil itu, namun tampaknya mesin mobil itu tak menyala. Saat Kana memperhatikan mobil itu, tiba-tiba saja bunyi klakson itu berhenti. Seolah-olah siapapun yang berada di dalam mobil itu tahu Kana tengah memperhatikannya. 

Atau mungkin tujuan mobil itu terus menyalakan klakson agar Kana menengok keluar? Kana menjadi takut dan segera berlari ke atas tempat tidurnya kembali. Ia menutup selimutnya hingga key atas kepalanya dan menunggu pagi datang. 

Sepanjang malam itu ia lalui dengan suasana sunyi. Pagi harinya, Kana bertanya kepada keuda orang tuanya apakah mereka mendengar klakson mobil jenazah di luar rumah mereka tadi malam.

Namun mereka berdua ternyata tak mendengar apapun. Tak mungkin mereka tak mendengarnya, pikir Kana. Suara klakson itu keras sekali, cukup untuk membangunkan tetangga-tetangga mereka. 

Namun orang tua Kana sepertinya tak punya alasan untuk berbohong. Lagipula, tetangga-tetangga mereka juga seharusnya mendengar suara itu juga. Namun tak ada seorangpun yang mengeluh. Hanya ada satu alasan yang masuk akal. Mobil jenazah itu datang untuk menjemput neneknya. Kana lalu mengintip ke kamar neneknya. Neneknya hanya terbaring saja di tempat tidur seperti biasa. Mobil jenazah itu kembali malam berikutnya dan malam-malam selanjutnya. 

Kana mencoba mengabaikannya, namun suara klakson yang terus-menerus terdengar itu membuatnya tak bisa tidur. Anehnya, seperti malam yang lalu, klakson itu hanya berhenti bersuara jika Kana menatapnya dari jendela. Pada hari ketujuh semenjak kehadiran mobil jenazah itu, orang tua Kana pergi untuk mengunjungi kerabat mereka.

Kana ingin ikut dengan mereka, namun seseorang harus tinggal di rumah untuk menjaga neneknya. Kana takut, tapi ia tak punya pilihan lain. Ia ingin memberitahukan orang tuanya mengapa ia begitu ketakutan, namun ia tahu mereka takkan percaya kepadanya. 

Rasa takutnya terhadap mobil jenazah itu sudah tak terbendung lagi, dan kini ia sendiri. Malam itu Kana mencoba menghibur dirinya dengan menyalakan televisi. Orang tuanya berjanji akan kembali keesokan harinya. Kana mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia hanya harus melewati malam ini saja dan setelah itu semuanya akan baik- baik saja. Jarum jam menunjukkan jam 9. Tiga jam lagi menuju tengah malam. Waktu kedatangan mobil jenazah itu makin mendekat. Kana menunggu telepon dari orang tuanya. Mereka berjanji akan meneleponnya malam itu untuk mengecek keadaannya, namun telepon itu tak kunjung datang. Akhirnya Kana tertidur. Ia terbangun ketika mendengar klakson mobil jenazah itu. 

Kali ini suaranya tepat berasal dari depan rumahnya. Dengan ketakutan, Kana menengok melalui jendela ruang tamu. Seusai dugaannya, mobil jenazah itu terparkir di depan rumahnya. Namun kali ini sesuatu yang berbeda yang membuat Kana menggigil ketakutan.

Biasanya mobil itu selalu tampak kosong. Namun kali ini ada beberapa orang berpakaian hiam-hitam keluar dari mobil itu. Ia menatap dengan ketakutan ketika orang-orang itu mendekati gerbang rumahnya. 

Apa mereka hendak masuk ke sini? Kana mulai panik.

Bel pintu rumahnya berdering dengan keras di tengah kesunyian rumah itu.

