“Mas, mbak, ada dengar yang bilang pecundang, pecundang ngak?” tanyaku ke mereka berdua.
Mereka berdua hanya geleng-geleng kepala dengan ekspresi wajah keheranan, lalu pergi meninggalkanku sendiri. Setelah tak beberapa jauh dariku mereka berdua tertawa terbahak-bahak, sambil berangkulan mesra bak seorang pengantin baru, samar-samar memang terdengar suara cibiran.
“Dasar sinting ya sayang… hahahaha” ucar lelaki tersebut, disambut cekikikan geli bak kuntilanak suara gadis pacarnya.
Aku berang juga, kuambil ranting kayu yang tergeletak di sampingku, dengan segenap kekuatan kulempar couple kurang ajar tadi,
“Woooyyy, sini kamu, kenapa lempar-lempar” tiba-tiba lelaki tersebut berbalik dan mengejarku, langkah cepatnya membuatku tersentak, beruntung motor bebek merahku terpakir siaga di pinggir jalan, dengan sigap aku langsung kabur dari lelaki sok pahlawan yang ingin minta puji dengan pacarnya tersebut. Sejenak ku menoleh ke belakang kulihat dia berteriak-teriak kencang, sedangkan sang pacar terlihat bengong melihat pacarnya yang seperti orang sinting yang tak kalah dengan orang sinting yang barusan mereka bicarakan.
“TIIINNN…”
Aku kaget dengan suara klakson panjang sebuah mobil yang berada di depanku, hampir saja aku tertabrak mobil gara-gara keasikan melihat lelaki tadi.
“Wooyyy… kalau jalan itu lihat-lihat!!!” ujar pengemudi mobil tadi berang, aku hanya membalasnya dengan senyum-senyum masem, ditambah bonus nyengir kuda yang khusus kuberikan ke pengemudi tadi, yah mungkin sebagai pengganti permintaan maaf.
“Arghhh… sial benar aku hari ini…” gumamku keras…
Rencana mau refreshing menenangkan otak malah jadi begini, pagi tadi aku baru saja mendapat berita, seorang gadis yang kutaksir, si Rizqi baru saja jadian dengan cowok gagah ganteng bermotor besar bernama anggi, dan parahnya lagi, mereka jadian tepat sehari setelah Rizqi menolakku,
“hiks… kejam sekali kau Rizqi” gumamku yang langsung disambut dengan dengung suara hatiku yang bekata “lebayyy…”.
Jomblo… jomblo… jomblo… lagi-lagi suara aneh membahana di telingaku, kali ini dengan kosa kata yang berbeda, JOMBLO. Yah, itu yang diteriakkan oleh suara yang berulang kali aku dengar barusan. Dan kebetulan lagi-lagi ada couple yang sedang berboncengan mesra di sampingku, berpelukan dengan motor besar yang menjengkelkanku.
“Woouuuy… kenapa bilang-bilang jomblo sama aku..” ujarku keras kemereka berdua
Mendengar hal tersebut, keduanya saling bertatapan satu sama laiinya, dengan lagi-lagi wajah yang keheranan, heran ada orang sinting yang berteriak kepada mereka. Lalu dengan sedikit menaikkan gigi motor, dan menggasnya dengan kencang, lelaki tersebut dengan motor besar dengan mudahnya meninggalkan aku jauh dengan si bebek yang sudah berusia uzur ini.
Karena tak jelas arah dan tujuan, aku akhirnya menuju sebuah warnet kecil yang berada di pinggir jalan, aku masuki salah satu bilik, membuka Facebook untuk sekedar mengecek status dan pemberitahuan terbaru, siapa tahu pdkt aku beberapa hari yang lalu sukses besar. Yah, sebuah pdkt yang kulakukan ke beberapa gadis dengan mengirimi mereka dengan pesan-pesan yang bersahabat, atau bisa dibilang sok akrab.
“What…the…” aku tersentak melihat profil facebookku, tak ada tanda-tanda merah di sudut kiri atasnya, tak ada pemberitahuan?, satupun?.
Aku coba cek sebuah status yang kubuat tadi pagi yang tentunya sangat puitis dan bermakna dalam, dengan harapan banyak yang nglike.. tapi ternyata.
“What… the…” lagi-lagi bahasa inggris tersebut terlontar dari mulut bauku, mungkin… karena seharian ini aku belum gosok gigi. Dan ternyata memang kejadian, tak ada yang menlike statusku, memang ada dua yang men-like aku cek dan ternyata itu aku sendiri dan sebuah akun palsu yang aku buat, ironi sekali.
“Huaaaaaa…” aku teriak sekencang-kecangnya diwarnet tersebut, tapi heran juga, tak ada yang menegorku. Oh iya, aku teriak dalam hati barusan.
