“Zal, sejatinya kita tidak pernah tau bagaimana masa depan, dia bagaikan misteri yang nyata” kata siska sambil merapikan buku-bukunya.
“Iya, gue paham akan hal itu, tapi.. Ah..”
“sampai kapan sih, loe mau bertahan dengan sikap silva yang kayak gitu? Pengorbanan loe itu udah banyak banget ke dia, tapi apa responnya? Dia nggak menghargai itu sama sekali zal, dia cuman anggap loe sebagai angin, bahkan baginya kalau loe itu nggak berguna sama sekali” pernyataan siska seakan membuat hati rizal tersayat benda tajam.
“Entahlah sis” rizall menatap keluar jendela kamar, inilah hal yang biasa dia lakukan ketika merasa kecewa. Kata-kata siska masih merasa terdengar olehnya. Sampai kapan dia mau bertahan?
silva adalah orang pertama yang rizal suka, gadis cantik, pintar, berprestasi dan banyak di gemari orang. Namun sayang pengorbanan rizal terhadapnya sungguh sia-sia, tak di hargai sedikit pun oleh sliva. Bahkan rizal rela mendonorkan ginjalnya untuk menyelamatkan silva. Namun rizal tetap ikhlas dan tak pernah menyesal akan hal itu. Matanya terpejam sejenak merenungkan yang terbaik untuknya, rizal memutuskan untuk harus bicara kepada silva.
Senja yang indah dengan suara indah deburan ombak yang berkejaran di tepi pantai, pemandangan yang dapat menenangkan hati walaupun tak dapat menghapuskan luka lama, paling tidak ini bisa mengikis rasa sakit itu.
“Ada apa kau memanggilku kesini” tanya silva yang berada di balik punggung rizal
“Kau tahu kan bagaimana perasaan ku terhadapmu? Dan itu telah bertahun-tahun tetap masih ada sampai sekarang. Tapi kini ku memutuskan untuk memilih jalan baru” jelas rizal tanpa berbalik menatap silva
“maksud kamu?”
“segala hal yang telah kulakukan untukmu pasti kau telah melupakannya dan kau tidak menghargainya, bahkan kau pun tidak pernah menganggapku ada. Aku tidak pernah menyesali hal itu, bahkan ku senang bisa berbagi denganmu. Terima kasih untuk hal itu silva”
“zal, seharusnya aku yang berterima kasih untuk hal ini”
“silva, jaga dirimu baik-baik ya, sukses untuk karirmu dan semoga kau mendapatkan yang lebih baik” sekilas rizall menatap silva dan tersenyum kemudian meninggalkannya bersama matahari meninggalkan senja.
Inilah awal hari-hari silva tanpa rizal, baru kali ini dia merasakan sepi yang sangat luar biasa dalam hidupnya, tergugah hatinya intuk melihat barang-barang yang di berikan rizal untuknya. Dia membuka kotak itu dan menatap semua isinya, tiba-tiba air matanya menetes.
Seminggu berlalu hingga sebulan tak ada kabar dari rizal, dia merasa aneh. silva pun ke rumah rizal untuk mencarinya tapi rumahnya sepi seperti tidak berpenghuni, silva merasa kecewa terhadap dirinya sendiri, menyesal telah menyia-nyiakan rizal yang selama ini mencintainya dengan tulus.
“cari rizal? sudahlah, dia sudah nggak ada” kata siska yang tiba-tiba muncul di balik punggung silva
“hah? Dia sudah nggak ada?” tanya silva dengan nada penyesalan
Angin berhembus kencang menyapu dedaunan. silva duduk termenung di bawah pohon rindang menyesali segala perbuatannya terhadap rizal.
“silva, kecewa, penyesalan tidak akan pernah datang di awal kisah hidup seseorang. Dan sekarang kau paham akan hal itu” kata siska dengan tatapan kosong.
“Aku benar-benar menyesal sis, tidak pernah menghargai dia sedikitpun, tidak pernah menganggap dia ada. Aku menyesal sis, andaikan dia ada di sini ku akan melalukan apapun untuknya. Ku harap dia kembali” jelas silva dengan linangan air mata.
“namun sayangnya dia telah memilih jalan lain untukmu silva, dia tidak akan pernah kembali untukmu”
“maksud kamu sis?”
“Dia pernah bilang, segala hal tentang mu akan dia lupakan dan memulai hal baru, hidup baru, cinta yang baru dan sepotong hati yang baru. Baginya, dia bukanlah orang yang tepat buat mu”
“Tapi, cuman dia yang benar-benar aku butuhkan sis”
“tak akan ada lagi orang yang seperti dia yang akan datang mengorbankan nyawanya untuk mu silva”
“Mengapa?”
“karena dia telah bertunangan sekarang, dia mendapatkan seseorang yang baik seperti dirinya sendiri. Dia mendapatkan seseorang yang dapat mendukungnya dan memberikan solusi terhadap masalahnya. Hidupnya lebih baik sekarang tanpa mu” jawaban siska membuat dada silva sesak seakan tak dapat menghirup udara.
“… Sebulan yang lalu rizal mendapatkan beasiswa di australi sebagai mahasiswa terbaik, disanalah dia sekarang. silva, ku harap kau bisa menata kehidupan mu untuk menjadi yang lebih baik” sambung siska, kemudian pergi meninggalkan silva yang duduk menangis seorang diri. Suasana hening, hanya suara angin berhembus menyapu dedaunan yang terdengar.
Terkadang saat kita sangat mencintai seseorang yang tidak pernah mencintai kita sebelumnya, dia akan berbalik mencintai kita di saat kita benar-benar menghilang dari kehidupannya.
Jomblo buat gue itu adalah suatu masalah besar, masalah yang susah buat di atasin, dan masalah yang bakal jadi penghalang gue buat nikmatin masa muda, so! sebisa mugkin gue mencoba buat menghindari masalah itu, tapi sayang nya udah kira-kira Sembilan puluh hari terakhir ini gue telah terjebak dalam masalah yang nyebelin ini, gueee jomblooo!!! Oh my god!. (teriak ala soimah)
Udah segala usaha gue lakuin buat mendepak status jomblo dari hidup gue, tapi bau-bau status dan pacar baru belum keliatan juga, ya udah deh pasrah aja-lah gue, berdoa sama dewi jodoh supaya gue, Fahmi Rizaldhi yang baik hati, ganteng, manis, rajin menabung dan tidak sombong, bisa lekas dapet pacar lagi, hiks hiks hiks!!!.
(lebay ya gue? Hheheheh, maklum ABG).
Hari demi hari udah nganter gue ke hadapan akhir bulan desember, bentar lagi tahun baru, dan gue masih JOMBLOOO!! oh my god, gue musti ngapain? ngak musti kan gue pasang pamflet di jidat sama di pungung gue bertuliskan “gue lagi jomblo, ada yang mau jadi jadi pacar gue?” iuhhh, ngak banget deh! masa gue musti ngelakuin itu sih, ngak, ngak, gue musti cari cara! apa kata DUNIA kalo mereka tau di malam tahun baru gue masih jomblo juga, bisa ilang pamor gue, percuma dong gue punya tampang caem tapi nyatanya gue harus menyandang status JOMBLO hiks hiks hiks (sambil garuk garuk kepala).
Hemmpp !! masih dengan tampang galau gue bangkit dari tempat tidur terus liat jam, udah jam 19.20 malem, udah lama banget sejak terakhir kali di jam-jam segini ada yang sms gue ngingetin makan, terus nanyain, “hari ini ngapain aja? Capek atau ngak?” dan terakhir dia bakal bilang “aku kangennn banget sama kamu!” pake cium cium cium gitu, huhuhuhu. Buka laptop terus online, buka fb terus twitter cari kecengan mana tau ada yang cantik, yayayaya “ide bagus tu” (sambil ngangguk-ngangguk ala profesor).
Udah satu jam lebih ngadepin laptop, nongkrong-in fb+twitter, baru ganti foto profil + avatar, belum ada juga yang nge-chat atau kirim mention, ohhh my god!. bener-bener galau tingkat provinsi dech gue.
Tik tok tik tok (suara jam, yang menurut gue bunyinya lebih mirip suara tutup panci yang di adu). setelah sekian lama nunggu, udah ngantuk-ngantuk pula, akhirnya ada juga yang nge-chat.
Dengan penuh pengharapan gue klik deh panel warna merah di sudut kanan paling bawah layar Fb gue, namanya “Siska”.
Ehmmppp, taruh telujuk di jidat sambil liat lampu di atas kamar (mikir gitu maksudnya), “kayaknya gue kenal ni orang”
Dia bilang “hay”, gue bales ngak ya? bales aja deh, langsung gue ngetik dengan serius, keluarin jurus-jurus maut jadinya chat gue sama cewek tidak di kenal itu ngak kerasa udah panjaaannnggg banget. “Asik asik” pikir gue dalem hati dapet gebetan baru. Ngak kerasa udah jam 11.00 wib. Gue nyudahin chat sama dia. Terus gue sama dia tukeran nomor yang dua belas (nomor hp maksudnya). akhirnya kami janjian ketemuan. Horeee teriak gue dalem hati.
28 desember malam minggu harinya seperti yang sudah di rencanakan, gue dateng tempat janjian blind-date gue sama si siska. Di salah satu angkringan di deket kejaksaan. waktu gue datang dia udah ada di tiker yang udah di pesen sebelumnya, waktu gue samperin ternyata dia CANTIIIIKKKK banget! oh my god! Kayaknya gue dapet rejeki nomplok nih bisa ketemuan sama cewek yang cantiknya nya cetar membahana gini, ya dan pastinya gue ngak kalah kok gantengnya buat jadi pacar dia. (narsis bukkk! -_-)
Waktu gue datang dia berdiri terus senyum sama gue, gue senyumin balik, sampai klepek-klepek gue kena senyum dia. Terus gue duduk di depan dia, niat nya sih biar bisa mandangin muka dia yang cantik, “udah lama nunggunya?” gue nanya pake gaya manja + senyum malaikat. Terus dia senyum sambil ngangguk-ngangguk doang, “ehm, sering dateng kesini” gue nanya lagi dengan maksud mencairkan suasana, terus dia ngangguk-ngangguk lagi, gue mulai curiga dan perasaan gue mulai ngak enak, udah 10 menitan gue sama dia ngak bicara sepatah kata pun, Cuma lirik-lirikan doang, udah kayak drama korea yang serig gue tonton aja, akhirnya dia bersiap-siap buka mulut, dan pas dia ngomong TERNYATA, dibalik senyumnya yang cute banget itu, ada! gigi nya ompong, arhhhhh (terik gue dalem hati) ohhh my god!!.