Siapapun yang berada di depan itu menekan bel dengan keras dan tanpa henti, seolah-olah mereka bersikeras ingin masuk. Deringan bel itu akhirnya berhenti, berganti dengan suara ketukan halus di pintu. Namun suara ketukan yang awalnya pelan itu berubah menjadi sangat keras hingga seolah-olah mereka hendak mendobrak pintu tersebut. Tubuh Kana terpaku karena rasa takut. Kana mulai berpikir, bagaimana jika pintu depan belum dikunci? Sudahkah ia menguncinya? Kana tak bisa mengingatnya. Mungkin saja belum. Jika itu benar, maka yang perlu mereka lakukan untuk masuk hanyalah memutar pegangan pintu. Kana berusaha mengalahkan rasa takutnya dan berlari ke arah pintu. Namun sebelum tangannya menyentuh pegangan pintu, telepon di rumahnya berdering. Apa itu dari ayah dan ibu, pikir Kana, syukurlah. “Halo! Halo!” ia segera mengangkat teleponnya, berharap orang tuanya bisa segera pulang untuk menolongnya. “Apa ini kediaman keluarga Murata?” ternyata suara itu adalah suara pria yang tak pernah dikenalnya. Sesuatu mengenai nada suaranya mebuat Kana lebih ketakutan. “Saya polisi, maaf tapi saya harus memberitahukan berita ini kepada anda. Anda putri keluarga Murata bukan? Orang tua anda terbunuh dalam kecelakaan lalu lintas sore ini. Saya sangat berduka cita ...” Kana tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Anehnya, siapapun yang sejak tadi menggedor-gedor pintu depan akhirnya berhenti. Pikirannya segera memburu. Apakah mobil jenazah itu bukan ingin menjemput neneknya, melainkan orang tuanya? Namun mengapa mereka ada di sini? Orang tuanya tidak meninggal di sini. Tiba-tiba Kana merasakan tepukan di pundaknya. Dengan gemetar Kana menoleh dan melihat wajah pucat neneknya, yang seharusnya terbaring lumpuh di atas tempat tidur. “Ayo,” ia berbisik di telingan Kana, “kau ikut juga ...”

Kiriman dari : Amal Burga Clearesta

Wednesday 10 September 2014



Ulang tahun atau ultah, menurut sebagaian orang mungkin menjadi salah satu momen yang ditunggu, dari merayakan dengan sukuran, dapat kejutan dari orang yang spesial atau kalo parah di lemparin tepung, telur hadeh mungkin tinggal diaduk tunggu beberapa menit jadi tuh adonan kue.

Karena hari ini gue ultah sebenernya mau kasih hadiah tapi karena gue kagak kenal ya udah jadi kagak jadi kasih hadiah. Tapi kalo gue ngasih hadiah siapa yang ngasih gue? Pacar gue? Tapi kayaknya kalo pacar gue yang ngasih itu suatu hal yang mustahil soalnya gue jomblo yang ngambil jurusan single.

Tapi momen ultah itu kadang bikin nyesek contoh lu hari ini ultah terus jalan-jalan buat nyari wifi gratis dan kagak sengaja lu liat ada juga yang ultah disebelah lu dan lebih nyeseknya dia ngerayain bareng pacarnya dan lu cuma bisa liat sambil meluk terotoar.

Terus lu liat adegan tadi lu pergi karena saking kagak kuatnya uji nyali dan melambaikan tangan ke kamera dan lu gagal di misi ini. Ehh ini freak dengan adegan itu seakan akan dunia itu bukan tempat berpijak untuk jomblo sakit dimata, sakit dihati, sakit juga tempat wifi gratis malah buat ajang pacaran.

Jomblo itu sejuta rasa, sejuta impian, sejuta mimpi, dan sejuta cacian karena jomblo. Sebenenrya gue jomblo cuma buat kedok karena gue agen mata-mata internasional yang ditugaskan untuk mengawasi kaum jomblo di daerah gue tapi apa daya gue jadi jomblo beneran dan disaat gue ultah tetep jomblo. Namun semua itu lebih serem kalo lo jomblo dan lo lagi ultah yang ngucapin ultah itu diri lo sendiri dan pacar hayalan lo dan satu lagi pacar lo si simi.

SALAM JONES

Thursday 28 August 2014



Tentang Mantan gue yang sampai sekarang masih gue inget dan sedikit harapan untuk balikan. Sebut saja Fania ( bukan nama samaran ).  Sebenernya gue kenal fania simple yaitu oleh twitter, dan putusnya pun sesimpel kalo dia udah bosan, Yang gue suka dari fania itu dia suka becanda. Tapi yang nggak gue suka itu dia gampang ngambek, jadi kalo gue kagak ngabarin satu menit aja dikira lagi jalan sama cewek lain. -_-

"Kenapa kamu baru nelpon aku sekarang?" tanya fania saat gue telpon,
"Aku baru isi pulsa jelek(Panggilan gue ke fania)",
"Telpon baru sekarang tapi fban terus dari tadi."
"Kan paketan internet gratis fb" gue ngejelasin
"Tuuut... tuut... tuut"

   Sebenernya cara pacaran gue bisa dibilang lebay waktu itu, kenapa? soalnya kalo mau ketemu temen suruh buat status kalo gue sama si fania inilagi mau jalan, terus cantumin nama dibio twitter. mungkin kalo dulu gue nyadar, gue bakal nulis "Catatan Hati Seorang Alay". :v tapi lama kelamaan gue bosan dengan fania karena pacaran kami yang gini-gini aja.