Aku lihat beranda sore itu, seperti biasa couple alay memasang foto-foto mesra mereka. Segera saja aku klik “berhenti berlangganan” status tersebut, bagaimana tidak, hatiku perih boy melihat itu, kesal, iri, sedih, kasihan? kasihan terhadap diriku sendiri tentunya. Yang bercampur aduk kedalam hati yang mulai layu tanpa harapan ini
Sebuah lagi status yang bikin aku muak sore itu, seorang pemuda yang memajang kesuksesannya dalam sebuah kejuaraan. Aku ingat beberapa hari yang lalu, aku sudah berusaha sebaik-baiknya membuat 10 alternatif cerita yang kukirim ke 10 lomba cerpen, yang salah satunya berisi cerpen pelampiasanku ke Rizqi, tentang cerita perjuangan cintaku yang bertepuk sebelah tangan ke gadis itu, dan hasilnya nihil. Bahkan masuk sepuluh besarpun aku tak mampu, padahal aku sudah bercerita dengan teman sesama penghayalku akan berangkat ke singapura dari hadiah salah satu lomba cerpen tersebut, namun ternyata gatot… gatot… gatot.. gagal total, heran juga lagi-lagi kata kata dengan kosa kata yang sama teriang-iang ditelingaku, seperti mengejek dengan kerasnya.
Tak sampai disitu, setelah menulis status pelampiasan, aku ikuti lomba design cover, siapa tahu ini adalah takdirku, sebagai designer cover kawakan. Aku ikuti beberapa lomba yang tertera di beberapa halaman website, meski beberapa sudah expired, aku tetap mencoba dan ternyata, selamat…!!! anda gagal… gagal.. gagal…, masuk nominasi 20 besarpun tidak, memang benar-benar what the…
Ternyata, rencanaku menenangkan pikiran di warnet lagi-lagi rusak gara-gara hal tersebut, bukannya refresh melihat photo profile ciamik penghuni facebook, malah megorek luka lama kegagalanku.
Aku berjalan dengan lunglai ke arah pintu keluar warnet, badanku lemas, tak bersemangat, tak berdaya dan lima L, letih, lemah, lunglai, loyo dan lesu… seluruhnya bercampur aduk di dalam diriku, aku duduki motor bebekku, namun aku terkejut, sebuah suara merdu nan ayu memanggilku dari belakang
“Mas…mas…” ujar suara tersebut, aku menoleh ke belakang, kali ini suara tersebut teriang-iang di telingaku, sebuah suara yang sama, kuyakinkan lagi pendengaranku, apakah itu hanya suara hatiku lagi seperti yang tadi.
“Mas..mas…” ternyata benar bukan, itu datangnya dari seorang gadis berwajah manis dengan rambut hitam lurus sebahu dan wajah manisnya, ia tersenyum ke arahku.
“Wah… apa mungkin dia ingin jalan denganku? Atau mungkin ia ingin minta antar kepadaku?, atau jangan-jangan…”
Belum lagi khayalan tinggiku berspekulasi ia berkata dengan suara lembut yang manja.
“Mas… uang warnetnya belum dibayar…” ujarnya pelan.
“What..the…” lagi-lagi aku mengucapkan kata-kata itu, hancur sudah, hancur sudah, tega sekali kau memberi harapan padaku wahai bidadari cantik. Kesal dan gundah gulana yang kurasakan semakin bertambah dengan senyum renyah dari bibir manis gadis penjaga warnet tadi, seadainya senyum itu bisa terus kunikmati setiap harinya, owh… gustii…
Aku serahkan uang 3 ribu rupiah sesuai dengan tarif warnet tadi, lalu iapun pergi dengan cuek kembali ke dalam warnet tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Kustarter motor bebek tuaku lagi, rencananya aku mau pulang, namun baru beberapa meter aku pergi dari warnet terkutuk tersebut, motorku oleng, seperti kehilangan keseimbangan, ada apa ini?
Aku berhenti di pinggir jalan, lagi-lagi tepat didepan couple yang lagi duduk berduaan di bawah pohon rindang tersebut..
Owhh… kenapa seharian ini aku disindir terus-terusan ketemu couple?, apa salahku wahai gusti…? kenapa kau biarkan aku menjomblo seperti ini.
Kembali ke permasalahan awal, dan tinggalkan doa lebayku tersebut, aku cek ban depanku, nothing problem?, lalu ke ban belakang ku, dan..
“What the…” ban belakangku kempes, dan terpaksa aku dengan lunglai mendorong motor ini ke bengkel terdekat. Yah, terdekat, sekitar 2 kilometer dari tempatku sekarang. Diiringi lirikan tajam bak mata elang dari orang-orang di sekitar yang melihatku dengan aneh, aku cuek saja, toh tak ada yang mengenalku, namun…
“Motornya kenapa?” ujar seorang cewek yang berada di depanku
Ku dongkakakan kepalaku ke depan, “Rizqi?” Aduh… mimpi apa aku semalam hingga bisa bertemu dengan gadis pujaanku ini, namun aku segera teringat ia sudah punya pacar, sehingga dengan gaya cool dan dingin aku menjawab pertanyaan gadis tersebut.