Casingnya sih boleh anak muda, tapi kok giginya nenek-nenek sih, ilfeel deh gue, tanpa ba bi bu lagi, gue pamit undur diri, dengan alasan ada janji mau nemenin nyokap belanja. langsung pasang langkah seribu menjauh dari TKP, ninggalin si cantik ber-GIGI ompong yng masih melongo ngeliatin gue dari belakang, gila ngak lagi-lagi deh gue cari cewek di FB atau twitter atau jejaring sosial lainya, nanti bisa-bisa dapet yang lebih parah dari ini.
Ok!! gue kalah deh, gue bakal terima penobatan status jomblo dengan berat hati di tahun baru besok. Ya udah lah, apa hendak di kata gue kayaknya harus menyandang status jomblo buat beberapa saat kedepan, tapi “apa kata dunia?” seorang Fahmi Rizaldhi yang baik hati, ganteng, manis, rajin menabung dan tidak sombong. Jadi JOMBLO.. Cuma bisa geleng-geleng kepala. Lagian Cinta itu pasti bakalan datang pada saatnya, ya kan guys!!
Semenjak gue ngontrak bareng sama tiga teman gue yang ga karuan jalan hidupnya, di situlah gue mulai ketularan gaya hidup yang aneh bin seglek. Yah, awalnya sih hidup gue lurus kayak jembatan sirotol mustakim. Menjalani hidup dengan apa adanya, ga neko-neko, dan ga punya kebiasaan yang aneh-aneh. Namun, paradigma itu berubah saat gue dan mereka membangun rumah tangga bersama di sebuah kontrakan. Berubah gimana, ? Oke… Sebelum gue jawab pertanyaan kalian. Gue mau kasih tau dulu ke lo, kenapa tuh tiga spesies bisa nyusruk di kontrakan gue.
Yang pertama Fadli. Fadli adalah seorang pemuda yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Tak kenal lelah menjaga kampung Bodas pagi, siang, sore, dan malam. Seragam hijau kebanggaannya pun tak pernah ia lepas. Hingga saat isu kolor ijo mewabah di kampung ini dan banyaknya anak gadis yang diperawani, sementara Fadli sebagai keamanan tak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Yah, akhirnya fadli di pecat sama pak RT. Malah yang lebih gila lagi fadli yang di tuduh sebagai kolor Ijo. Sampai-sampai pak RT ngecek dengan melucuti pakaian hansipnya untuk membuktikan apakah kolor yang dipakai fadli berwarna hijau atau tidak. Dan ternyata, label kolor ijo tak pantas baginya. Karena setelah pak RT melucuti pakaiannya, ternyata ia memakai kolor berwarna pink dan bercorak Angry Bird. Cuma satu yang jadi perkiraan gue. Si fadli pakai kolor berwarna pink dan bercorak Angry Bird, biar kelihatan maco atau terlihat cuco? Hadoh, fadli fadli… *Geleng-geleng kepala.
Sepertinya angry bird telah menyelamatkan hidupmu, nak. Haha. Nah, setelah fadli kehilangan pekerjaannya dan ga kuat lagi bayar kontrakan. Datanglah fadli kekontrakan gue. Dia mau numpang hidup sementara di kontrakan gue.
“Assalammualaikum, Zal…” Salam fadli di depan pintu kontrakan
“Eh elu, fad. Lho kok lo cuma pake kolor? Hahaha mau ronsen lo? Ini bukan rumah sakit, bro. Haha”. Tukas gue ngakak.
“Ahh parah lo. Temen lagi kesusahan gini malah lo katain.”
“Lah, siapa yang ngatain? Kan gue cuma bertanya…”
“Udah ah, cepetan gue mau masuk !” fadli kesal sambil cemberut kayak tikus got yang keilangan anaknya.
“Iye… iye… Masuk dah!” Gue menyilakan fadli masuk ke rumah dan membuatkannya beberapa hidangan anak kontrakan.
Ada perbuatan aneh yang bikin gue geli sama fadli waktu pertama kali dia mengutarakan tujuannya datang ke kontrakan gue. Masa pas gue nyediain makanan ala anak kontrakan, dia tuh nungguin gue sambil ngupil. Lah, emang kalau ngupil kenapa, zal? Yah, gue sih bukan masalahin upilnya ya. Tapi yang membuat gue geli dan ilfil adalah upilnya itu di taro di ketek. Udah gitu setelah di taro di ketek, keteknya tuh di gerak-gerakin gitu. Oh mungkin buat makan malam kali yaa. Jadi, hidangan makan malamnya itu, “Upil Rasa Ketek”. Ihhhhhhhh.
Gue ga berani bertanya ke fadli tentang kebiasaannya. Jadi, gue biarin aja kebiasaan dia yang selalu begitu. Nah, itu fadli, gan. Ada lagi si Handoyo. Latar belakang dia bermuara ke kontrakan gue sangat berbeda dengan fadli.
Handoyo sebenarnya adalah anak yang rajin. Ia selalu membantu orang tua di setiap kesempatan. Bahkan di antara kita berempat, dia adalah anak yang paling berbakti kepada orang tua. Malah kadang-kadang gue suka iri sendiri melihat sikap dan sifat teman gue yang satu ini.
Namun, kerajinan tersebut yang justru menjadi bumerang bagi dirinya. Saat dia mencoba membantu bapaknya yang sedang memancing di sebuah sungai, kesalah-pahaman terjadi. Sang bapak minta tolong kepada handoyo untuk mendorong pancingannya. Ehh, handoyo malah salah tangkap. Dia malah mendorong bapaknya ke sungai. Yaelah handoyo… handoyo.
“Handoyo, tolong bapak dorong. Ikannya banyak, nih.” Ujar sang bapak
“Oke, pak.” Jawab handoyo sembari mendorong bapaknya ke sungai
“byuuuur” Percikan air sungai muncrat seketika saat sang bapak jatuh ke sungai.
“Anak kurang ajar, ga punya pendidikan! Masa gue, lo ceburin ke sungai. Gue sumpahin lo, jadi orang ganteng seumur hidup!” Ucapnya dengan omelan
“Maaf, pak. Tadi kan bapak nyuruh handoyo dorong. Yah, kan udah handoyo dorong, pak.” Pungkasnya mengeles dari kesalahan.
“Anak epleng! Maksud gue, lo dorong pancingannya, keplek! Pergi lo dari hadapan gue!” Mempertegas amarah.
Setelah kejadian itu, handoyo takut pulang ke rumah. Ia takut akan sang bapak yang garang. Akhirnya, dia ke kontrakan gue, dah.
“Assalammu’alaikum, zal” handoyo salam di depan pintu
Masuklah gue bersama teman gue ini. Pas gue dan handoyo pengen nempelin pantat di kursi. Tiba-tiba ada suara salam dari depan pintu. Pas gue keluar dan melihat siapa orang yang mengucapkan salam itu. ternyata si fadli dan bahtiar. Gue melihat mereka bergandengan kayak orang pacaran. Ihhh jangan-jangan mereka…
“Eh, lo berdua.” Sapa gue ramah
“Iya nih, zal. Si bahtiar katanya pengen tinggal di tempat lo sementara.”
“Lah, emang kenapa, yar? Bukannya harusnya lo di asrama, ya? Tanya gue
“iya, zal. Gue ketauan ngambil makanan lebih sama Ibu asrama. Jadinya gue diusir, dah.” Tukas bahtiar merana
Yaelah… Orang mah diusir dari asrama yang kerenan dikit kek. Misalnya gara-gara nyolong penggorengan. Atau gara-gara ketauan pacaran kek. Lah, ini mah malah gara-gara nyolong makanan. Ga berkelas banget sih.
“Udeh lo pada masuk, dah! Di dalem juga ada handoyo, kok.” Suruh gue tanpa berbasa-basi
Itulah yang melatar-belakangi kenapa mereka pada nyusruk ke kontrakan gue. Yah, gue sih fine aja mereka pada ngupyak di sini. Asalkan mereka pada tau diri. Dan yang paling penting masalah makanan, listrik, dan bayar kontrakan harus kompak.
Sehari, dua hari, tiga hari sampai sebulan gue udah mulai menemukan kejanggalan dalam diri gue. Kejanggalan apa, zal? Iya, kok selama mereka tinggal di kontrakan gue, bulu ketek gue jadi gundul. Dari situlah gue mulai curiga. Apa yang mereka lakukan saat gue tidur? Soalnya di antara kita berempat yang selalu lebih awal tidur, itu gue. Hingga pada suatu malam, gue mau membuktikan apa yang mereka lakukan pada ketek gue saat gue tidur. Gue pura-pura merem aja. Dan terbukti, ternyata selama gue tidur mereka nyabutin bulu ketek gue. Idih alah…!
“Ohh, ternyata ini yang kalian lakukan selama ini… Gak nyangka gue sama lo pada. Kenapa cuma bulu ketek? Ga sekalian aja bulu yang lainnya lo cabutin. Uppsss !” Tukas gue memergoki.
“Terus kalau bulu ketek gue abis karena lo cabutin, lo mau nyabutin apalagi? Hah? Kulit ketek gue? Lagian gue heran sama lo semua, hobi banget nyabutin bulu ketek orang.” Gue berujar kembali sembari memperlihatkan amarah yang meledak-ledak di tengah malam.
“Abisannya lo kalau tidur, kasur lo makan sendiri, sih! Kita ga kebagian lapak, coy. Yaudah, kita cabutin aja bulu ketek lo semuanya. Emang enak enggak punya bulu ketek? Nih, kayak gue dong, bulu keteknya masih utuh.” Jelas fadli sembari ngangkat tangan.
“Yups, punya gue juga masih utuh, malah sekarang udah panjang.” Dukung handoyo dengan mengangkat tangannya juga.
“Woy… Gue juga mau ikutan dong usap-usapan keteksama lo pada.” fadli langsung mengusap ketek handoyo dan bahtiar..
