Monday 9 December 2013


Semenjak gue ngontrak bareng sama tiga teman gue yang ga karuan jalan hidupnya, di situlah gue mulai ketularan gaya hidup yang aneh bin seglek. Yah, awalnya sih hidup gue lurus kayak jembatan sirotol mustakim. Menjalani hidup dengan apa adanya, ga neko-neko, dan ga punya kebiasaan yang aneh-aneh. Namun, paradigma itu berubah saat gue dan mereka membangun rumah tangga bersama di sebuah kontrakan. Berubah gimana, ? Oke… Sebelum gue jawab pertanyaan kalian. Gue mau kasih tau dulu ke lo, kenapa tuh tiga spesies bisa nyusruk di kontrakan gue.
Yang pertama Fadli. Fadli adalah seorang pemuda yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Tak kenal lelah menjaga kampung Bodas pagi, siang, sore, dan malam. Seragam hijau kebanggaannya pun tak pernah ia lepas. Hingga saat isu kolor ijo mewabah di kampung ini dan banyaknya anak gadis yang diperawani, sementara Fadli sebagai keamanan tak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Yah, akhirnya fadli di pecat sama pak RT. Malah yang lebih gila lagi fadli yang di tuduh sebagai kolor Ijo. Sampai-sampai pak RT ngecek dengan melucuti pakaian hansipnya untuk membuktikan apakah kolor yang dipakai fadli berwarna hijau atau tidak. Dan ternyata, label kolor ijo tak pantas baginya. Karena setelah pak RT melucuti pakaiannya, ternyata ia memakai kolor berwarna pink dan bercorak Angry Bird. Cuma satu yang jadi perkiraan gue. Si fadli pakai kolor berwarna pink dan bercorak Angry Bird, biar kelihatan maco atau terlihat cuco? Hadoh, fadli fadli… *Geleng-geleng kepala.
Sepertinya angry bird telah menyelamatkan hidupmu, nak. Haha. Nah, setelah fadli kehilangan pekerjaannya dan ga kuat lagi bayar kontrakan. Datanglah fadli kekontrakan gue. Dia mau numpang hidup sementara di kontrakan gue.
“Assalammualaikum, Zal…” Salam fadli di depan pintu kontrakan
“Waalaikumussalam.” Jawab gue sembari membukakan pintu.
“Eh elu, fad. Lho kok lo cuma pake kolor? Hahaha mau ronsen lo? Ini bukan rumah sakit, bro. Haha”. Tukas gue ngakak.
“Ahh parah lo. Temen lagi kesusahan gini malah lo katain.”
“Lah, siapa yang ngatain? Kan gue cuma bertanya…”
“Udah ah, cepetan gue mau masuk !” fadli kesal sambil cemberut kayak tikus got yang keilangan anaknya.
“Iye… iye… Masuk dah!” Gue menyilakan fadli masuk ke rumah dan membuatkannya beberapa hidangan anak kontrakan.
Ada perbuatan aneh yang bikin gue geli sama fadli waktu pertama kali dia mengutarakan tujuannya datang ke kontrakan gue. Masa pas gue nyediain makanan ala anak kontrakan, dia tuh nungguin gue sambil ngupil. Lah, emang kalau ngupil kenapa, zal? Yah, gue sih bukan masalahin upilnya ya. Tapi yang membuat gue geli dan ilfil adalah upilnya itu di taro di ketek. Udah gitu setelah di taro di ketek, keteknya tuh di gerak-gerakin gitu. Oh mungkin buat makan malam kali yaa. Jadi, hidangan makan malamnya itu, “Upil Rasa Ketek”. Ihhhhhhhh.
Gue ga berani bertanya ke fadli tentang kebiasaannya. Jadi, gue biarin aja kebiasaan dia yang selalu begitu. Nah, itu fadli, gan. Ada lagi si Handoyo. Latar belakang dia bermuara ke kontrakan gue sangat berbeda dengan fadli.
Handoyo sebenarnya adalah anak yang rajin. Ia selalu membantu orang tua di setiap kesempatan. Bahkan di antara kita berempat, dia adalah anak yang paling berbakti kepada orang tua. Malah kadang-kadang gue suka iri sendiri melihat sikap dan sifat teman gue yang satu ini.