   Mungkin setelah fania mulai ngerasa gue udah beda akhirnya hubungan kami putus, sebulan setelah putus gue jadi galau karena gue masih sayang sama fania tapi fania dia udah punya cowok, yang lebih tampan dari gue. Suatu saat gue lagi di alun-alun purbalingga tepat di sebrang perpustakaan kota untuk meratapi nasib jomblo dan numpung wifi gratis siapa tau ada bidadari nyamperin gue dan tiba-tiba jadiaan sama gue, kagak berapa lama gue ngeliat fania sedang duduk bareng cowoknya.

"Zal!" teriak seorang cewek dari belakan, gue memalingkan muka ke belakang dan ternyata cewek yang manggil gue itu si fania dan lagi berjalan ndeketin gue.
"Iya lu disin" Jawab gue datar.
"Sebenernya gue mau ngomong penting sama lo" jawabnya sambil berbisik, karena takut kedengeran pacarnya.

   Dalam benak gue mungkin fania mau balikan sama gue dan ngerasa terkekang sama pacar barunya.

"Zal gue mau minta maaf kalo selama gue pacaran sama lo gue terlalu ngatur". kata fania
"Fania iya gue juga mau balikan sama lo". Dengan pedenya gue sambil natap mata fania karena gue ngga mau dia banyak bicara.

"Maksud lo?" fania bingung
"Lah, emang mau ngomong penting apaan? balikan kan?" gue salting
"Makanya kalo lagi ngomong jangan di stop dulu, gue smau minta maaf sama lo, akhirnya ngebuat gue sadar, kalo cowok gue yang baru, ternyata lebih cakep dari lo, dia pun lebih perhatian, jadi gue cuma mau minta maaf aja sih" terang fania.

  Jadi, berdasarkan apa yang gue alami, intinya ngga selamanya apa yang kita cintai harus kita percaya, adakalanya , privasi pribadi disimpan sampai tuahn menakdirkan lo berjodoh sama pasangan lo. 

Saturday 23 August 2014


Matahari kali ini sungguh terik. Dari ketinggian matahari tersenyum. Pake kacamata pula. alan yang diliatin terdehidrasi dengan sempurna.
“Bro… kenapa lo broo? Panas-panas gini malah bengong..” Sapa gue kepada alan. alan temen gue
“Emang gue bengong?” Alan balik tanya tanya.
“Lo kagak nyadar lan?” Gue menjawab pertanyaan alan dengan pertanyaan.
“Kagak” Jawab alan innocent. “Gue cuman melihat sesuatu dengan pandangan kosong”

Kemudian datang lah temen gue , handoyo. Dia datang sama ceweknya. Ceweknya digandeng tangannya. Erat sekali seakan dia nggak mau ceweknya kabur.
“Oi han.. mau kemana lo?” Tanya Gue.
“Biasalah. Ngasih makan cacing dhuafa” Ketus temen gue ini.
“Cewek lo baru ya? Beli dimana cantik amat?” Tanya alan.
“Beli? Enak aja lo kalo ngomong. Hasil usaha nih.” Kata handoyo yang lalu ditambah celetukan ceweknya “Gue bukan dagangan ya. Not for sale. Ngerti”
“Oh…” Kata alan dan Gue secara bersamaan.
“Sob gue kesana dulu ya. Cacing ini sudah tak bisa kompromi nih.” Kata handoyo sambil berlalu. alan dan gue hanya mengangguk tanda mengiyakannya.