Wow!!! Tuh orang pada sinting kali ya. Sumpah! Kalau aja di kampung ini ada anak lain yang sepantaran sama gue, gue ogah temenan sama mereka. Bukan gue mau milih-milih teman, tapi mereka tuh joroknya minta ampun. Setelah saling usap bulu ketek, mereka pada gantian nyium ketek satu sama lain. Ih ! oeeeeekkkk!!! Parah banget, kan?
Cukup. Gue ga tahan liat aksi mereka yang di luar kebiasaan makhluk bumi pada umumnya. Bayangin aja, selama 10 menit berdiri dengan mata melotot dan mulut menganga, gue disuguhin aksi mereka yang banget-banget fenomenal: ngelus ketek – nyium – ketek- ngelus lagi – nyium lagi, mungkin begitu terus sampai kiamat. Emang apa enaknya sih nyium ketek orang lain? Ih! Perut gue kenapa lagi? Ah sialan! Mereka yang saling nyium ketek, kenapa gue yang mual-mual kayak cewek mau beranak. Hadoooh!
“Lo mau kemana, zal?” Tanya handoyo setelah gue beranjak dari kasur.
“keluar.”
“Lah, kan udah tengah malem, zal? Toko kolor juga udah pada tutup kali.” bahtiar bertanya dengan menambahkan.
“Kolor? Wah jangan-jangan lo kolor ijo yang selama ini meresahkan masyarakat, ya? fadli curiga.
Siake tuh bocah. Udah pada numpang di kontrakan gue, sekarang segala pake nuduh gue kolor ijo lagi. Udah jelas-jelas gue pake kolor doraemon. kamplet!
“Sialan lo! nuduh gue yang kaga-kaga.” Gue naik darah.
“Atau lo cemburu ya, melihat aksi kita bertiga? Udah ngaku aja, zal. Hahaha.” Tukas bahtiar sambil tertawa.
Kampret! Ngapain gue cemburu sama aksi sableng mereka. Gue malah enek tau ga. Pengen muntah tapi ga bisa muntah. Yang ada kayak orang bego yang lagi di atas kasur sambil mangap-mangap dengan lidah menjulur keluar. Ooeeekk ! mending kalau bulu ketek mereka bagus. Lah, ini mah bulu ketek pada keriting pake segala dipamerin. Gue aja yang tiap minggu rebonding bulu ketek ke salon, ga pake pamer, tuh. Terus gue juga masih heran, seheran herannya sama mereka. Gue aja yang duduk di kasur lima langkah dari mereka, kebauan. Tapi kok mereka malah pada nafsu banget saling mamerin bulu ketek masing-masing. Yaaa ampunnnn logika gue benar-benar ga bisa menerima aksi mereka yang aneh bin seglek itu.
Btw, whatever-lah… Mereka mau nyium ketek sampai kapanpun. Yang penting gue malam ini mau tidur dan lupain pemandangan kamsupay maksimal itu.
2 bulan jomblo itu rasanya parah-parah ya, kalau malem gak ada yang ngucapin “selamat malam sayang, mimpi indah ya, i love you..” terus kalau pagi juga gak ada yang ngucapin “selamat pagi, , semangat ya untuk hari ini..” aduh ngenes banget ya nasib seorang jomblo. Dan ada yang lebih ngenes gini nih, pagi-pagi bangun tidur terus cek twitter eh lihat orang lagi pacaran di TL, tapi.. tapi pas dilihat lagi ternyata itu si mantan sama pacar barunya, astaga nangis guling-guling deh.. bayangin aja siapa sih yang gak nyesek lihat mantan yang paling disayang lagi mensyenan sama pacar barunya di twitter, beh rasanya tuh pengen langsung nge-unfoll terus banting hape. Tapi, tapi ralat deh jangan banting hape tapi banting bantal aja, Sayang hapenya kalau dibanting, nanti gak ada temen curhat lagi.
Gini nih jadi korban belum bisa MOVE-ON gampang nyesek, sama gampang nyusruk, lihat aja pagi ini gue lagi jalan menuju sekolah tercinta sendirian, eh tiba-tiba di jalan ketemu mantan lagi berangkat sekolah bareng sama pacar barunya, nahlo.. nyesek bro, saking nyeseknya gue sampe gak ngelihatin jalan, alhasil gue nyusruk ke lubang di pinggir jalan gara-gara kesandung batu, sial banget kan! Udah nyesek, kaki gue sakit, baju kotor, yah salah udah.. dan untung aja si mantan gak ngelihat gue nyusruk, kalau sampe lihat malunya nauzubillah deh. Tobat tobat. Hari ini tuh gila yah pagi ini aja gue udah dibuat nyesek 2x sama si mantan, pertama “lihat dia pacaran di twitter”. Kedua “lihat dia berangkat sekolah bareng pacarnya di jalan”. Parah, turut prihatin deh sama nasib gue yang kaya begini. hiks
Pas nyampe sekolah muka gue ditekuk, udah kaya orang yang terbebani sama utang. terus baju gue kotor dan dekil banget gara-gara nyusruk tadi, risih banget deh, rasanya mau ganti baju tapi malah gak bawa baju ganti, mau pulang buat ganti baju tapi takut telat, dan dikunciin di gerbang, ampun deh, hidup kok begini amat ya? Daripada mengambil resiko berbahaya ya udah deh terpaksa pasrah. Setelah sampai di kelas gue langsung duduk di kursi, bengong, melongo sambil nunjukin tampang orang frustasi gitu. Beberapa menit kemudian temen gue si handoyo yang juga “jones” alias jomblo ngenes ngagetin gue gitu, gak ngefek sih emang, gue bukannya kaget malah ngelihatin dia gitu pake tatapan aneh. (kata dia sih gitu). “eh zal, bengong aje lo ah, kenapa si? Galau lo ye?” kata handoyo dengan logat betawi-nya. “ho’oh” gue masih tetap diam. “ebuset dah cuma dijawab ho’oh. Elu ngapa si zal? Baju lo ngapa kotor begini zal? Lo abis nyebur dimane?” tanyanya penasaran. “tau tidak kau inih berisik sangat tak tau kah ambo nih pusiang.” Gue jawab aja pake logat campuran, abis cerewet banget nih si betawi. “onde-onde, pusing kenapa si lo zal?” “onde-mande kali boo, onde-onde mah makanan.” “nah, maksudnya ntu, aduh jadi laper gue zal.” Seketika itu gue tertawa. “lah ngapa jadi ketawa lo zal, lu gila zal? Udah stadium berapa zal?” dia terlihat heran. “haha gila lo yee han kalau ngelawak, bikin galau gue ilang ditiup angin puting beliung. Hahaha…” “lah kapan gue ngelawak zal? Gue kan bukan sule zal?” “au ah gelap..” “ngemeng-ngemeng kaya komeng, baju lo kenapa kotor, dekil, bau, begini? Abis nyebur di empang mane lo?” “empang jidat lo, jadi gini han, pas gue lagi jalan menuju sekolah tercinta kita ini, gue ngelihat si “talita” (nama mantan tersayang gue, hiks) lagi boncengan sama pacar barunya, parah banget kan , mantan tersayang gue itu , bayangin , bayangin lagi boncengan sama cowok lain.” Belum selesai ngomong handoyo malah menyela pembicaraan “bentar-bentar gue bayangin dulu ..” “MBLO, dengerin dulu elah.” Kata gue sedikit emosi, “lah tadi katanya gue suruh ngebayangin, gimane si lu , ya udah ya udah teruskanlah… kau.. begituuu…” handoyo kayanya gila deh. “terus, pas dia lewat tuh, gue bengong dan akhirnya gue kesandung batu, terus nyusruk deh di lubang yang ada di pinggir jalan. Hikss..” kata gue miris.. “oalah, jadi itu toh sebabnye baju lo dekil kaya orang nya gini, ya udahlah cepcepcep jangan dipikirin, buang aja ke tong sampah, ntar biar dipungut kucing.” Katanya ngelantur. “apanya yang mau dibuang mblo? Baju gue? ntar gue gak pake baju dong? kalau ntar gue difoto, terus foto gue dikirim ke facebook sana, bagaimana nasib gue , bagaimana nasib orang tua gue . Astaga..” gue bawel ya? “lah bagus , lo kan bisa jadi model, dan ngalahin ade ray apalah namanya ane lupa yang ngebet banget jadi model sempak ntuh..” “ebuset, tau aja lo mblo, ketauan deh lo suka nonton bukan empat mata.” Aduh, ngapa gue jadi ngelantur juga ya? “yah tauan deh, eh udah mau upacara nih, ayo ah ke lapangan.” Ajak handoyo. “upacara? ini hari senin ya?” gue sedikit terkejut. “lah emang hari senin. Kemarin kan minggu, masa ia abis minggu selasa. Emang kenapa si sama hari senin” tanyanya. “ya gakpapa sih, yuk ah anterin gue ke toilet dulu, bersihin nih baju.” Kataku tenang. “ye semprul, udah ekpresinya kaget begitu, kirain ada apaan, taunya? Ngelawak bae lu ah.” Katanya geleng-geleng telinga.. #loh. “onde-onde, ambo teh bukan sule , ora iso lah ambo nih ngelawak..” gue tertawa.. “onde-onde mulu lu yee, lo laper ? Sama gue juga haha.” Kami berdua tertawa. handoyo itu luar biasa ya, bisa aja bikin candaan lucunya mungkin efek jomblo tulen. Tapi serius deh kalau lo lihat tampang aslinya lo bakal kaget, gimana enggak dia itu mukanya sinis, terus tampang-tampang orang sombong gitu deh, pas awal ngelihat dia sih gue males banget punya temen kaya dia, soalnya mukanya tampang-tampang orang belagu, eh tapi pada kenyataannya pas gue udah mulai temenan sama dia ternyata dia anaknya asik banget, bercanda terus sampe bikin mules karena mukanye aneh. Gue sih heran banget sama dia, muka sama perilaku bisa berbanding terbalik gitu, nah bingung kan lo? Sama, gue juga bingung, kalau kata gue sih mungkin karena dia frustasi jadi jones terus, makanya muka sama prilaku bisa berbanding terbalik gitu, Wahaha teman yang jahat ya gue, silahkan ditiru, eh jangan deh ntar dimarahin papah sama mamahnya loh. Ciecie.. oke itu gak jelas.
