Sunday, 29 September 2013


Apa kalian tahu siapa namaku? Coba tebak!, hmmm… hayo siapa?, (sambil garuk-garuk kepala), yang pasti namaku bukan Sarijem, bukan pula Marsinah atau Markonah, tapi namaku Ratna Permatasari. Biasa dipanggil Ratna. Seorang gadis kelahiran purbalingga, keturunuan Belanda. Wajahku biasa saja, tapi banyak yang bilang aku ini cantik, hehe… hidungku, tidak terlalu mancung, juga tidak terlalu pesek, standar kali ya?, wkwkwk… kulitku hitam manis, dan mahkotaku selalu dibiarkan terurai, kadang dihiasi bando atau satu jepit saja.

Sejak tiga bulan yang lalu, aku telah berganti seragam. Dari putih biru menjadi putih abu-abu. Senang sekali rasanya, aku telah menginjak remaja. Banyak orang bilang, remaja itu masa yang paling indah karena mulai mengenal yang namanya C I N T A. *Bilang sekali lagi!, CINTA!.

Aku belum pernah tuh ngerasain jatuh cinta, palingan hanya sekedar suka atau kagum semata. Kata orang jatuh cinta itu, seperti melayang-layang di udara dan banyak bunga bertaburan, malah ada yang lebih parah lagi, kalau sedang jatuh cinta, Pups kucing pun rasa cokelat. WHAT! SAMPAI SEGITUNYA?, entahlah aku belum pernah benar-benar jatuh cinta.
Sejak saat MOS (Masa Orientasi Siswa, aku mempunyai teman dekat atau bisa dibilang sobat karib. Mereka adalah: Avita Raina, Silva Prastiwi dan Talita Defani.

Setelah Bel istirahat berbunyi, aku, Avita, Silva dan Talita pergi ke kantin. Hendak mengisi perut yang mulai berdemo ria. Empat sekawan ini, hobi sekali jajan rames, hampir setiap hari kalau lagi istirahat jajannya itu rames dan sebotol teh Sisri. Enggak ada bosen-bosennya deh.
Tempat yang paling asyik kalau lagi jajan rames di kantin itu… bangku yang deretannya paling akhir, alias di pojok. Hmm… memojokan diri?.
“Mau pesen rames kan?” tanya pelayan kantin yang menghampiri kami.
“Mba, paranormal ya?” tanyaku serius.
“Bukan… bukan..” jawabnya.
“Memang kenapa gitu, Rat?” tanya Talita kepadaku.
“Mba ini, udah tahu kalo kita mau makan Rames” ucapku
“Haha, dasar oon!!!, yaiyalah, kita kan sering ke kantin buat jajan rames” Celoteh Avita.
“Hahaha..” terdengar tawa Talita dan Silva saling bersahut-sahutan.
“Ihh, kenapa kalian jadi ketawa sih?” gerutuku kesal.
“Abisnya kamu ituuu..” ucap Avita terpotong.
“Kamu apa?” tanyaku semakin kesal.
“Sudahhh… sudah, jadi nggak pesen rames?” tanya pelayan kantin yang ikut kesal.
“Hehehe… jadi donk mba, 5 porsi yah… teh-nya juga 5” seru Silva.
“Yaa, tunggu sebentar..” jawab pelayan kantin sambil berlalu.
“Kok lima sih, Na?, emang yang satunya lagi buat siapa?” tanyaTalita.
“Buat aku lahhh” jawab Avita dengan ekspresi datarnya.
“Glek..” aku hanya menelan ludah mendengarnya, 2 mangkuk rames akan dimakan Avita?, kadang-kadang satu mangkuk saja aku tidak habis. Apalagi 2 porsi, bisa-bisa aku mati kekenyangan.

Beberapa saat kemudian, rames yang kami tunggu pun datang. Tak perlu menunggu waktu lama Avita segera menyantap dua mangkuk rames-nya.

“Kok kalian semua, ngeliatin aku sih?, ada yang aneh ya?” tanya Avita.
“Udah berapa hari nggak makan, Vit?” tanya talita dengan mata sedikit terbelalak menyaksikan Avita yang makan begitu rakusnya.
“Tadi pagi juga sarapan kok” ucap Avita dengan ekspresi datarnya sambil terus makan. Tak ada kata yang mampu diucapkan lagi, kami hanya bisa menggeleng-geleng kepala ke kiri dan ke kanan beberapa kali, dan melanjutkan menyantap rames hingga tak tersisa.
“Mungkin kita harus buat program deh!” seru ku.
“Program apa?” tanya Silva.
“Program diet untuk Avita” jawabku.
Avita yang sedang menikmati teh-nya, kemudian tersedak. “Uhuk… Uhukkk..” Talita terlihat menepuk-nepuk pundak Avita.
“Wahh, iya… boleh juga tuh” timpal Avita.
“Aku nggak setuju ah” jawab Avita sambil memegang lehernya.
“Tet…Tet… Tettt” terdengar suara bel pertanda masuk istirahat berbunyi.
“Wahhh… gawat nih, kita harus buru-buru balik ke kelas. Udah istirahat kan pelajaran Matematika, mana gurunya killer lagi, kita nggak boleh telat nih.” ucap Silva.
“Lariii!!!” ucapku, Silva dan Talita serentak. Kita pun segera berlari menyusuri koridor-koridor kelas. Sialnya lagi, letak kelas kita itu paling ujung, kalau dari kantin tadi sih… cukup jauh!.