“Gile bener. Cewek nya handoyo cantik amat ya. Gue mau satu donk.” Celetuk alan.
“Makanya usaha lah.” Gue menyemangati alan untuk mencari cewek.
“Halah lo juga jomblo aja.” Kata alan.
“Eh gini-gini, gue udah punya cewek. SNI pula.” Ucap gue dengan nada sedikit emosi dan jahil
“SNI?” alan heran.
“Seksi Nan Indah.” Celetuk gue sambil tertawa.
“Kampret.” Katanya. “Bantuin gue nyari cewek donk. Lo udah, handoyo udah, bahtiar sama anas sudah” bahtiar sama anas adalah temen gue juga. “Tinggal gue yang belom. Cariin donk.”
“Cariin? Nyari cewek itu susah. Ibarat kata nih, cewek itu kayak motor.” Kata gue.
“Kayak motor? Emang cewek punya spion gitu. Ada knalpotnya?” alan bingung dengan ucapan gue.
“Ya ampun lo tuh polos banget yah. Maksudnya cewek kayak sepeda motor itu kalo salah pilih nanti malah repot.” Gue berusaha menjelaskan.
“Repot ganti oli?” Tanyanya.
“Iya kayak gitu. Eh enggak. Aduh ribet ya ngomong sama lo. Lo mau kalo cewek lo minum oli tiap hari?” Gue mulai bingung dengan apa yang akan gue katakan.
“Ya terus?”
“Ya kalo salah pilih, putus deh. Betewe lo udah punya gebetan?”
“Banyak. Selusin ada?”
“Hah? Banyak amat lan. Tapi udah lo coba PDKT?”
“PDKT? Apaan?? Biar gue tebak. PDKT. Pendek Dekil Kotor Tengil. Bener gak?”
“Ya itu lo banget. Salah kampret. PDKT itu Pendekatan.”
“Gimana itu?”
“Semacam kencan deh. Paling awal sih SMS an.”
“Oh.”
“Gue ajarin deh. Siapa gebetan yang ingin lo PDKT in.”
“Putri.”
“Serius.” alan mengangguk. “Dia manis loh.”
“Dia diabetes ya? Kagak jadi deh”
“Diabetes?”
“Kata lo dia manis. Berarti dia diabetes kan?” Gue langsung jedotin kepala ke tembok.



Bel pulang telah berkumandang dengan sangat-sangat mistis. Semua siswa sepakat untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Termasuk alan dan gue. Rencananya hari ini alan akan PDKT sama Putri. Harinya pun juga pas. Malam minggu. Mereka akan janjian di sebuah café. Gue akan lihat hasilnya dia belajar PDKT esok harinya. Karena disaat bersamaan gue juga lagi kencan… hahahahhha.

Esok harinya gue maen ke rumah alan, guna numpang liat anime gratis. Sekalian nanyain kabarnya setalah malam PDKT.
“Gimana sob PDKT lo? Sukses kagak?” Tanya gue.
“Kagak.” Jawab adik nya menyahut.
“Eh yang jawab kok lo sih? Kan gue tanya abang lo.” Gue heran.
“Gue wakilin dia lagi galau tuh.” Kata adiknya
“Bener tuh lan?” Tanya gue. Tak terasa dia mengangguk. “Kok bisa sih? Kan dengar-denger dia juga suka sama lo..”
“Suka gimana sih? Acara PDKT itu hanya berlangsung singkat.” Kata alan kehilangan harapan.
“Gimana ceritanya?”
“Jadi gini gue kan dateng ke café itu. Rame banget. Ada orang makan. Ada juga yang minum. Bahkan yang bengong doank pun ada. Sewaktu gue masuk gue SMS dia. Kamu dimana. Dia bales di meja paling ujung. Ya terus gue kesana. Kira-kira dari jarak lima meter dia nengok ke gue. Terus melambaikan tangan ke gue. Gue kira dia nyapa gue. Tapi lo nggak apa yang dia katakan?” Cerita alan menggantung.
“Apaan?” Kata gue dan adiknya alan secara bersamaan tanda penasaran.
“Mas mocca float satu ya.” Gue dan adiknya langsung ketawa. “Gue diem sambil memandang dia dengan heran. Dia juga heran. Akhirnya kita berdua sama-sama heran.”
“Emang sih lo mirip waiter. Lha terus dalam keheranan itu apa yang lo lakuin?” Tanya gue.
“Ya gue langsung aja memperkenalkan diri kalo gue alan. Kemudian gue duduk. Gue liat mukanya gue jadi nervous..”
“Lo nervous kenapa? Karena dia cantik ya? Terus lo ngomong apa?”
“Iya. Gue ngomong kalo dia udah punya pacar belom. Eh tau-tau gue ditampar. Terus gue ditinggal pulang”
“Ya jelas lah. orang lo nanya nya gitu. Dia baru putus dari cowoknya. Lo tanya gitu ya marah lah dia.”
“Oh. Ya udah.” Kata alan yang lalu berlalu menuju dapur. Gue pun mengikutinya dari belakang. Gue takut kalo dia bakalan ambil piso lalu bunuh diri. Nasib orang siapa tahu kan.