Tahun baru 2013. Doa gue simple kok, gak ribet, serius deh. Doa yang pertama: “gue gak mau jadi jones lagi.” Doa yang kedua: “gue mau punya pacar yang cantik, bisa diajak curhat, dan pokoknya perfect deh” #ebuset. Nah doa yang ketiga: “semoga aja tuhan mengabulkan doa gue yang ke-1 sama yang ke-2” amin. Nah bener kan doa gue gak ribet… haha oh iya gue mau ceritain acara malam tahun baruan gue yang kelewat parah gitu deh, gimana enggak parah coba gue berangkat menuju lokasi sambil hujan-hujanan karena naik motor waktu itu, udah gitu lokasinya jauh banget di gor, secara kan gue tinggal di desa mewek deket perbatasan New York sedikit lah (oke gak ada yang nanya, tapi ini just info), nah berangkat dari rumah jam 12 siang tuh, udah panas-panasan, eh pas nyampe gor kehujanan, baju basah, alhasil kedinginan, menderita banget ya hiks. Gue nyampe lokasi jam 5 sore, dan masih hujan gue neduh sambil nungguin anak-anak yang ternyata belum pada nyampe di lokasi, sial! Ngeselin banget kan gue dikerjain, tadi nyuruh gue buru-buru eh taunya gue duluan yang nyampe lokasi. Disitu gue udah kesel banget tuh, mungkin karena faktor kedinginan + laper. Akhirnya daripada ntar gue makan orang lebih baik gue mesen mie ayam disana, dingin-dingin makan mie ayam beh anget coy. Haha laper seketika itu hilang, dan sejam kemudian anak-anak baru pada nyampe dengan alasan “tadi neduh dulu di jalan” au ah gelap. Nah disana kita cari penginapan tuh tapi ternyata kita telat oh my god, penginapannya penuh coy, nah lo gimana tuh, masa iya kita tidur di jalanan hujan-hujanan? Gila aja. Tapi untung aja ada seorang pemilik rumah makan yang berbaik hati mengijinkan kita nginap disana, alhamdulilah. Karena kebetulan kita nginep di rumah makan, sekalian aja kita mesen makanan seafood disana buat makan malam. Lo mau tau gak rasa makanan disana gimana? Rasanya hambar coy, udah gitu amisnya masih kecium banget. tapi gue gak boleh munafik, karena faktor laper habis juga si itu makanan. Ada yang lebih sial lagi nih, baju-baju gue pada basah, nah gimana tuh ntar gue tidur? Masa iya pake baju basah. Masuk angin yang ada entar. Karena temen gue berbaik hati, dipinjemkan juga gue baju, tapi percuma aja, gue tetep gak bisa tidur gara-gara banyak nyamuk + kedinginan! Nah jadi intinya acara malam tahun baru gue itu gak ada yang berkesan sama sekali, yang ada bikin mules tiap kali inget-inget tahun baru. Gue iri deh sama temen-temen gue yang ngerayain tahun baru sama pacarnya. Tapi ada juga sih yang bikin bahagia, tahun baru si jomblo handoyo “jones” Cuma berdiam diri di rumah nemenin sang nyokap tercinta bakar ayam. Haha anak yang baik ya, contoh tuh contoh temen gue ya mblo, lebih milih bakar-bakar bareng nyokap ketimbang bareng pacar, ya jelas lah orang dia gak punya pacar gimana mau bakar-bakar bareng pacar haha. Gue masih inget banget nih balesan sms dari si "jones" pas gue tanya dia tahun baru kemana. Katanya gini nih “gue tahun baru disuruh nemenin nyokap gue bakar ayam mblo, gila kan , anak-anak muda mah kalau tahun baru kelayapan ya pulang pagi, lah ini, gue malah gak boleh keluar , gue disuruh berdiam diri di rumah, jagain rumah supaya gak kabur ikut acara malem tahun baruan diLondon (mulai ngawur), kata nyokap gue sih, gue ini ngefans berat sama Mr bean” astaga , tapi kasihan juga ya dia, mesti nurutin perintah nyokap tercintanya, jones lagi.
Sekarang sudah mau akhir januari coy, dan gue masih menjadi jonges. tuhan dengerin doa gue gak sih? Masa iya 3 bulan jadi jonges, gak lucu banget kan. Hidup tanpa pacar tuh membosankan banget yah, gak ada yang perhatiin, gak ada yang manjain, dan gak ada yang marah gara-gara gue bikin cemburu! .. nasib jones selalu ngenes ya. Parah parah.. tanggal 29 januari 2013 ada cewek nge-greet gue di bbm, namanya vita, pas gue lihat dp-nya, gue senyum-senyum sendiri vita cantik bukan maen sekali, kayanya dia anak bidadari deh soalnya fotonya itu lagi pake sayap (walopun kagak ada), haha. Lama-kelamaan gue sama vita makin deket, dia anaknya asik banget, gak banyak basi-basi, udah gitu dia perhatian. Cowok mana sih yang gak naksir diperhatiin cewek cantik, besoknya paginya dia gak nge-greet gue lagi, kecewa sih, gue mau nge-greet dia duluan, tapi malu, ya udah deh terpaksa gue diemin aja, nah pas siangnya dia nge-greet gue “sombong.” gue bales aja. “sombong knp vit?” akhirnya kita bbm-an dah tuh sampe jam 1 malem, eh jam segitu masih malem apa udah pagi sih?. gue rasa gue udah beneran suka nih sama vita, semoga aja vita gak PHP-in gue ya,
Besoknya pas tanggal 31-01-2013 gue nembak vita coy, dan gue di terima, ya ampun betapa senengnya gue, akhirnya gue terbebas dari julukan “jones” yang mematikan itu, haha.. Besoknya gue nganterin dia ke sekolah, akhirnya bisa ngerasain juga sekolah nganterin pacar, gak mungkin kan gue nyusruk lagi kaya kemarin, kan udah ada pacar, jadi kalau ketemu mantan lewat sama cowoknya dan ngelihat gue sama cewek baru gue, gantian dia yang bakal nyusruk. Ya ampun jahat banget ya gue.
Sesampainya di sekolah muka gue berseri-seri coy, udah gak ditekuk lagi serasa orang yang udah terbebas dari hutangnya, pas nyampe kelas pun gue langsung duduk dan senyum-senyum sendiri, si handoyo alias jones alisa jomblo akut nyamperin gue dan lagi-lagi dia ngagetin gue dan gak ngefek sama sekali. Gue ngelihatin dia sambil senyum-senyum sendiri, dia aja sampe heran. “elo ngapa pret? Kesambet kuntilemak?” “sttt ah, jangan berisik mblo, gue lagi berbunga-bunga nih.” “berbunge-bunge? Ada ape sih, cerita dong, pliss..” handoyo masang muka imut (suer bikin enek), padahal mah kalau dilihat amit-amit haha, “gue udah bukan jones mblo, gue udah terbebas dari julukan jones, horee, yes, dan sekarang dengan cara yang tidak hormat, gue serahkan julukan jones gue buat lo, ini terima.” Wkwkwk “ebuset berati gue sekarang DOUBLE jones dong? Wah parah lo pret, jahat lo yee, biarin gue jadi jones sendiri, jadian sama siapa lo? Sama makhluk mane?” daripada handoyo penasaran mending gue kasih aja foto vita, dan jenjeng ekpresinya gokil banget. “ya tuhan, lu nemu cewek cantik itu dimana? Di kuburan? Cariin buat gue juga dong pret.” Ahahaha bener kan vita itu cantik.. “namanya vita, gue nemu dia di bbm, tadi gue nganteri dia ke sekolah, alhasil gue gak nyusruk lagi dan gue masih terlihat ganteng, kiwkiw.. haha”. “aduh pret, envy gue sama lo , , sekarang gue jones sendirian deh , yah zal empret amat lu .” “Han nanti juga ada waktunya kok lo gak jadi jonges lagi, lo cuma perlu sabar dan berdoa, oke, semangat!” udah kaya orang bijak aja ya gue. yawn..
vita itu cantik, berbehel, cewek hitam manis, pinter, bisa jadi tempat curhat dan sharing pendapat, perfect deh, gila bahagia banget kan gue punya pacar kaya dia, dibikin berbunga-bunga tiap hari. Seminggu gue pacaran sama vitan, rasanya? Berbunga-bunga terus coy, tiap malem jalan bareng, bercanda di jalanan, pokoknya kebahagiannya tuh gak bisa dilukiskan, parah-parah deh rasanya. Gue suka nemenin dia kesalon, awalnya sih males ya nemenin cewek nyalon, habisnya disana pasti bakal bete banget gak ada temen ngobrol, tapi demi vita apa sih yang engga. Nah pas memasuki hari ke delapan masalah mulai muncul satu-persatu, nah mulai terlihat deh sifat asli vita, egoisnya gede banget coy, gila aja ya tiap ada masalah kecil dibesar-besarin sama dia, udah gitu dia tuh selalu mojokin gue, seakan-akan gue yang salah, oke fine gue ngalah, gue minta maaf sama dia, tapi gue gak bisa tiap kali ada masalah mesti gue yang ngalah dan minta maaf, gue juga cape lah! Memasuki hari ke-9 vita makin parah, makin nambah-nambah egoisnya, dia bilang ke gue, dia udah cape gue bikin kecewa terus, nah disitu gue sempet mikir, selama 9 hari ini siapa sih yang paling egois? gue yang selalu ngalah, gue selalu nurutin apa kata dia, tapi dia masih bilang gue egois? Dimana keegoisan gue woy? Gue bela-belain nemenin lo nyalon sampe jam 12 malem dan gue rela dimarahin sama ortu gue gara-gara pulang malem cuma demi lo vit, tapi lo gak ada pengertiannya sama sekali, gue gak nemenin lo nyalon lo marah, padahal gue udah bilang gue gak boleh pulang malem lagi, kalau lu sayang mah pasti lo ngertiin bukannya malah marah-marah. Gue udah bener-bener bingung, nahan nyeseknya diginiin sama lo tuh sakit banget vit. Hari ke-10 tepat malam minggu, vita ngajak gue main, oke gue turutin, gue main sama dia di rumah temennya, gue bilang ke dia jam 10 gue udah harus pulang, dan reaksi seperti biasa dia cemberut, dan diemin gue, astaga marah lagi coy? Bisa gila beneran dah ini mah gue. malam minggu kali ini ngebetein coy, rasanya didiemin pacar itu gimana sih, nyeseknya gak ketulungan, tepat jam 10 gue minta pulang, dia tampak kecewa sih, ya habis daripada gue bete dicuekin mending gue pulang, yekan! terus vita nganterin gue pulang deh soalnya gue berangkatnya tadi mbonceng vita, eh pas nyampe rumah dia bbm gue begini. “gue udah bilang jangan bikin gue kecewa, kalau kaya gini mending kita selesai aja deh.” Pas gue baca bbmnya, rasanya tuh nyesek banget, parah-parah nyeseknya, malam minggu diputusin udah kaya lagunya saykoji - jomblo, sakit banget hati gue, tapi ya udah lah gue juga udah cape ngadepin sikap egois dia, akhirnya dengan lapang dada gue iklas putus sama dia, dan tanpa ngeluarin air mata loh. Horeee… dan gue mesti ralat sesuatu nih, ternyata vita gak sempurna dia hanya mendekati sempurna, coba aja kalau dia gak egois, baru tuh bisa dibilang sempurna. dan sekarang gue kembali jomblo, tapi.. tapi jangan jomblo deh, kalau kata anak jaman sekarang mah jomblo itu nasib, single itu prinsip, dan gue lebih milih single dari pada jomblo hehe. Tapi gak bisa dipungkiri sih habis putus tuh nyesek banget, dan daripada gue galau mending sms Jones aja deh. “mblo, gue putus” send. JONES bales “loh, cepet amat, kenapa?”. “dia egois han, gak kuat” send. “haha jadi jones lagi nih yee, cie cie demi gue lo bela-belain putus sama vita, haha terimakasih ya kawan JOMBLO.” “empret lo han, pengen banget ditemenin jadi jones, wkwk engga sih sekarang gue bukan jomblo ngenes tapi gue single ” send. “yah masa single, jones aja sih zal.” , bikin senyum sih mau bales tapi keburu ngantuk yaudah deh tinggal tidur aja, wkwkwk..