Namun, kerajinan tersebut yang justru menjadi bumerang bagi dirinya. Saat dia mencoba membantu bapaknya yang sedang memancing di sebuah sungai, kesalah-pahaman terjadi. Sang bapak minta tolong kepada handoyo untuk mendorong pancingannya. Ehh, handoyo malah salah tangkap. Dia malah mendorong bapaknya ke sungai. Yaelah handoyo… handoyo.
“Handoyo, tolong bapak dorong. Ikannya banyak, nih.” Ujar sang bapak
“Oke, pak.” Jawab handoyo sembari mendorong bapaknya ke sungai
“byuuuur” Percikan air sungai muncrat seketika saat sang bapak jatuh ke sungai.
“Anak kurang ajar, ga punya pendidikan! Masa gue, lo ceburin ke sungai. Gue sumpahin lo, jadi orang ganteng seumur hidup!” Ucapnya dengan omelan
“Maaf, pak. Tadi kan bapak nyuruh handoyo dorong. Yah, kan udah handoyo dorong, pak.” Pungkasnya mengeles dari kesalahan.
“Anak epleng! Maksud gue, lo dorong pancingannya, keplek! Pergi lo dari hadapan gue!” Mempertegas amarah.
Setelah kejadian itu, handoyo takut pulang ke rumah. Ia takut akan sang bapak yang garang. Akhirnya, dia ke kontrakan gue, dah.
“Assalammu’alaikum, zal” handoyo salam di depan pintu
“Wa’alaikumussalam.” Jawab gue sambil membukakan pintu.
“zal…” Dia langsung meluk gue sambil nyium pipi kanan kiri
Ihhhhh… Gue sebenarnya geli ngerasain ini. Tapi mau gimana lagi. Kejadian itu tak gue duga dan seketika terjadi.
“Ngapa sih, lu?” Tanya gue penasaran
“Gue di usir sama orang tua gue.” Ujarnya sambil mewek
“Kok bisa di usir?” Tanya gue kembali
“Udah nanti gue ceritain. Suruh masuk kek gue!” Pungkasnya kesal
“Oh iya… hehe sorry bro gue lupa. Ayo masuk.” Ajak gue menyilakan.
Masuklah gue bersama teman gue ini. Pas gue dan handoyo pengen nempelin pantat di kursi. Tiba-tiba ada suara salam dari depan pintu. Pas gue keluar dan melihat siapa orang yang mengucapkan salam itu. ternyata si fadli dan bahtiar. Gue melihat mereka bergandengan kayak orang pacaran. Ihhh jangan-jangan mereka…
“Eh, lo berdua.” Sapa gue ramah
“Iya nih, zal. Si bahtiar katanya pengen tinggal di tempat lo sementara.”
“Lah, emang kenapa, yar? Bukannya harusnya lo di asrama, ya? Tanya gue
“iya, zal. Gue ketauan ngambil makanan lebih sama Ibu asrama. Jadinya gue diusir, dah.” Tukas bahtiar merana
Yaelah… Orang mah diusir dari asrama yang kerenan dikit kek. Misalnya gara-gara nyolong penggorengan. Atau gara-gara ketauan pacaran kek. Lah, ini mah malah gara-gara nyolong makanan. Ga berkelas banget sih.
“Udeh lo pada masuk, dah! Di dalem juga ada handoyo, kok.” Suruh gue tanpa berbasa-basi
Itulah yang melatar-belakangi kenapa mereka pada nyusruk ke kontrakan gue. Yah, gue sih fine aja mereka pada ngupyak di sini. Asalkan mereka pada tau diri. Dan yang paling penting masalah makanan, listrik, dan bayar kontrakan harus kompak.
Sehari, dua hari, tiga hari sampai sebulan gue udah mulai menemukan kejanggalan dalam diri gue. Kejanggalan apa, zal? Iya, kok selama mereka tinggal di kontrakan gue, bulu ketek gue jadi gundul. Dari situlah gue mulai curiga. Apa yang mereka lakukan saat gue tidur? Soalnya di antara kita berempat yang selalu lebih awal tidur, itu gue. Hingga pada suatu malam, gue mau membuktikan apa yang mereka lakukan pada ketek gue saat gue tidur. Gue pura-pura merem aja. Dan terbukti, ternyata selama gue tidur mereka nyabutin bulu ketek gue. Idih alah…!
“Ohh, ternyata ini yang kalian lakukan selama ini… Gak nyangka gue sama lo pada. Kenapa cuma bulu ketek? Ga sekalian aja bulu yang lainnya lo cabutin. Uppsss !” Tukas gue memergoki.