Nafas terengah-engah, keringat bercucuran disana-sini. Aduhhhh!, memalukan. Saat membuka pintu, terlihat bu guru sudah ada di kelas dan menatap aku, Silva dan Talita tajam. Setajam silet!!!, hohoho.
“Dari mana saja kalian, bukannya kalian sudah tahu. Kalau pelajaran ibu nggak boleh telat satu detik pun!” Bu Guru mulai menginterogasi.
“Maaf bu, tadi kita habis dari kantin” ucap Silva terdengar parau. Aku ingin tertawa terbahak-bahak menyaksikan ekspresinya yang mengkhawatirkan.
“Teman-teman kalian juga banyak yang dari kantin, tapi mereka nggak telat. Lari keliling lapangan 10 kali!” ucap bu Guru sambil membentak.
“Tapi bu” ujar Talita.
“Nggak ada tapi-tapi, CEPAT!!!” ucap bu guru dengan suaranya yang memecah keheningan kelas. Dengan terpaksa kita pun segera berlari mengitari lapangan, aduh… mana ada yang olahraga lagi. Jadi bahan tontonan pula. Huhhh, sial… sial…

“Kalian ngerasa ada yang aneh nggak sih?, aku ngerasa ada yang kurang. Tapi apa ya?” tanyaku pada Silva dan Talita saat mulai berlari.
“Hmm, apa ya?” Talita ikut berpikir. Dahinya diriutkan. Ujung alisnya terangkat sedikit.
Untuk beberapa saat, berlari dihentikan. “AVITA!!!” teriak aku, Silva dan Talita bersamaan. Kita saling menatap, kok bisa-bisanya si males itu sampai terlupakan.
“Kita juga belum bayar rames!” ucap Silva sambil menepuk jidatnya.
“Terus sekarang kita harus ngapain?” tanya Talita sambil kebingungan.
“Heii!!!, cepat lari!!!” teriak bu guru di seberang lapangan. Dia berdiri di depan kelasku.
Dengan langkah yang gontai, kita pun mulai berlari lagi. Huftt… capeknya…
“Cayooo… tinggal satu keliling lagi. Ganbatte!!!” seruku. Dan “Praaaakk” aku pingsan!. Lalu beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku di angkat.

“Ratna… bangun!!!” ucap Silva.
“Bangunnn donk!!!” Talita juga ikut membangunkanku.
Hmmm, ternyata aktingku bagus juga, hehe… “Duuuaaarrr!!!!” aku segera bangun dan mengagetkan mereka berdua, ternyata benar dugaanku sekarang aku sedang berada di UKS.
silva dan talita hanya terbengong-bengong, jadi nggak kaget nih?, huh… talita dengan segera memegang keningku.
“Kamu nggak apa-apa kan rat?” tanya silva.
“Hahaha… aku tuh nggak apa-apa lagi. Tadi tuh Cuma pura-pura pingsan, hehehe” ucapku tanpa merasa bersalah.
“Huh, dasar… berat tahu ngangkat kamu ke sini. Kalau tahu kamu Cuma pura-pura, bakalan disuruh jalan dari lapangan ke UKS” gerutu Talita.
“Namanya juga pingsan mana bisa jalan donk” seruku sambil menahan tertawa.
“Lagian kenapa kamu kok pura-pura pingsan sih?, bikin khawatir aja tau” gerutu silva.
“Biar bisa lolos dari pelajaran mengerikan itu, hehe… Peace deh” ucapku.
“Oh, ya… kalau Avita dimana?, dia udah di kelas?, atau masih di kantin?” tanyaku beruntun.
“Nggak tahu tuh, kita ke kantin aja gimana?” ucap Silva.
“Ya, udah… yukk!!!” jawab talita.

Waktu di kantin, kita tidak melihat satu pun. Lalu Talita nekad bertanya pada si mba pelayan tadi.
“Mba, liat temen kita yang satunya lagi nggak?”
“Lagi cuci piring”
“Hah?, kok bisa mba?” tanyaku kaget.
“Tadi kan kalian nggak bayar, malah kabur gitu aja. Terus ketinggalan satu, ya udah sebagai tebusannya. Dia… mba suruh cuci piring” Jawabnya ketus.
“Aduh, maaf ya mba kita lupa. Nih uangnya… bebasin temen kami mbak” Ujar silva sambil memberikan uang Rp. 50.000.
“Baiklah, tunggu sebentar” Katanya sambil berlalu.
Beberapa saat kemudian, kita bertemu dengan Avita.
“Kalian kok ninggalin aku sih?” gerutunya.
“Maaf Vit, kirain waktu kita lari itu… kamu juga ikut lari” ucapku sambil memegang tangan Avita yang basah.
“Hmm, iya deh… yuk, balik ke kelas” Ucap Talita.

Sepanjang perjalanan ke kelas, aku ceritakan semua peristiwa yang terjadi. Avita pun terpingkal-pingkal dibuatnya. Hari ini adalah hari yang tak akan pernah terlupakan, sederet kegokilan pun terjadi.
Kebahagiaan yang paling indah, ketika kita bisa bersama sahabat.
Categories: , ,

2 comments:

Dimohon untuk tidak membuat komentar yang berisi :
1. Kata-kata Kotor.
2. Sara atau Rasis.
3. Dan berkomentar Negatif lainya.

Komentar yang mengandung unsur diatas akan langsung saya hapus.
Terimakasih.