Keeesokan harinya nge-cek bbm, terus lihat vita ganti status bbm dengan nama cowok barunya, ini baru putus loh, masa iya udah jadian sama cowok lain sih? Gila nyesek banget, malah pas itu gue lagi di jalan pulang sekolah, gue gak merhatiin jalan, gara-gara lagi sibuk sama hape alhasil gue nyusruk lagi, ke lubang yang sama dan di jalan yang sama, kena sial lagi kan gue, ya ampun kenapa sih “JOMBLO BIKIN NGENES?”.
Paragraf hari yang selalu membahas kisahku yang menuntun ke arah luas taman surga, sekarang hanya menjadi potongan kalimat kecil begitu mungil mengganyam seluruh jejaknya.
Senyum mutia hanya menjadi luka berkarat bila kuingat sendainya bisa aku ingin membuang semua nostalgia ke dasar samudera agar terbawa arus pergi jauh sampai aku tak mengetahui itu atau meletakkannya dalam tasku membukanya bila semua telah usai kembali pada sang wahid.
Sepasang burung gagak telah menunggu di atap rumahku untuk mengabarkan tentang kematian ke segala sudut dan ruang.
Kurang satu tahun aku bersamanya menulis abjad ataupun kalimat di sebuah cahaya yang kusimpan dan kututup rapat tanpa terlipat agar tak ada yang tahu, namun sekarang berhamburan bagai debu tertiup angin di gurun dan basah oleh air mata bukan tawa walau kisah ini telah usai sampai di tempat penantian. Segala rasa tentang cinta yang aku punya direnggut dan diambil secara paksa dari badan dan jiwa.
Kemarin aku sempat mencoba meminangnya, niatku agar tak ada tangan-tangan lain ikut membelai apa itu salah?. Tapi, Yang kuharap tak semudah mengukir di tanah liat dan membakar kertas menjadi abu, abahnya tak menginginkan lamaranku walau mutia sudah mejamin ayahnya setuju. Bahagia tiada tara untuk menyambut laskar anak harapan pulang dari rumah mutia musnah sampai aku tidak tahu telah menjadi apa semuanya lugu bersama gelap secangkir kahwa malam itu, semenjak malam itu ruang gerakku sempit bak terhimpit sampai-sampai aku tak bisa memanjakan kata di atas wajah kertas.
Di pagi harinya kutemui mutia di kantin sekolah saat jam istirahat karena aku ingin tahu tentang mesteri di malam itu. Pagi itu wajahnya begitu segar beraromakan mawar. Aku ajak dia bicara yang aku awali dengan basa-basi belaka kemudian secara perlahan coba kuungkas agar cepat jelas tidak hanya maya.
“Mungkin aku salah, telah banyak berhayal untuk menjadi imam dan menjadi sosok Gajah Mada dalam hidupmu, tapi tolong jangan kau larang aku untuk menjadi penikmat langkahmu”. Ucapku sambil kubuang pandanganku ke langit menatap ratap nestapa karena aku merasa dalam mata abahnya aku tak lebih dari sebuah sampah.
“Tak perlu kau tanya, sebenarnya aku sangat ingin kau menjadi imamku bukan penikmat langkahku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa meskipun aku berontak itu hanya menjadi sia karena Abah tidak pernah menghiraukan aku tadi malam”. Tutur mutia sambil memaksa mataku menatap indah matanya. “Abah masih ingin aku melanjutkan sekolah dan tidak buru-buru tunangan”. Sambung mutia.
“Mut, ini semua salahku, maaf aku terlalu buru-buru”.
“Tidak Zal,”. Tolak mutia sambil meraih dan kemudian memegang erat tanganku sepertinya dia ingin aku tahu tentang yang telah dirasakannya. Sipit mata indahnya mengerucut indah memintaku paham, diluar sana arus ramai terus mengalir licin tanpa kendala tapi tidak dalam hatiku begitu pula dalam hati mutia yang semakin cenderung pada luka.
“Aku ingin hubungan kita ini tetap seperti sediakala, Aku mohon anggaplah ini semua hanya gelombang kecil yang takkan mungkin bisa menggulingkan bahtera cinta kita”. Pinta mutia dengan nada pelan bagai pelan angin yang meniup pohonan pagi itu. Tangannya semakin erat saja merekap tanganku membagi sebuah kasih tanpa henti sesekali matanya mulai meneteskan butiran suci yang menyapu basah pipi lembutnya.
“Aku akan melakukan itu semua selagi aku mampu, tapi mungkinkah kita akan merdeka bila Abahmu semakin kuasa saja menjajah kita denagan dalil-dalil yang dianggapnya suci”. Ungkapku tegas agar indah wajahnya berhenti memandulkan senyum yang kuharap bertebar di pagi itu. Wajah senyum mutia dengan perkasa menitip sebuah kewajiban yang harus ku penuhi agar tak lagi tetap pasang oleh luka dan aku juga harus berani melangkahi sabda abah mutia.
Jam istirahat sudah habis kita segera berjalan menuju kelas masing-masing suara gemerincing bel memasaku untuk segera masuk PR tentang perjalanan kisah mendatang tetap kubawa. Dalam iming dan resahku kata-kata mutia membungkus ragaku dengan kepercayaan yang mendalam beserta pertanyaan besar yang sulit untuk kuselesaikan namun hal itu adalah sebuah kewajiban yang harus aku tuntaskan.
Memang, abah mutia telah menolak lamaranku dengan dasar seribu alasan yang tak masuk akal bagiku yang mungkin tidak bagi abahnya. Aku tetap saja berhubungan sebagai mana biasanya (menyembunyikannya dari abahnya) karena aku masih belum bisa mengganti senyum mutia dengan senyum yang lain walau telah banyak yang sigap untuk mengoda. Aku masih berniat untuk membongkar dingding kebencian abah mutia yang keras bagai tembok Cina, menjadi uap aroma bunga. Aku selalu bersandar dan berbaur pada do’a dan ikhtiar mengharap ridha sang Arrohman agar mutia dalam dekapku seutuhnya tidak hanya dalam maya. Meski aku harus membeli hal itu dengan harga yang mahal asal mutia dapat dipertaruhkan akan aku lakukan.
Hari memuncaratkan warna merah kekuningan di barat akhir jalannya. Aku duduk meratap, merenung dan mengasah bongkahan beserta serpihan luka yang kemaren mengajak mutia menulis sebuah sajak di jalan setapak yang kukirim lewat samirana senja. Perkumpulan sisa imajinasi tetap aku bawa menemui kubuh kecil di seberang lautan agar tidak semakin dianggap pecundang. Sempat aku bersyukur, karena dengan sebab penolakan abahnya terhadap lamaranku semangatku semakin membara untuk menjadi imam mutia dan juga semenjak kejadian itupula mutia semakin mengiaskan wajah-wajah rindu tanpa dusta walau kejadian di malam itu sangat tidak aku harapkan. Aku selalu yakin kalau kesemaptan kedua pasti datang meski tak senyaman kesempatan pertama. Dalam sejauh ini abahnya masih belum mengetahui gerak-gerik perjalananku dalam lautan hati mutia, anaknya. Atap-atap hayalku semakin kokoh dan kuat saja begitu pula dengan mutia tapi entah sampai kapan ini semua akan terpendam dari pengetahuan abahnya hal inilah yang masih belum aku pahami tapi yang jelas masih menjadi rahasia Tuhan. Selesai shalat dhuhur adik sepupuku memberiku kertas bertuliskan kepada rizal di pojok kiri, mahluk penasaran yang berdiam dalam file otakku melompat-lompat meminta hati untuk segera mengetahuinya.
“Mas ini ada titipan dari mutia, dia menitip surat ini, dia tadi bilang karena dia takut menyiksa hati mas rizal semakin dalam, aku bingung mas kenapa dia bicara seperti itu. Apa mas rizal punya masalah dengan mutia?” Tanya adiksepupuku.
“Tidak. menyiksaku?, apa maksudnya. Kapan dia kesini?”.Tanyaku.
“Tadi ketika mas waktu lagi shalat”. Jawabnya yang kemudian beranjak pergi dari hadapanku karena dia dipanggil oleh ummiku. Kupegangi surat itu tapi aku tidak langsung membacanya karena aku masih terhujani dan basah kuyub oleh kata-kata mutia yang membuatku bertanya-tanya. Demi mengubur rasa penasaran yang kian melompat-lompat dan terus memberontak, surat itu kubuka harapku agar rasa penasaran yang membengkak lekas lentur, sore itu tak sedikitpun ada iming-iming durja.