“Jangan nyerah gitu donk. Cari cewek lagi. Kan gebetan lo selusin lebih.” Kata gue memberi support.
“Ya terus gimana? Apa lo mau jadi istruktur PDKT gue dari jauh?” Tanya alan.
“Nah itu dia. Ide lo brillian.” Jawab gue antusias.
“Ide apaan? Perasaan gue kagak pernah beli yang namanya IDE”
“Udah ikutin aja apa yang gue rencaniin nanti. Gebetan yang mau lo PDKT in siapa?”
“Putri”
“Putri?? bukannya udah gagal?” Gue heran.
“Gebetan gue namanya Putri semua.”
“Kampret”

Keadaan malam ini sungguh sempurna untuk kencannya alan. Langit cerah tanpa awan di langit. Restoran favorit gebetannya sepi. Dan yang paling penting pas di kantong. Gue mengintai dari kejauhan. Di meja paling pojok dari restoran tersebut. Dekat toilet. Dan itu semakin membuat gue mirip jadi penjaga toilet.

Dari jauh gue liat alan sama gebetannya udah mulai duduk. Mereka juga sudah memesan makanan sama minuman. Lalu mereka mulai ngobrol.
“Bro.. katakan kalau dia cantik..” Kata gue di walky talky gue. Alan menerima suara gue lewat headset. Gue lihat apa reaksi gebetannya. Ternyata dia tersenyum.
“Berikutnya apa nih.?” Suara alan masuk di walky talky gue.
“Lo cari topik ngobrol. Misalnya hari ini lo kok cantik banget. Makan apa semalem.” Kata gue.
Kemudian alan mulai mempraktekkannya. Gue liat reaksi gebetannya. Dia tertawa. Lama-kelamaan mereka bisa ngobrol asik. Tapi ada satu masalah. Mereka lagi asik berdua, nah gue malah sendirian. Mojok lagi di pinggir toilet. Nasib siapa yang tahu.

“Bro gue pulang ya. gue boring disini. Kencan lo sukses tuh.” Kata gue di walky talky.
“Ntar aja lo pulangnya. Gue masih gugup nih disini.” Suara itu timbul di walky talky gue.
“Bodo ah. Gue pulang” Kata gue yang langsung meninggalkan restoran tersebut.

Esok harinya gue ke rumah alan lagi. Kali ini gue mau numpang makan. Maklum di rumah gue mak gue belom masak. Eh jadi curhat wkwkwkwk.
“Eh abang. Pasti mau numpang makan ya? Masuk bang. Mama lagi masak banyak tuh.” Kata adiknya alan. Gue melongo. Tapi tanpa terasa kaki gue melangkah masuk ke dalam rumah alan.
“Mana abang lo?” Tanya gue.
“Di kamar bang. Lagi galau dia.” Kata adiknya.
“Galau kenapa? Perasaan tadi malam dia ceria banget.”
“Justru gara-gara tadi malem itu bang si abang jadi galau. Info lebih lengkap tanya sendiri deh. Gue mau makan.” Katanya sambil berlalu.

Gue akhrinya nyamperin alan yang tampaknya lagi melata di kasurnya.
“Lo galau kenapa? Tadi malam sukses kan?” Selidik gue.
“Lo ga usah ngajarin PDKT lagi ya. Gue sekarang udah tahu apa itu PDKT.” Kata alan dengan nada yang sangat ngilu.
“Lo kok sedih banget sih? Tadi malem gimana?” Tanya gue lagi.
“Ketika lo mutusin pulang, gue sama dia masih ngobrol. Nah pas waktu gue ngobrol itu, gue tanya ke dia. Udah lama sendiri. Eh tiba-tiba ketika dia mau jawab pertnyaaan gue. Dia tiba-tiba pulang. Dia kagak ngomong kenapa. Pas gue kejar, eh ternyata dia dicariin sama bokapnya.”
“Itu sial nya elo. Eh iya katanya lo tau apa arti PDKT menurut lo sendiri. Apaan emang?” Tanya gue penasaran.
“Pas Deketin Kok Tersakiti.” Kata alan yang bikin gue ngakak.

thanks To : Fahmi