“Ehmmm… tidak apa-apa, hanya kempes sedikit” jawabku tegas dan sok cool sembari tetap bejalan melewatinya.
“Aku bantu ya..” jawabnya pelan, owh gustii… kenapa kau memberikan aku anugrah atau cobaan yang begitu berat seperti ini?, dan lagi-lagi dengan gaya cool aku anguk pelan tanda setuju.
Kami berdua duduk berdampingan ditemani bau pembakaran ban dan oli-oli di bengkel tersebut, kami berdua berbincang ringan, aku tetap dengan tutur ucap yang cool setiap kali menanggapi pertanyaannya,
“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan kepadamu” tiba-tiba ia berbicara pelan, pelan sekali, aku terhentak, meleleh juga mendengaranya,
“Ada apa?” jawabku
“Aku sebenarnya… ehmm… sebenarnya..” owh gusti dia berbicara dengan begitu pelan, sebenarnya ada apa?, apa yang ingin dia katakan kepadaku?, apa mungkin dia ingin bilang… “sebenarnya aku suka padamu”. What the… indah sekali… owh…
“Sebenarnya aku suka…” oh my god… betulkan.. betulkan…, dia suka sama aku, ahahaha benar sekali, sorak sorai bergemuruh dalam hatiku, wajahku bersemu.
“Aku suka dengan cerpen tulisanmu…” ahhhh… apa? dia tadi bilang aku suka denganmu kan? Apa aku tak salah dengar?, lalu aku coba pastikan kata-katanya tadi.
“Apa tadi?” tanyaku dengan segenap penasaran, rasa cool ku hilang sudah.
“Aku suka dengan cerpen yang kamu tulis, aku tak sengaja baca di pembungkus gorengan ketika aku sedang jalan sama Anggi” jawabnya panjang lebar…
Apa? Pembungkus gorengan? Cerpen? Berarti bukan suka denganku? Suka dengan cerpenku? Owh tunggu dulu? Bagaiman bisa cerpenku bisa jadi pembungkus gorengan? Apa mungkin kopian yang aku buang ke kotak sampah bisa sampai ketempat penjual gorengan?
“Ehmm.. Rizqi, memangnya pembungkus gorengan yang mana?” tanyaku menyelidik
Ia keluarkan sesuatu dari saku celananya, dan memberikan sebuah kertas lusuh yang sudah berbekas minyak gorengan aku baca disana, yah… benar ini cerpenku?, bagaimana bisa begini? Kok aku tak diberitahu dahulu?, kenapa dimuat di majalah ini tanpa sepengetahuanku?, dan jelas-jelas disana tertulis dan terpampang namaku.
Olalala… baru aku sadar, disana aku menulis alamat yang salah, dan juga baru aku sadar nomor handphone yang kuberi ke majalah tersebut juga nomor handphone yang lain, segera kurogoh dompetku, kuambil kartu memori yang satunya lagi, aku pasang dan.. sebuah pesan masuk kehandphoneku.
Dan tertulis disana, “selamat tulisan anda lolos seleksi dan akan diterbitkan pada majalah kami edisi bulan ini, hadiah akan kami kirimkan setelah anda mengkonfirmasi pesan singkat ini, terima kasih..”
“Owhh… yeaahhhhhhhh…” ujarku keras dan panjang, kali ini tak kuhiraukan lagi orang-orang yang melihat ke arahku, aku pegang tangan Rizqi yang lembut itu sembari tersenyum merkah ke arahnya, dan ia pun membalas dengan senyum yang tak kalah manisnya.
“Ternyata aku bukan lelaki pecundang, Rizqi…” ujarku pelan
“Memang bener, kamu itu bukan seorang pecundang Rizal…, kamu itu seorang pemenang, pemenang segalanya termasuk hatiku” balas Rizqi pelan dengan wajahnya yang memerah, aku terkaget mendengar hal tersebut, namun rasa haru yang berlebihan membuat aku tak mampu berkata-kata, hanya tangannya saja yang semakin erat kugengam. Owh… indahnya anugrah darimu tuhan…
Cerpen'ny keren sob. Keep writing!
ReplyDeleteTerimaksih, ditunggu kunjungan selanjutnya ya, :) hehehe
Deletekeren nih gan cerita'a
ReplyDeleteback ya gan
http://ikubarunovryan.blogspot.com/2013/08/cerpen-bahasa-inggris-english-short.html
Makasih gan , dan sering berkunjung ya, :-) heheh
DeleteTerimkasih sudah berkunjung, :-)
ReplyDelete