Kepada: Rizal (Imamku)
Di: kedamaian sana
Assalamualaikum wr,wb.
Maaf aku hanya bisa menitip surat ini kepada adik sepupumu dan tidak bisa menemuimu langsung bukannya aku tidak mau menemui zal, Tapi, karena aku tidak kuat menahan semua ini. Kau boleh menyalahkanku, kau boleh menyebutku seorang pendusta dan menyebutku pembohong setelah kau tahu masalah ini, sungguh aku berat untuk mengatakan semua ini tapi hal ini tak boleh aku pendam agar tidak menjadi fosil kepedihan yang kekal.
Jujur aku sebenarnya tidak ingin ini terjadi, Abah tanpa sepengetahuanku telah menerima lamaran shokib. zal, disini aku hanya bisa menerima walau berat rasanya. Kau mungkin tidak akan percaya kalau dalam hati ini hanya namamu yang menghias dan memberi warna surga.
Abah juga telah mengetahui hubungan kita, beliau juga memintaku untuk menjauhimu. Sampai-sampai aku dimintai sumpah olehnya untuk tidak berhubungan denganmu lagi.
aku mau dalam hatimu tetap ada rasa dan niat untuk menjadi imam dalam hidupku. Ini saja dari aku tolong maafkan aku.
Mutia…!
Wassalamualaikum wr,wb.
Dairku: Mutia
Kenapa bisa seperti ini? Apa mungkin mutia mempermainkank selama ini dengan pura-pura mencintaiku tapi, kalau ia kenapa dia mau menulis sebuah sejarah yang begitu panjang denganku. Atau dia hanya menjadikanku pelampiasan belaka?, oh.. tidak aku yakin dia pasti benar-benar tulus mencintaiku. Sulit aku percaya ternyata isi surat mutia adalah sebuah petaka bagi jiwaku yang aku khawatirkan selama ini. Aku merasa kalau sebuah penjelasan yang tak masuk akal telah mutia paparkan yang mungkin diadopsi dari sabda abahnya. Abah mutia begitu membenciku. Aku sungguh tak mengerti dengan sikap abahnya, dia menolak lamaranku satu bulan yang lalu tapi sekarang secara terang-terangan menjodohkan mutia dengan pilihannya sendiri. Tanpa terasa setelah membaca surat dari Mutia air mataku tumpa bukan aku tak bisa tegar namun aku tak kuat membayangkan semuanya. Persiapan sebuah cita berat rasanya, tak bisa kuimbangi kenyataan dengan hanya membusungkan dada, aku seperti hidup dalam ruangan hampa udara sesak terus mendesak.
Setelah selesai surat dari mutia kubaca, aku langsung menelpon mutia karena aku ingin meminta penjelasan secara terang darinya.
“Mut, ternyata aku memang tidak ditakdirkan menjadi imammu, meski aku mencoba tegar melalui kisah ini, aku tetap tidak bisa”.
“Jangan bicara seperti itu zal, aku sungguh minta maaf karena aku tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali yakin kalau kau pasti menjadi imamku ini semuan bukanlah mauku”. Ucap mutia di iringi tangis dari balik telpon.
“Aku mohon kamu jangan menangis, aku tahu ini semua bukan maumu, dan kamu harus tahu kalau abahmu telah menemukan pilihan yang terbaik untuk kamu, jujur aku tidak akan mengharamkanmu untuk menjadi milik orang lain walau sangat terjal untuk aku lakukan”.
“Tidak zal, bukan Abah yang akan menjalani semua ini tetapi aku, aku zal…!. Aku tidak bisa melakukan ini semua dan yang terbaik untuk aku adalah kamu”.
“Iya untuk kamu, tapi tidak untuk Abah kamu”. Tiba-tiba mutia menutup telponku dia marah mendengar kata-kata terakhirku. Hati ini sakit bila mendengar suara lembutnya karena mengingatkanku pada cerita bahagia. Ku kirim pesan singkat menyampaikan kata maafku agar dia tidak salah paham dengan kata-kataku. Aku semakin sadar dikalau sekenario Tuhan tak bisa kutebak dengan mudah dan kupahami secara lisan saja.
Mutia telah berikrar padaku kalau dia akan tetap menjaga gubuk yang telah aku bangun dalam hatinya, dan tidak akan membiarkan siapapun termasuk shokib masuk dan mengobrak-abrik gubuk suci dalam hatinya. Namun dalam episode selanjutnya semuanya berbeda tak tahu kenapa baru saja lima hari sehabis mutia menelponku nada dan warna wajahnya terhadapku semakin membentuk jarak yang sepertinya tidak boleh kulalui dan kumaini dia menganggapku asing. Setiap kutanya dia kenapa, jawabnya, “aku baik-baik saja”. Rasa cemas terhadap keberadaan gubuk dalam hati mutia yang aku bangun 15 sebtember kemarin tetap saja memuncak dan tidak akan lama lagi akan terjatuh, aku masih bingung terhadap apa yang harus aku perbuat bila mengingat kisahku selalu lembab dan becek oleh luka.
Semakin hari mutia semakin terbiasa dengan kedatangan Shokib dalam hatinya, aku semakin dilemparkannya ke lembah nestapa. Setiap tatap matanya kian hari kian kecut saja dia melupakan ikrarnya aku belum tahu karena faktor apa dia bisa berubah begitu cepat, dia juga tak pernah menghiraukan dikalau aku semakin tenggelam oleh luka. Sebenarnya aku ingin merdeka dari semua itu namun aku tak bisa karena dia tetap menjerat bathinku dalam batinnya walau dia tidak sadar akan hal itu. Sulit kuhapus jejaknya yang masih membekas dalam bilik kalbuku. Sekarang aku hanya bisa mendo’akannya agar bisa dengan sempurna mencintai Shokib, tunangannya. Aku mencoba menjauhinya dan memendam dalam-dalam hayalan untuk menjadi imam dalam hidupnya bukan aku putus asa tapi karena terlalu mustahil bagiku. Harapku agar luka yang kurasa tak semakin ia saja aku tinggalkan dia dilipatan halaman kemarin dan aku membuka lembaran baru denagan do’a wajah mentari sang fajar yang muda. Walau aku harus bersabar untuk menunggu musim mendatang bukan menunggu yang telah menjadi prasasti di jalan setapak perjalananku.
Mungkin sekarang mutia tidak akan merasakan tentang apa yang telah aku rasakan. Dia juga menganggap aku telah menghianati dirinya karena aku menjauhinya. Padahal bukan aku yang telah melakukan itu akan tetapi dirinya sendiri, aku disangkanya lari dari sebuah tanggung jawab yang harus aku pikul. Bagaimana aku bisa melakukan itu semua dikalau dirinya sudah tak menganggapku ada. Dua tahi lalat yang menghias kulit langsat di wajahnya sulit aku tukar dengan indah warna bianglala namun apa boleh buat!.
Panggil aja gue JONES, temen temen gue yang ngasih panggilan itu. Emang sih gue gak tahu arti dari panggilan itu, tapi gue rasa gue suka panggilan itu, gue pikir itu keren.
Gue jomblo dan gue labil. Kadang gue bangga jadi seorang jomblo karena gue bebas ngelakuin banyak hal sesuka gue. Tapi kadang gue juga merasa terpuruk menjadi seorang jomblo, karena apa? karena gue harus sabar jadi “kambing conge” di antara temen temen gue yang punya pacar.
Saat ini gue masih dalam masa pemulihan. Gue baru putus dari pacar gue. Vany namanya. Dia cantik, baik, pengertian. Berbanding terbalik dengan gue yang urakan. Tapi dia mau nerima gue apa adanya gak ada apanya, karena memang gue gak punya apa apa selain rasa sayang gue sama dia (duh bilang aja kere). Vany itu 5 tahun lebih muda dari gue. Gue udah jadi mahasiswa bulukan yang gak lulus lulus dan dia masih duduk unyu di bangku SMA nya. Sebagai ABG ucul, dia terbawa arus globalisasi, dia suka K-Pop. Jujur gue gak ngerti sama boyband atau girlband. Tapi dia hafal, mulai dari boyband SUHU atau SUJU atau apalah itu sampai girlband SNSD atau STNK ah apalah itu gue lupa. Dia fasih banget nyebutin nama nama personelnya yang banyak itu. Sementara gue? Cuma bisa dengerin dengan keadaan mulut berbuih.
Hari terus berganti hari, seiring dengan bertambahnya umur gue. Di ulang tahun yang kesekian Vany ngasih gue kado. Dia bilang “Buka kadonya harus jam 12 ya! Jangan kurang, jangan lebih”. Buset dah, karena gue penasaran gue buka itu kado pas dia udah pergi beberapa menit. Kalian tau apa yang ada di kado itu? selembar poster boyband yang digawangi si SIWON eh KLIWON atau TAWON ah bodo amat! Gue terkejut dong ya. Gue, cowok macho RT 01 dapet kado dari pacar gue poster boyband, reputasi gue sebagai cowo macho pun turun. Gue Cuma bisa diem liatin itu poster.
Hubungan gue sama Vany berjalan udah hampir 2 tahun. Dan kesukannya sama K-Pop gak luntur sedikit pun. Dan masalah terjadi pas gue ngelakuin kesalahan yang bikin dia mutusin gue. Waktu dia ulang tahun yang ke 17 dia ngajak gue nonton SS5, konser para boyband korea. Awalnya gue ngerasa tenang karena malemnya gue ngafalin dulu nama nama personelnya. Tapi ternyata gue salah. Waktu boyband SUHU atau apalah itu tampil gue teriak dengan kerasnya. Apa salahnya? Gue malah teriak “Morgaaan! Bismaaa! Morgaaan! Bismaaaa! uh.. yeaaah!”. Tiba tiba keadaan jadi hening dan Vany nyeret gue keluar sambil nangis.
“Kamu jahat! Kamu Tega! Kamu malu maluin aku!”
“Apa salah aku? aku kan ngefans sama bisma”
“Ini konser SUJU! bukan SMASH! kita putus! sana pulang!”
Gila men, hati gue remuk, gue diputusin cuma gara gara salah nyebut nama personel. Gue teriak tanda kekesalan gue dan dengan refleks hujan pun turun. Gue ngerasa kehilangan Vany dan gue GAGAL MOVE ON!.