“Terus kalau bulu ketek gue abis karena lo cabutin, lo mau nyabutin apalagi? Hah? Kulit ketek gue? Lagian gue heran sama lo semua, hobi banget nyabutin bulu ketek orang.” Gue berujar kembali sembari memperlihatkan amarah yang meledak-ledak di tengah malam.
“Abisannya lo kalau tidur, kasur lo makan sendiri, sih! Kita ga kebagian lapak, coy. Yaudah, kita cabutin aja bulu ketek lo semuanya. Emang enak enggak punya bulu ketek? Nih, kayak gue dong, bulu keteknya masih utuh.” Jelas fadli sembari ngangkat tangan.
“Yups, punya gue juga masih utuh, malah sekarang udah panjang.” Dukung handoyo dengan mengangkat tangannya juga.
“Wih gila! Punya lo panjang, sob! Keren !” bahtiar ngusap-ngusap ketek handoyo.
“Siapa dulu dong… handoyo gitu lho…!” handoyo balas usapan bahtiar.
“Woy… Gue juga mau ikutan dong usap-usapan keteksama lo pada.” fadli langsung mengusap ketek handoyo dan bahtiar..
Wow!!! Tuh orang pada sinting kali ya. Sumpah! Kalau aja di kampung ini ada anak lain yang sepantaran sama gue, gue ogah temenan sama mereka. Bukan gue mau milih-milih teman, tapi mereka tuh joroknya minta ampun. Setelah saling usap bulu ketek, mereka pada gantian nyium ketek satu sama lain. Ih ! oeeeeekkkk!!! Parah banget, kan?
Cukup. Gue ga tahan liat aksi mereka yang di luar kebiasaan makhluk bumi pada umumnya. Bayangin aja, selama 10 menit berdiri dengan mata melotot dan mulut menganga, gue disuguhin aksi mereka yang banget-banget fenomenal: ngelus ketek – nyium – ketek- ngelus lagi – nyium lagi, mungkin begitu terus sampai kiamat. Emang apa enaknya sih nyium ketek orang lain? Ih! Perut gue kenapa lagi? Ah sialan! Mereka yang saling nyium ketek, kenapa gue yang mual-mual kayak cewek mau beranak. Hadoooh!
“Lo mau kemana, zal?” Tanya handoyo setelah gue beranjak dari kasur.
“keluar.”
“Lah, kan udah tengah malem, zal? Toko kolor juga udah pada tutup kali.” bahtiar bertanya dengan menambahkan.
“Kolor? Wah jangan-jangan lo kolor ijo yang selama ini meresahkan masyarakat, ya? fadli curiga.
Siake tuh bocah. Udah pada numpang di kontrakan gue, sekarang segala pake nuduh gue kolor ijo lagi. Udah jelas-jelas gue pake kolor doraemon. kamplet!
“Sialan lo! nuduh gue yang kaga-kaga.” Gue naik darah.
“Atau lo cemburu ya, melihat aksi kita bertiga? Udah ngaku aja, zal. Hahaha.” Tukas bahtiar sambil tertawa.
Kampret! Ngapain gue cemburu sama aksi sableng mereka. Gue malah enek tau ga. Pengen muntah tapi ga bisa muntah. Yang ada kayak orang bego yang lagi di atas kasur sambil mangap-mangap dengan lidah menjulur keluar. Ooeeekk ! mending kalau bulu ketek mereka bagus. Lah, ini mah bulu ketek pada keriting pake segala dipamerin. Gue aja yang tiap minggu rebonding bulu ketek ke salon, ga pake pamer, tuh. Terus gue juga masih heran, seheran herannya sama mereka. Gue aja yang duduk di kasur lima langkah dari mereka, kebauan. Tapi kok mereka malah pada nafsu banget saling mamerin bulu ketek masing-masing. Yaaa ampunnnn logika gue benar-benar ga bisa menerima aksi mereka yang aneh bin seglek itu.
Btw, whatever-lah… Mereka mau nyium ketek sampai kapanpun. Yang penting gue malam ini mau tidur dan lupain pemandangan kamsupay maksimal itu.
Categories: ,

8 comments:

Dimohon untuk tidak membuat komentar yang berisi :
1. Kata-kata Kotor.
2. Sara atau Rasis.
3. Dan berkomentar Negatif lainya.

Komentar yang mengandung unsur diatas akan langsung saya hapus.
Terimakasih.