Setelah lama putus, gue baru nemuin lagi kardus kado gue, cuma itu kenang kenangan yang ada. Kardus yang dulu gue anggap remeh tapi sekarang jadi berharga buat gue. Tiap gue liat isinya, gue inget kenangan gue sama dia. Gue rindu Vany, ABG unyu gue.
Tadi siang, di sekolah aku memperhatikan seorang wanita berpipi chubby itu. Dia menari di hadapan banyak orang, dia kurang tersenyum dalam setiap langkah yang ia tap, tap, tap kan di lapangan. Ia juga lebih tampak cantik dengan polesan make up tipis di wajahnya. Aku merasakan sebuah kerinduan, juga cinta yang sudah lama aku miliki untuknya. Sahabat, wanita.
Dulu aku tidak pernah terbayang bahwa aku akan dekat sekali dengan wanita ini. Lucu, kami sudah saling kenal lama. Tapi sayangnya, kami dekat dan benar-benar saling mengenal baru 2 tahun ini.
Kami dekat sejak kami memilih tempat bimbel yang sama. Dari sana juga aku mencoba mengenalnya. Anaknya baik, manis. Namun seiring waktu, kami selesai pada jenjang menengah pertama ini. Namun, Aku memilih melanjutkan study ke sebuah daerah dingin di Jawa Barat, kuningan. Sedangkan ia? Ia masih di kota perwira ini.
Aku jadi ingat waktu kelulusan dan pengumuman hasil UN. Ia menangis sejadi-jadinya karena nilainya tidak memuaskan dan tidak mampu menembus SMA yang ia inginkan. Disana, di depan perpustakaan aku memeluknya, mencoba menenangkan dan memberi semangat untuknya. Tapi ia malah meronta-ronta dan bilang “kamu enak, kamu sudah mendapatkan SMA yang kamu mau, tapi aku? Aku bisa kemana dengan nilai ini?.” Aku masih membujuknya dan mencoba menenangkannya. Lalu setelah ia lebih merasa tenang, aku mengajaknya pulang dan pergi ke tempat bimbel kami. Ia menolak, aku melihat persis kekecewaan yang ia rasakan saat itu. Haha, ia akan lebih terlihat manis ketika menangis.
Setelah mempersiapkan semuanya, aku siap terbang menjadi anak rantauan saat itu. Namun 2 hari sebelumnya aku sempat menghabiskan 1 hari penuh dengannya, kami benar-benar lepas menikmati hari dan siap untuk melanjutkan langkah lagi. Yang membuat aku menjadi terharu setelah kami melewati seharian penuh itu. Ia pulang, dan aku pulang. Mungkin baru saja menaikkan badannya ke sebuah angkot itu sebuah pesan baru masuk ke handphoneku. Ia mengatakan…
“zal, makasi ya. Jujur dari tadi aku nahan nangis. Maaf nggak bisa nganterin kamu besok…
Ia menghabiskan 1 halaman full pesan. Ya tuhan, ternyata sahabat yang manis adalah sahabat yang mampu memperoleh air mataku.
Setelah 1 bulan di asrama akhirnya kami mendapat jadwal liburan selama 3 minggu. Pada perpulangan itu dia juga tidak bisa menjemputku di bandara. Tapi besoknya, dia langsung datang dan menemuiku di rumah. Jarak rumah kami tentu tidak dekat, ia harus menempuh waktu selama 1 jam. Dan bayangkan harus memainkan gas motor selama itu sendiri.
Datang dan duduk dengan manis. Sebelum pulang, wanita itu memberikan sebuah bingkisan. “ini.” Katanya. “kado buat kamu.” Lanjutnya. Sebuah boneka emotion hug yellow.
3 minggu bukan waktu yang lama kan?
Aku juga harus kembali pulang ke sekolah lagi. Siang itu di bandara dia datang. “ayo nak, masuk” ayah menyeru dari dekat pintu bandara. Wanita itu malah menggenggam tanganku, titik air mata sudah melambung di matanya. Aku juga merasa terharu harus kembali pulang, sampai dengan paksa aku harus melepasnya dan melambaikan tangan. Beradu isak tangis serta rindu yang harus bertahan selama berbulan-bulan kedepan untuk sahabat ini.
Berbulan-bulan disana membuat aku semakin memikirkan orang tua, terutama bunda. Bunda pun begitu, dan entah fikiran dan pembicaraan mengarah kepada pindah sekolah.
Habislah waktu 1 semester disana. Bunda menanyakan “lalu, mau masuk mana kamu?” awalnya aku memilih untuk ke sebuah SMA Negeri yang 1 kawasan dengan SMP ku dulu. Namun bunda dan ayah menolak. Kebetulan hari itu seorang wanita manis singgah ke rumah. Awalnya bunda sudah menawarkan untuk pindah ke sebuah Madrasah, namun aku masih memikirkan semuanya dahulu. “kayaknya rizal bakal 1 sekolah sama kamu deh!” kata bunda kepada wanita itu. Dengan bersemangat ia menjawab “iya buk, iya. Beneran kan?”
Melihat sahabat yang menerima baik rencana itu aku semakin ingin menerima tawaran bunda pula. Setelah semuanya diurus, aku resmi menjadi seorang murid dan kembali 1 sekolah dengan wanita itu. Ia memintaku untuk memilih 1 kelas dengannya.
Hari itu aku merasa terlahir sebagai anak baru SMA lagi. Semua harus aku kenali lagi, harus mencicipi keberanian lain disana. Melihat kondisi. Minimal bisa berinteraksi dengan baik lagi. Namun bagaimana kondisi dengan wanita itu? Kami duduk dengan jarak yang dekat. Beberapa hari awal masuk aku masih dengannya. Namun setelah itu semuanya berbeda, merasa terhalang dengan kehadiran pihak segerombolannya yang jelas saja dari muka mereka sudah tidak menyukaiku. Terutama wanita bernama talita itu, dia duduk di samping sahabatku.
Di sebuah persahabatan ada juga yang namanya segitiga? Iya. Aku baru tau itu ketika aku tau bahwa talita tidak mau wanita itu dekat denganku. Mau bagaimana? Kami sudah dekat sejak lama. Lebih lama dari mereka dekat tapi lagaknya mematikan. Sampai yang membuat aku kecewa dengan wanita manis itu ketika ia mengirim sebuah pesan “maaf zal, kita harus menjauh sementara” itu artinya apa? Jelas artinya bahwa ia memilih menjauhiku dibanding harus dijauhi oleh talita. Biadap? Sangat.
Sampai aku memilih untuk pindah ke tempat yang lebih jauh dari mereka berdua. Dari sudut kelas diam-diam aku dan talita, kami saling menatap dengan keras. Memberikan tatapan tanpa persahabatan. Suasana kelas mulai beda, wanita manis itu sering sekali menangis. Dari dulu, dari awal kami bersahabatan aku juga tidak pernah tega untuk melihatnya menangis. Namun di kelas siang itu, aku harus menahan iba dan perhatian untuk menghanyutkan wanita manis itu ke dalam pelukan. Anak kelas meminta kami saling menyelesaikan peradaban setan kecil-kecilan itu. Wanita itu semakin menangis menjadi-jadi. Aku pun terhanyut ketika menatap tajam tangisannya.
Setelah semua masalah selesai, kami menjadi kembali baik. Berbulan-bulan di kelas yang diberi julukan GRANAT itu membuat aku nyaman. Tapi sampai berbulan-bulan itu juga aku belum mengambil ekskul apapun. Berbeda dengan wanita itu, ia sekarang sangat sibuk dengan cita yang ia harapkan di ekskulnya. Kesibukan itu membuat aku dan ia juga kurang mencampur waktu bersama.
Kenyamanan membuat sebuah waktu menjadi lebih singkat, tidak terasa juga harus naik ke jenjang yang lebih serius. Dengan pembagian jurusan, memilih keinginan dan cita yang berbeda. Aku jadi ingat waktu hasil pembagian jurusan yang belum fix itu, namanya tertera pada list anak kelas IPS. Di kelas, wanita manis dan juga cengeng itu tersedu-sedu. Lagi, ia sangat manis ketika menangis. Sahabat yang membuat aku mampu mengagumi kemanisannya.
Setelah masuk pada kelas jurusan masing-masing, kami semakin sibuk untuk melanjutkan sekolah. Wanita itu juga tampak lebih nyaman dengan hari-harinya karena seorang lelaki bergigi tak rapih itu. Tapi, di selipan aku bahagia juga melihat kenyamanannya ada rasa takut. Ia lebih banyak waktu untuk keluar. Aku takut untuk menegurnya, tapi aku memilih menegurnya dengan mulai menjauhinya tanda aku tak suka dengan sikapnya. Berharap wanita itu mengerti, aku juga menolak setiap tawarannya untuk pergi bersama dengan mereka, juga pacarnya. Tapi dia malah menyimpulkan bahwa “kamu minderkan karena kamu jomblo?,” di kantin pagi itu aku menahan perasaan yang tak baik ini. Aku pulang lalu menangis, menceritakan ini kepada bunda bahwa aku sedih juga kecewa.
Aku juga merasa sangat berdosa ketika membuat ia menangis karena perkataanku yang terlalu kasar itu , aku juga sangat merasa bersalah.
Banyak sebenarnya yang ingin aku sampaikan dengan wanita itu, tapi aku hanya mampu memandangnya lalu membicarakan semuanya sendiri, tanpa ia dengar, tanpa ia ketahui. Awal kekecewaan itu membuat aku merasa salah telah memilih ia menjadi sahabat yang manis, yang pantas aku tangisi saat berpisah. Namun setelah aku pelajari, ini lah persahabatan.
Aku tetap mencintai wanita manis, cengeng dan berpipi chubby ini sebagai seorang saudara yang membuat aku belajar untuk royal. Sedikit malu untuk menyampaikan bahwa aku merindukannya, aku hanya membicarakan kerinduan ini dengan teman yang menemaniku memandangnya di lapangan di siang yang panas tadi. Rindu itu disampaikan kepadanya dari temanku, dia tertawa kecil. Haha, lucu ya? Aku merindukan sahabat yang jelas saja 1 sekolah denganku. Tapi inilah, kedekatan yang aku rindukan.
Kalau saja lembaran rindu ini ia buang, mungkin semuanya akan terbungkus rapih.
Kemampuan turun-temurun yang diwariskan nenek moyang gue, bisa dibilang sangat bermanfaat untuk orang banyak. Pasalnya, sudah hampir ratusan orang merasakan goyangan tangan gue di seluruh tubuh mereka. Goyangan yang membuat otot yang semula menegang, menjadi lemes. Alias ga kaku lagi. Yah, gue sih bersyukur banget punya keahlian di bidang urut mengurut. Karena, selain mengurut ini adalah profesi, gue juga bisa memanfaatkannya untuk menolong orang banyak.
Misalnya, kejadian dua bulan lalu. Saat gue sedang keliling kampung bersama dua asisten gue, yaitu Handoyo dan Bahtiar. Kami menemukan seseorang yang sedang terjepit di antara reruntuhan kasur. Gue juga ga ngerti kenapa kasur itu bisa menimpa badan tuh orang. Sempat terpikir di benak gue, kalau orang itu sedang main petak umpet. Tapi, ngapain ngumpet di bawah kasur. Emangnya kasur rela buat main petak umpet? Lagian, fungsi kasur itu buat tidur, bukan buat main petak umpet. Ga berperikekasuran banget sih!
Melihat orang yang sedang kesulitan, kami pun refleks menolongnya. Sebelum menolong, Kami atur formasi terlebih dahulu. Hal ini memang biasa kami lakukan sebelum beroperasi. Formasinya tuh, kami baris berbanjar, lancang kanan, kemudian gue nungging ke belakang sambil goyang itik. Handoyo yang ada di samping kanan gue pun ga kalah menarik. Dia bergoyang kepala ala Trio Macan. Setelah pusing, minyak gosok yang dibuat dari ingus cicak, ia keluarkan dari kantongnya untuk digosokan di kepala. Sementara Bahtiar, di sebelah kiri gue; mengeluarkan korek dan rokok dari kantungnya. Korek untuk mengeruk jigong di giginya. Sedangkan rokok, berfungsi untuk menyumpal hidungnya yang mampet.
Gimana? Keren kan formasinya?
“Yar, lo ke sudut kiri. Handoyo ke kanan. Gue ke tengah.” Perintah gue lugas.
“Ngapain, bos?” Tanya Handoyo.
“Main karet!. Bego lo! Yah, angkat kasurnya.”
“Tau lu, Han! Bos jadi marah tuh. Kita angkat kasurnya buat tidur di kontrakan. Iya kan, bos?” Ucap dan tanya Bahtiar dengan polos.
“Keplek!” Tangan gue mendarat di kepala Bahtiar
“Aduh, bos sakit.” Bahtiar mengeluh kesakitan.
“Hahaha, sukurin lu! Berarti mendingan gue. Biar kata bos marah, tapi ga sampe geplak kepala gue.”
”Ahhh, diem lu. Banyak bacot.” Tangan gue mendarat di kepala Handoyo.
“Aduh… Bos, kok gue kena juga.”
“Udah-udah… Bisa naik darah turun tai kalau gue terus-terusan punya anak buah kayak lu berdua. Pokonya lu angkat tuh kasur. Cepetan!” Amarah gue meledak karena kelakuan dua bocah yang lahirnya dienter pake komputer, keluarnya dari CPU.
Pertolongan pertama yang kami lakukan setelah mengangkat kasur dari diri orang tersebut adalah mengecek nadinya. Apakah masih berdenyut atau tidak. Setelah dipastikan korban masih hidup, kami langsung mengoleskan minyak angin cap kodok galau dibagian hidung guna menyadarkannya dari pingsan.
“Sadar, bos. Sadar…” Bahtiar berucap senang
“Iye, gua juga tau.” Ujar gue
“Tolong…! tolong…” Orang itu berteriak menjerit dengan wajah setengah takut.
“Tenang… tenang bu, kita orang baik… baaaa…” Ucapan gue terpotong karena rongrongan Ibu tersebut yang semakin menjadi.
“Tolong…! saya mau diperk*sa… tolong…!
Sial… Mimpi apa gue semalam? Niat baik nolongin, malah dikira mau memperk*sa. Hadoh… lagian, tuh ibu kaga tau diri banget sih. Mana doyan gue sama dia. Badanya aja kayak bis malem. Mukanya udah kadaluarsa. Selain itu, yang paling bikin gue ga nahan adalah bibirnya. Bibir sama spakbor motor ga beda jauh. Haha… untung ga ketuker.
Teriakan ibu ga tau diri itu semakin keras. Sehingga mengundang warga sekitar datang untuk menghakimi kami. Melihat kondisi yang sangat darurat seperti ini, mau tak mau kami harus mengeluarkan jurus, “Tauran”. Yah, sebenarnya jurus ini ga pernah digunakan, lantaran kami tahu betapa bahayanya apabila seseorang terkena bumerang dari jurus ini.
Filosofi yang terkandung dalam jurus, “Tauran” adalah “Tau” dan “Ran”. Tau berarti mengetahui. Sementara, Ran diambil dari bahasa Inggris yang artinya lari. Jadi, Tauran yang kami maksud adalah apabila mengetahui ada masa yang ingin menghakimi, lebih baik kita, “Lari…!” alias kabur. Haha
Itulah seuntai pengalaman yang kami rasakan sebagai tukang urut kampung gono-gini.
Hari ini, kami mendapatkan pesanan tugas mengurut salah satu pasien di kampung seberang. Seperti biasa, kami berangkat menggunakan si jagur motor supra merah yang udah hampir 1 tahun ga gue cuci. Gue sengaja ga mencuci si jagur, soalnya menurut mendiang kakek gue, kalau seandainya jagur dicuci, maka kemampuan mengurut yang gue miliki akan hilang. Dan kalau sudah hilang, gue harus betapa di gunung slamet selama setahun. Ga boleh makan dan ga boleh minum. Waduh, ngeri juga yaa ancemannya. Itulah mengapa si jagur ga pernah gue cuci hampir setahun. Jadi, ga heran kalau motor gue ini udah kayak motornya tukang bawang. Haha
Perjalanan setengah jam kami tempuh. Motor yang ditigalin, memang ga akan pernah bisa bohong. Padahal gue udah ngegas full lho.Tapi, tetap aja fakta berbicara lain. Kalau si jagur emang udah angkat tangan menampung tiga tukang urut yang badannya mirip kuproy yang ga berperikemotoran.
“Udah sampe nih…” Gumam gue sembari turun dari motor.
“Bener ga nih, bos alamatnya?” Tanya Handoyo…
“Ya, benerlah. Mana mungkin salah…”
“Udah bos, kita langsung masuk aja.” Ujar Bahtiar.
“Ya udah, lo panggil dah!”
“Assalammu’alaikum… assalammu’alaikum.” Salam Bahtiar.
“Wa’alaikumussalam.”
Wow… Luar biasa bukan kepalang. Yang keluar cewek cantik, bro. Gue perhatiin dari ujung rambut sampe ujung kaki, kaga ada cacatnya sama sekali. Waduh, kalau yang ini minta urut sama agen gue, ga usah dibayar; gue rela dah.
“Permisi, mba. Kami dari agen Granat Pijet Purbalingga…”
“Oh, iya iya silahkan masuk. Bang, kalau pijet bagian sini bisa, kan?”. Sembari memegang pundaknya yang tak tertutup sehelai benang pun. Karena tuh cewek pas keluar pake baju yang kaga ada tangannya.
“Oh, bisa mba… bisa banget.” kami menjawab serentak, seolah merasa senang.
“Kalau bagian yang ini, bang?” Sambil menunjuk ke arah pahanya yang mulus.
“Wah… apalagi yang itu, mba. Bisa banget.” Jawab Handoyo.
“Iye, mba. Pokoknya kita mah tukang pijet multi talent. Bagian apa aja bisa kita kerjain.” Serobot gue menambahkan…
“Oh gitu yaa… Ya udah, tunggu sebentar ya, bang!”
“Kita main pijet-pijetan dimana, mba?” Tanya Bahtiar.
“Di sini aja…” sambil menunjuk teras rumah dan ia beranjak ke dalam.
“Oke siap, mba.” Handoyo langsung gelar tiker yang dibawanya di depan teras.
“Eh, tapi apa ga malu ngurut cewek di teras rumah kayak gini? Kan banyak orang yang lewat, bro”. Bahtiar bertanya sembari melihat situasi.
“Ahh bodo amat! Yang penting hepi. Hahaha, asik. Pasien kita kali ini cantik bin demplon.” Handoyo kesenangan.
“Hm.. ya udah… Bos, kita berdua aja ya yang ngurut?” Pinta Bahtiar memelas.
“Aelah… Giliran yang begini aja, pada rebutan lu. Lagian emang lo udah lulus belajar ngurut sama gue? Hah? Belum, kan?” Gue menodong pertanyaan.
“Belum sih, bos. Tapi, kan kita udah 25 tahun jadi asisten bos. Masa kita ga pernah kebagian ngurut…” Protes Handoyo ke gue.
“Woy… umur lu aja baru 20 tahun!”
“Oh iya, bos lupa… haha”.
“Ya udah, kali ini gue ijinin lu berdua buat ngurut.”
“Hahaha, makasih, bos…” Mereka berujar serentak.
“Iye… Dasar mata keranjang lu!”
Beberapa saat kemudian, cewek cantik tersebut keluar dengan membawa seorang kakek tua lagi kerempeng.
“Bang, tolong pijitin kakek saya, ya. Kasian dia baru dateng dari kampung.”
Wajah mereka melongo kaget. Dahi mengerut, perasaan heran pun menyertai. Perlahan, bibir mereka terbuka seolah ragu berucap.
“bbbb-booss… kita ga jadi ngurut deh. Kepala kita mendadak pusing.”
“Hahaha… Makan tuh, kakek-kakek lumutan. Sono lu urut!” Tawa gue terbahak-bahak
“Yaelah, bos. Kita kan ga bisa ngurut.”
“Bodo amat, lu urus sendiri tuh kakek-kakek. Gue mau pulang dulu.” Gue langsung menuju motor dan pergi meninggalkan mereka.
Sementara, mereka tetap mengurut kakek tua tersebut tanpa bayaran. Hahaha pelajaran yang dapat diambil dari kejadian ini adalah, tukang urut kudu profesional. Siapa pun pasiennya, tetap harus dilayani dengan pelayanan prima. Emang enak lo ngurut kakek tua kaga dibayar pula. Sukurin!